Selasa, 30 April 2019

Keadaan Manusia Pada Akhir Jaman

Keadaan manusia pada akhir jaman  bukan semakin maju dalam peradaban, justeru sebaliknya memperlihatkan berbagai kondisi yang semakin memprihatinkan. Masih kisaran abad pertama Masehi, rasul Paulus menulis surat kepada anak asuh rohaninya yang bernama Timotius, bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, Mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak memperdulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka berkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah (II Timotius iii: 1-4). Manusia semakin menjadi "garang". 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti garang adalah ganas atau buas satu arti kata yang pantas disematkan pada hewan. Jadi, ada seorang manusia atau satu kelompok manusia mempunyai karakter garang, maka layaklah dia disebut serigala berbulu domba. Secara fisik berujud manusia, tapi sudah tidak mempunyai hati nurani. Hanya manusia yang memiliki hati nurani. Di dalam pikiran manusia yang telah dirasuk kegarangan adalah membunuh orang lain yang tidak sejalan dengan ideologinya. Bunuh! Bunuh! Bunuh! Hanya kata ini saja yang ada di dalam benaknya.

Kira-kira 6 abad kemudian setelah penyaliban Yesus Orang Nazaret, muncul agama baru di Arab sebagian besar pemeluknya adalah keturunan Ismael. Walaupun agama ini mengklaim bahwa ajarannya penuh dengan kasih, sedikit demi sedikit kantong-kantong Kristen dari Yerusalem sampai ke Konstatinopel dan dari Yerusalem sampai ke Kartago habis sampai hanya tersisa sedikit. Orang Armenia tentu tidak dapat melupakan sejarah tentang keberutalan tentara-tentara kesultanan Ottoman terhadap jutaan sipil di sini. Pembunuhan dan perkosaan. Kehidupan keras di padang pasir membuat manusia menjadi garang terhadap siapa saja yang berbeda kepentingannya.

Turki pada mulanya adalah kantong Kristen terbesar di Asia Kecil pada akhirnya semakin menyusut drastis dibawah Kesultanan Ottoman yang Islam. Pajak tinggi dikenakan atas orang-orang Kristen. Perempuan-perempuan Kristen terpaksa menjadi Islam kalau tidak mau diperkosa oleh bandot-bandot Turki. Mungkin keberadaan Kemal Ataturk yang menyelamatkan kehidupan Kristen tetap ada di Turki atas seijin Tuhan.

Dipelopori oleh Jerman pada Perang Dunia I yang pecah dari 1914-1918 manusia menggunakan senjata pemusnah massal pertama, yakni bom gas khlor. Jerman dan sekutunya Turki kalah perang dan dipaksa tanda tangan pernyataan kalah perang di Versailles. Walaupun perang telah usai, nafsu untuk menggunakan kekerasan terhadap sesama manusia tidak berhenti. Genosida terbesar terjadi di Eropa selama 6 tahun dari 1939-1945. Nazi-Jerman telah memusnahkan lebih 5 juta orang Yahudi. Rezim Khmer Merah membunuh hampir 3 juta orang Kamboja dalam waktu 2 tahun dari 1975-1977. Bukti nyata manusia semakin garang seperti hewan.

Isi kitab yang dianggap suci oleh penganut agama orang Arab ini sebagian besar isinya serupa dengan Alkitab yang dibaca oleh orang Kristen. Mereka mengklaim bahwa kitab suci mereka adalah wahyu ilahi, sebaliknya Alkitab telah banyak dipalsukan. Mereka mengklaim bahwa ajaran agama mereka adalah ajaran paling benar di dunia ini. Mereka bukan saja semakin banyak pengikutnya, lebih dari itu mereka semakin garang. Selama beberapa tahun di Suriah dan Irak Utara telah muncul kekuatan baru yang disebut Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS). Penganut Islam mana saja yang tidak sejalan dengan ISIS, maka mereka akan mendapat mimpi buruk, yakni penumpasan dan perkosaan. Ratusan ribu pengungsi dari Suriah dan Irak membanjir menuju Eropa, akibat manusia di dunia semakin garang. Efek kegarangan mereka semakin meluas sampai ke Indonesia yang sedang memasuki bulan tenang setelah pemilihan presiden 2019. Di satu sisi kubu nasionalis dan pada sisi yang lain kubu Islam radikal yang berniat membangun Negara Islam Indonesia dan mengubah bentuk republik menjadi khilafah. Konon keradikalan Islam di Ibdonesia sudah mulai mengakar sejak 1984. Bagi mereka, tidak ada tempat bagi non Muslim menjadi seorang pemimpin kepala daerah. Mereka bercita-cita membangun negeri ini dengan sistem yang lain dengan Negara Kesatuan Republik indonesia. Mereka menampilkan sikap garang manakala ada seorang non Muslim dan etnis Tionghoa terindikasi akan menjadi pemimpin daerah. Bagi kubu nasionalis, Negara Kesatuan Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 adalah harga mati. Indonesia tetap berbentuk republik bukan khilafah.

Kegarangan terbentuk di dalam masyarakat karena beberapa faktor yang memicunya. Banyak pejabat publik tidak memberi teladan kepada masyarakat. Banyak kepala daerah terlibat tindak pidana korupsi dan hukum tidak memberi efek jera. Penjara kini bukan dipenuhi oleh maling ayam atau tukang copet melainkan oleh maling uang negara alias koruptor. Masyarakat melampiaskan rasa tidak puas hukum ini dengan menunjukkan sikap garang, yakni gampang tersinggung. Perkelahian massal antar pelajar mulanya hanya terjadi di Jakarta, tetapi kini sudah menyebar ke daerah-daerah. Di Medan seorang calon pendeta lulusan sekolah tinggi teologia membunuh teman kuliahnya sendiri karena cemburu. Di Purwokerto seorang pelajar membunuh ibu kandungnya karena tidak dikabulkan keinginannya untuk memiliki motor. Bapak kandung memperkosa anak perempuan kandung sendiri. Satu perbuatan yang hanya pantas dilakukan oleh hewan. Seorang perempuan muda tega membunuh teman perempuan dekatnya dengan sianida ke dalam satu cangkir kopi di satu kedai kopi di Jakarta. Jakarta termasuk deretan ten top dunia kota yang tidak ramah bagi perempuan. Di mana ada konsentrasi ekonomi di satu kota besar, maka bersiaplah saja .


Selasa, 23 April 2019

Mencapai Kedewasaan Penuh


Pada awal bulan ini aku mendapat ajakan dari seorang teman untuk menghadiri acara Peringatan Pelayanan Pria Pentakosta di Gereja Pentakosta di Indonesia di Jalan Ketapang Jakarta. Seperti biasa acara diisi dengan pembacaan firman yang disampaikan oleh pendeta senior. Bacaan firman diambil dari Efesus iv:13 tentang kedewasaan umat Tuhan di dalam gereja. Untuk mencapai kedewasaan yang sempurna adalah suatu proses kehidupan yang panjang, bukan diperoleh dengan cara instan. Proses kedewasaan dimulai dari masa kanak-kanak ketika seorang anak usia lima tahunan bersentuhan dengan kasih dari orang tua. Orang tua Kristen memberi sentuhan firman Tuhan secara intens. Walaupun mengaku sebagai seorang Kristen, tetapi tidak pernah menyuapi jiwa anak-anaknya dengan firman Tuhan, maka anak tidak akan pernah tumbuh imannya terhadap pengajaran Kristus sehingga anak-anaknya tidak pernah mencapai kedewasaan penuh, bahkan jiwanya kelaparan terus.



Ayam panggang rica-rica.
Orang tua memberi teladan kepada anak-anak dalam bertutur kata. Suami maupun isteri satu sama lain haruslah berbicara lemah lembut di hadapan anak-anak. Manusia dapat berkata-kata karena memiliki lidah. Lidah dapat bergerak ke kiri atau ke kanan buka karena memiliki tulang, tetapi oleh otot-otot yang mengendalikan setiap perkataan yang keluar dari mulut. Mulut yang terkatupkan, maka tak ada perkataan yang terucapkan. Orang yang sudah terbiasa dididik oleh orang tuanya berbicara seperlunya saja, maka dia lebih banyak mengatupkan mulutnya dari pada banyak sesumbar. Semakin dewasa seseorang, maka semakin dia menjaga lidahnya. Orang seperti ini menyadari realitas Injil, bahwa hidup dan mati seseorang dikuasai oleh lidahnya (Amsal xviii:21).

Seperti pada umumnya orang yang masih kanak-kanak kegemarannya adalah minum susu dan makan bubur sereal. Anak-anak pada umumnya mudah tersinggung dan minta apa-apa dengan cara merengek-rengek dan kalau suatu permintaan tidak dipenuhi, maka dia akan membanting apa saja yang dapat dibanting. Sifat kanak-kanak yang paling dominan adalah merengek-rengek. Dan. anak-anak selalu tergantung dengan orang lain, yakni orang tuanya. Ada yang disebut dewasa secara fisik, ada yang disebut dewasa secara mental, dan ada pula yang disebut dewasa secara rohani. Kedewasaan yang sangat dituntut dalam kesatuan iman dalam gereja ada dewasa secara rohani. Ada orang yang telah berusia, katakan saja 70 tahun belum lama bertobat menerima kebenaran Kristus, maka orang seperti ini belum dapat dikatakan dewasa rohani. Orang seperti ini masih katagori bayi rohani yang masih harus diberi minum susu dan makan bubur sereal, yakni pengajaran dasar rohani Kristen; sebaliknya ada yang telah mencapai usia yang relatif muda, katakan saja 25 tahun, tetapi secara mental dan rohani sangat memahami arti keselamatan kekal di dalam Kristus dan telah dibaptis, maka orang seperti ini layak disebut dewasa rohani. Orang muda seperti ini sudah tidak memerlukan susu dan sereal lagi. Namun, ada juga orang Kristen yang dilihat dari sudut umur sudah seharusnya menjadi pengajar atau penginjil, tetapi masih saja asyik dengan perkara dunia. Orang seperti ini belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak layak di hadapan Tuhan. Orang disebut dewasa secara penuh seharusnya sudah dapat membedakan mana yang kudus dan mana yang tidak kudus. Jangan makan daging babi, haram, makan daging sapi halal adalah cara Tuhan untuk mendidik bangsa Israel supaya mereka dapat membedakan yang kudus dan yang tidak kudus (Ibrani v: 13-14).

Dari sejak masa kanaka-kanak orang belajar menghimpun perbendaharaan kata-kata dari lingkungan di dalam rumah sampai pergaulan bebas bersama teman-teman di sekolah. Orang tua yang dididik di dalam Kristus mengarahkan kata-kata yang baik ke dalam jiwa anak-anaknya. Jiwa yang setiap hari secara intens menerima pencerahan dari firman Allah akan membuat akan membuat roh semakin kuat, sebab roh hanya menerima hal-hal yang baik dari firman Allah. Di dalam jiwa terdapat ingatan bawah sadar, yakni semua kata-kata yang baik atau yang tidak baik tertata dan tersimpan di dalam memori ini dan sewaktu-waktu oleh suatu refleks kata-kata ini keluar melalui mulut. Inilah realitas Injil, bahwa apa saja yang keluar dari mulut meluap keluar dari perbendaharaan kata-kata yang tersimpan di dalam memori bawah sadar (Lukas vi:45). Orang disebut dewasa secara penuh memiliki kecenderungan mempertimbangkan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya refleksi sebagai orang yang berpendidikan dan bermoral. 

Roh yang semakin kuat mengendalikan apa saja yang dikonsumsi oleh jiwa. Roh hanya mengijinkan kepada jiwa untuk menerima input yang selaras dengan firman Allah. Segala perkataan yang berasal dari Roh, yakni firman Allah berguna untuk mengajar, menegur, dan untuk mendidik dalam kebenaran (I Timotius vi: 13). Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. Rasul Paulus berkata, bahwa orang Kristen sejati harus hidup dibawah kendali Roh, bukan mengikuti keinginan daging. Keinginan daging timbul karena membiarkan jiwa dipuaskan oleh keinginan daging yang bersifat fana sehingga kebutuihan roh semakin dikerdilkan. Supaya jiwa tidak memberontak terhadap pimpinan Roh, maka setiap orang percaya harus ada kesediaan diri sendiri untuk diperbarui pikirannya oleh Roh sehingga sedikit demi sedikit muncul ke permukaan buah demi buah roh, di antaranya adalah penguasaan diri (Roma xii:2 dan Galatia v:23). Banyak orang Kristen menderita pelbagai macam penyakit yang disebabkan gagal menguasai diri, yakni mengumbar keinginan daging, seperti penyakit jantung kardiovaskular, diabetis mellitus, penyempitan pembuluh darah, hipertensi, gagal ginjal, dan lain sebagainya. Sebagian besar penderita penyakit tersebut di atas disebabkan selama bertahun-tahun mengonsumsi soto jeroan sapi, yakni satu jenis makanan yang seharusnta dihindari. Tergoda untuk tetap melahap makanan ini, maka engkau disebut tidak dapat menguasai diri. Jiwamu seharusnya berkata :"Tidak!". Roh itu kuat tetapi daging lemah. Artinya keinginan roh untuk menguasai jiwa itu kuat, tetapi keinginan daging, yakni keduniawian yang telah dicemari oleh dosa sangat kuat menguasai jiwa manusia. 

Sampai kapan orang Kristen minum susu dan makan sereal, minuman dan makan bagi anak-anak? Ketika seorang anak telah melewati batas fase kanak-kanak, maka seharusnya dia meninggalkan cara berbicara dan sikap kekanak-kanakannya. Minumannya susu lagi melainkan firman Allah yang menggembeleng jiwanya. Jiwa yang sering mengonsumsi firman Allah, maka roh semakin kokoh dan semangat rohani semakin menyala-nyala (I Korintus xiii:11). Orang Kristen harus militan!!!

Selesai khotbah di mimbar dan doa berkat penutup acara selanjutnya adalah jamuan malam bersama. Gereja di Jalan Ketapang ini banyak anggota jemaatnya berasal dari Manado, maka tak heranlah hidangan malam ini dimeriahkan dengan masakan Manado, seperti broinbonen kaki babi, babi guling, ayam woku, dan lalampa. Aku termasuk penggemar masakan Manado. Lezato!