Selasa, 23 April 2019

Mencapai Kedewasaan Penuh


Pada awal bulan ini aku mendapat ajakan dari seorang teman untuk menghadiri acara Peringatan Pelayanan Pria Pentakosta di Gereja Pentakosta di Indonesia di Jalan Ketapang Jakarta. Seperti biasa acara diisi dengan pembacaan firman yang disampaikan oleh pendeta senior. Bacaan firman diambil dari Efesus iv:13 tentang kedewasaan umat Tuhan di dalam gereja. Untuk mencapai kedewasaan yang sempurna adalah suatu proses kehidupan yang panjang, bukan diperoleh dengan cara instan. Proses kedewasaan dimulai dari masa kanak-kanak ketika seorang anak usia lima tahunan bersentuhan dengan kasih dari orang tua. Orang tua Kristen memberi sentuhan firman Tuhan secara intens. Walaupun mengaku sebagai seorang Kristen, tetapi tidak pernah menyuapi jiwa anak-anaknya dengan firman Tuhan, maka anak tidak akan pernah tumbuh imannya terhadap pengajaran Kristus sehingga anak-anaknya tidak pernah mencapai kedewasaan penuh, bahkan jiwanya kelaparan terus.



Ayam panggang rica-rica.
Orang tua memberi teladan kepada anak-anak dalam bertutur kata. Suami maupun isteri satu sama lain haruslah berbicara lemah lembut di hadapan anak-anak. Manusia dapat berkata-kata karena memiliki lidah. Lidah dapat bergerak ke kiri atau ke kanan buka karena memiliki tulang, tetapi oleh otot-otot yang mengendalikan setiap perkataan yang keluar dari mulut. Mulut yang terkatupkan, maka tak ada perkataan yang terucapkan. Orang yang sudah terbiasa dididik oleh orang tuanya berbicara seperlunya saja, maka dia lebih banyak mengatupkan mulutnya dari pada banyak sesumbar. Semakin dewasa seseorang, maka semakin dia menjaga lidahnya. Orang seperti ini menyadari realitas Injil, bahwa hidup dan mati seseorang dikuasai oleh lidahnya (Amsal xviii:21).

Seperti pada umumnya orang yang masih kanak-kanak kegemarannya adalah minum susu dan makan bubur sereal. Anak-anak pada umumnya mudah tersinggung dan minta apa-apa dengan cara merengek-rengek dan kalau suatu permintaan tidak dipenuhi, maka dia akan membanting apa saja yang dapat dibanting. Sifat kanak-kanak yang paling dominan adalah merengek-rengek. Dan. anak-anak selalu tergantung dengan orang lain, yakni orang tuanya. Ada yang disebut dewasa secara fisik, ada yang disebut dewasa secara mental, dan ada pula yang disebut dewasa secara rohani. Kedewasaan yang sangat dituntut dalam kesatuan iman dalam gereja ada dewasa secara rohani. Ada orang yang telah berusia, katakan saja 70 tahun belum lama bertobat menerima kebenaran Kristus, maka orang seperti ini belum dapat dikatakan dewasa rohani. Orang seperti ini masih katagori bayi rohani yang masih harus diberi minum susu dan makan bubur sereal, yakni pengajaran dasar rohani Kristen; sebaliknya ada yang telah mencapai usia yang relatif muda, katakan saja 25 tahun, tetapi secara mental dan rohani sangat memahami arti keselamatan kekal di dalam Kristus dan telah dibaptis, maka orang seperti ini layak disebut dewasa rohani. Orang muda seperti ini sudah tidak memerlukan susu dan sereal lagi. Namun, ada juga orang Kristen yang dilihat dari sudut umur sudah seharusnya menjadi pengajar atau penginjil, tetapi masih saja asyik dengan perkara dunia. Orang seperti ini belum dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak layak di hadapan Tuhan. Orang disebut dewasa secara penuh seharusnya sudah dapat membedakan mana yang kudus dan mana yang tidak kudus. Jangan makan daging babi, haram, makan daging sapi halal adalah cara Tuhan untuk mendidik bangsa Israel supaya mereka dapat membedakan yang kudus dan yang tidak kudus (Ibrani v: 13-14).

Dari sejak masa kanaka-kanak orang belajar menghimpun perbendaharaan kata-kata dari lingkungan di dalam rumah sampai pergaulan bebas bersama teman-teman di sekolah. Orang tua yang dididik di dalam Kristus mengarahkan kata-kata yang baik ke dalam jiwa anak-anaknya. Jiwa yang setiap hari secara intens menerima pencerahan dari firman Allah akan membuat akan membuat roh semakin kuat, sebab roh hanya menerima hal-hal yang baik dari firman Allah. Di dalam jiwa terdapat ingatan bawah sadar, yakni semua kata-kata yang baik atau yang tidak baik tertata dan tersimpan di dalam memori ini dan sewaktu-waktu oleh suatu refleks kata-kata ini keluar melalui mulut. Inilah realitas Injil, bahwa apa saja yang keluar dari mulut meluap keluar dari perbendaharaan kata-kata yang tersimpan di dalam memori bawah sadar (Lukas vi:45). Orang disebut dewasa secara penuh memiliki kecenderungan mempertimbangkan setiap perkataan yang keluar dari mulutnya refleksi sebagai orang yang berpendidikan dan bermoral. 

Roh yang semakin kuat mengendalikan apa saja yang dikonsumsi oleh jiwa. Roh hanya mengijinkan kepada jiwa untuk menerima input yang selaras dengan firman Allah. Segala perkataan yang berasal dari Roh, yakni firman Allah berguna untuk mengajar, menegur, dan untuk mendidik dalam kebenaran (I Timotius vi: 13). Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. Rasul Paulus berkata, bahwa orang Kristen sejati harus hidup dibawah kendali Roh, bukan mengikuti keinginan daging. Keinginan daging timbul karena membiarkan jiwa dipuaskan oleh keinginan daging yang bersifat fana sehingga kebutuihan roh semakin dikerdilkan. Supaya jiwa tidak memberontak terhadap pimpinan Roh, maka setiap orang percaya harus ada kesediaan diri sendiri untuk diperbarui pikirannya oleh Roh sehingga sedikit demi sedikit muncul ke permukaan buah demi buah roh, di antaranya adalah penguasaan diri (Roma xii:2 dan Galatia v:23). Banyak orang Kristen menderita pelbagai macam penyakit yang disebabkan gagal menguasai diri, yakni mengumbar keinginan daging, seperti penyakit jantung kardiovaskular, diabetis mellitus, penyempitan pembuluh darah, hipertensi, gagal ginjal, dan lain sebagainya. Sebagian besar penderita penyakit tersebut di atas disebabkan selama bertahun-tahun mengonsumsi soto jeroan sapi, yakni satu jenis makanan yang seharusnta dihindari. Tergoda untuk tetap melahap makanan ini, maka engkau disebut tidak dapat menguasai diri. Jiwamu seharusnya berkata :"Tidak!". Roh itu kuat tetapi daging lemah. Artinya keinginan roh untuk menguasai jiwa itu kuat, tetapi keinginan daging, yakni keduniawian yang telah dicemari oleh dosa sangat kuat menguasai jiwa manusia. 

Sampai kapan orang Kristen minum susu dan makan sereal, minuman dan makan bagi anak-anak? Ketika seorang anak telah melewati batas fase kanak-kanak, maka seharusnya dia meninggalkan cara berbicara dan sikap kekanak-kanakannya. Minumannya susu lagi melainkan firman Allah yang menggembeleng jiwanya. Jiwa yang sering mengonsumsi firman Allah, maka roh semakin kokoh dan semangat rohani semakin menyala-nyala (I Korintus xiii:11). Orang Kristen harus militan!!!

Selesai khotbah di mimbar dan doa berkat penutup acara selanjutnya adalah jamuan malam bersama. Gereja di Jalan Ketapang ini banyak anggota jemaatnya berasal dari Manado, maka tak heranlah hidangan malam ini dimeriahkan dengan masakan Manado, seperti broinbonen kaki babi, babi guling, ayam woku, dan lalampa. Aku termasuk penggemar masakan Manado. Lezato!



   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar