Rabu, 22 Agustus 2012
Dicari Seorang Wakil Rakyat Yang Membela Kepentingan Rakyat
Aku
teringat ketika Abdurrahman Wahid masih menjadi presiden Republik Indonesia ke
4, banyak anggota Dewan Perwakilan Rakyat tampak galak terhadap pemerintah dari
pihak eksekutif, memberi kesan sangat opposan. Ya, maklum saja angin reformasi
masih terasa hembusannya di bumi negeri ini, khususnya di Jakarta . Orang Indonesia pada Mei 1998 di Jakarta,
dipelopori oleh kelompok mahasiswa Universitas Trisakti mereformasi pemerintah
RI dengan memaksa Soeharto dan rezimnya turun dari gelanggang pemerintahan.
Mereka berhasil. Pada era Soeharto semua anggota dewan seperti tunduk diatur
oleh presiden ini, yang seharusnya presiden yang harus mengikuti apa maunya
dewan sebagai pihak pengontrol pemerintah. Segera setelah Soeharto turun,
euphoria sangat memenuhi jiwa bangsa ini, terutama di gedung dewan perwakilan
rakyat di Senayan. Kekritisan mereka terkadang berlebihan seperti tidak
menghormati orang lain, sampai Mr. Wahid ini menjuluki kelakuan mereka seperti murid
taman kanak-kanak.
Itu dulu,
cerita masa 14 tahun yang lalu, tetapi hentakan dari reformasi ini tidak terasa
lagi bagi bangsa ini. Anggota dewan yang dulu tampak galak, sekarang kelihatan
wajah asli mereka, yaitu seperti pernah aku tulis di posting milikku di blog
ini, bahwa opposisi bukan watak bangsa ini dan mereka juga bukan teman yang
baik. Pertemanan mereka penuh dengan kepentingan satu dengan yang lain. Itulah
politisi dalam dunia politik mereka. Memang tidak semua politisi melakukan
perbuatan kotor, masih ada yang bermoral. Di dalam lingkungan pertemanan yang
penuh pura-pura ini, tidak tertutup kemungkinan ada banyak Yudas berkeliaran di
dalam gedung dewan ini. Anda tahu siapa itu Yudas? Ia adalah orang yang pernah
mengkhianati Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu. Firman Tuhan berkata, bahwa
penyesatan itu memang ada, tetapi celakalah yang mengadakannya. Teman yang
menyesatkan sesama temannya sendiri di dalam kekotoran ini pastilah ada demi
satu agenda tersembunyi yang hanya Tuhan saja yang tahu.
Seharusnya
wakil rakyat itu rendah hati dan membela kepentingan rakyat, bukan sebaliknya
yaitu mewakili kepentingan partai. “Jangan kau tanyakan kepada negara, apa yang
sudah diberikan oleh negara kepadamu, tetapi tanyakanlah kepada dirimu sendiri,
apa yang sudah kau berikan kepada negaramu,” kata Presiden AS ,
John F. Kennedy kepada rakyatnya setengah abad yang lalu. Pertanyaan ini
seharusnya dibalik dan ditujukan kepada semua anggota dewan menjadi demikian,
“Jangan kau tanyakan kepada rakyat, apa yang sudah diberikan oleh rakyat kepada
negara, tetapi tanyakanlah kepada semua anggota dewan apa yang sudah diberikan
oleh semua wakil rakyat kepada rakyat bangsa ini.” Apa yang sudah
dipersembahkan oleh politisi-politisi di Senayan untuk rakyat bangsa ini?
Gaji
seorang anggota dewan 50 juta rupiah ditambah banyak fasilitas lain, seperti
mobil dinas yang cukup mewah, tetapi banyak dari mereka tetap saja tidak
merasakan kepuasan dengan yang telah mereka miliki. Mereka tetap saja mencari
celah-celah yang ada untuk mencuri uang rakyat, untuk urusan yang satu ini
setan memberi banyak jalan. Buktinya, sudah berapa banyak politisi anggota
dewan telah dikirim ke penjara karena korupsi. Mereka memang kreatif membuat
undang-undang, tetapi tidak mau tahu apakah undang-undang yang mereka buat itu
berguna untuk rakyat atau tidak. Buktinya banyak juga produk undang-undang yang
telah mereka buat, kemudian ditolak oleh Mahkamah Konstitusi. Maklum saja, man,
untuk membuat satu produk undang-undang itu ada uang bonus yang cukup menggiurkan
untuk didiamkan saja, ini memang resmi. Walaupun produk undang-undang telah
ditolak oleh MK, tidak masalah, yang penting masing-masing anggota dari suatu
fraksi sudah dapat bagian jatah. Pada saat ini, rasanya sulit untuk menjumpai
politisi yang tidak bermasalah di Senayan. Mereka membuat rancangan
undang-undang belum tentu untuk membela kepentingan rakyat, tetapi untuk
kepentingan pesanan kaum kapitalis, mungkin berasal dari dalam atau dari luar.
Buktinya? Sulit untuk dibuktikan, tetapi atmosfirnya terasa sekali. Lihat saja,
semakin banyak kepemilikan asing di negeri ini, tentu tidak lepas dari
regulasi-regulasi pemerintah yang disetujui oleh dewan.
Berita
miring tentang mereka yang suka absent pada saat sidang juga bukan berita kosong,
bahkan lebih dari itu, yaitu ada yang meyaksikan video porno pada saat sidang
berlangsung dan ada pula yang tertidur ketika sidang sedang berlangsung. Gaji
50 juta rupiah per bulan itu adalah pemberian para pembayar pajak di negeri
ini, yaitu rakyat, tetapi mereka kerja tanpa tanggungjawab. Ada juga seorang anggota dewan yang melakukan
pelecehan seksual terhadap sekretarisnya di ruang kerjanya di dalam gedung
Senayan ini juga. Apakah mereka memikirkan nasib nelayan atau petani yang belum
terangkat dari kemiskinan? Apakah mereka memikirkan kaum buruh yang semakin
terjepit oleh kebijakan outsourcing? Heeh? By the way, aku ini pernah menjadi
kaum buruh. Untuk apa memikirkan nelayan, petani, atau kaum buruh, lebih baik
jalan-jalan ke luar negeri dengan alasan studi banding. Jalan-jalan ke luar
negeri, enak ya, tidak masalah, karena perjalanan ini pakai uang rakyat.
Diam-diam jalan-jalan ke luar negeri dengan alasan studi banding pakai uang
rakyat. Tahu begini enaknya menjadi anggota dewan, well, seharusnya sejak dulu
aku daftarkan diri menjadi anggota Partai Kambing Hitam atau Partai Blitar Jaya
[wah, yang ini mah nama perusahaan transport bis malam].
Politisi
Senayan ini juga pernah disibukkan dengan rencana pembangunan gedung baru untuk
menggantikan gedung sidang yang lama, sebuah gedung baru berbentuk huruf U
terbalik, 36 lantai, dan biaya pembangunan gedung ini diperkirakan 1 T rupiah.
Apakah mereka ini sudah tidak peka lagi dengan aspirasi rakyat? Jika satu orang
politisi anggota dewan perwakilan rakyat masuk penjara karena perkara korupsi,
aku kira itu adalah hal biasa. Namun, jika sudah demikian banyak anggota dewan
yang dijebloskan ke dalam penjara karena perkara korupsi, rakyat sudah tidak
dapat dibohongi lagi betapa rendahnya mutu anggota dewan perwakilan rakyat
negeri ini. Betapa tidak etisnya mereka. Banyak pengamat politik, ekonom,
pengamat masalah social, dan masyarakat orang kebanyakan keberatan dengan
rencana pembangunan gedung dewan yang baru. Rencana yang tidak populer di
telinga rakyat ini akhirnya ditunda sampai waktu yang tidak terbatas. Seorang
politisi Senayan dari sebuah partai yang cukup punya nama besar berkata, bahwa
blue print pembangunan gedung baru ini sudah lama ada, maka sekarang tinggal
pelaksanaannya; jika pembangunannya dibatalkan, beaya yang sudah disiapkan
dapat hilang. Hilang kemana, mo? Hilang ke kantong para politisi, yes, yes,
yes.-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar