Minggu, 31 Mei 2020

Ketakutan Di Tengah Badai Corona 19

Jakarta, 27 Mei 2020, aku dalam perjalanan pulang dari Jalan Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan setelah selesai mengantarkan pesanan roti di tempat ini. Hujan rintik-rintik terus deras begitu saja. Melewati Jalan Panglima Polim V, terus ke Jalan Wijaya XII hujan sudah lebat mengguyur tubuhku yang diselimuti jacket yang tidak waterproof. Aku berhenti berteduh di bawah flyover Jalan Prapanca. Ketika hujan sudah sedikit surut aku memaksakan diriku melanjutkan perjalanan yang mungkin hujan akan betul-betul reda. Sampai di Kalimalang hujan memang reda. Sampai belokan Kantor Camat Kayuringin belok ke kiri ke Jalan Patriot. Aku mampir ke warung makan gerobak "Nasi Bebek Madura".

Nasi Bebek Madura keberadaannya di Jakarta sudah lama sebetulnya, tetapi keinginan untuk menyantapnya selalu ada saja halangannya. Malam ini terpenuhilah keinginanku untuk menikmati dinner dengan nasi bebek Madura. Rasanya gurih. Termasuk makanan tak sehat, sebab kuah yang dipakai yang membuat rasa gurih itu berminyak sekali. Hemmm ... enak! Delicioso? Yaaaaah, jangan terlalu seringlah. Segala sesuatu yang dapat mendatangkan penyakit selalu yang nikmat di lidah dan berkali-kali dilakukan. Sudah lama mempunyai keinginan untuk menikmati nasi bebek khas Madura ini, tetapi baru pada kesempatan ini dapat menikmati rasanya hidangan bebek goreng ini. Masakan bebek goreng sudah lama ada di Jakarta, tapi menurutku orang Madura yang mempopulerkan bebek goreng yang khas merakyat. Bebek goreng Peking sudah lama ada jauh sebelum khas Madura hadir di sini, tetapi khas Peking hanya untuk klas menengah ke atas. Rasanya gurih, asin, pedas. Orang Madura sangat doyan pedas, bumbunya berminyak berwarna hitam mungkin bekas minyak jelantah. Makanya jangan sering-sering makan bebek Madura kalau mau tetap sehat.

Bekasi, 28 Mei 2020 badanku menggigil dan seluruh persendianku kaku. Temperatur tubuhku mencapai 39°C. Aku berjalan ke kamar mandi dipapah oleh istriku seperti aki-aki berumur 80 tahun. Aku berusaha dapat minum satu sendok makan cuka apple. Aku mendapat serangan demam  hebat seperti pada masa sulit pandemi Corona 19. Bah ... kalau tetanggaku tahu keadaanku begini, so pastilah mereka mencap aku terpapar Virus Corona. Pokoknya Corona! Kemudian datang mobil ambulans menjemputku paksa. Itulah sebabnya aku sering minum cuka appel, satu sendok makan. Dapat juga engkau lakukan makan buah appel atau minum rebusan air sirih karena keduanya mengandung antibiotik alami. Aku selalu teringat melalui berita-berita di tv atau pesan-pesan  dari WA, bahwa selama 4 hari virus Corona akan bertahan di tenggorokan setelah itu menyebar selama 20 hari ke seluruh tubuh. Demamku sudah menyerang sampai ke seluruh tulang membuat rasanya linu. Biasanya demam seperti ini disebabkan oleh keletihan tubuh yang luar biasa ditambah lagi tubuhku kehujanan dan tubuh kedinginan. Aku tidak mau mengambil resiko terlalu jauh, maka selama 4 hari berturut-turut pada pagi dan malam aku meminum cuka appel satu sendok makan. Sebenarnya virus hanya dapat dimusnahkan oleh obat anti virus. Apa itu virus? Sampai sekarang manusia belum menemukan antivirus untuk Corona. Yang dilakukan oleh manusia masih sebatas memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan virus, sebab virus masuk ke dalam tubuh manusia yang selalu sedang dalam kondisi lemah. Mengonsumsi vitamin C, E dari buah-buahan dan zat besi dari sayuran hijau. Sampai sepuluh hari kerongkongannku sakit kalau menelan. Cuka apple yang ampuh membunuh kuman.

Kondisi tidak nyaman ini berlangsung terus selama 7 hari, tubuh panas selalu datang pada malam hari siklusnya demikian. Dan, dua hari sebelum hari ulang tahunku tiba, keadaan tubuhku lebih baik sambil terus berjaga-jaga. Aku muncul di serambi rumahku, setor muka istilahnya untuk memperlihatkan diri kepada tetangga-tetanggaku, bahwa aku sehat. Puji Tuhan, Allah Yang Mahakuasa, tubuhku pulih dari demam, bukan karena Corona.