Sabtu, 25 Agustus 2012
Mengajarkan Anak Berani Berbicara
Karakter
yang baik tertanam di dalam pribadi seorang anak jika sejak dini orang tua menanamkan kebiasaan baik di dalam keluarga,
yaitu orang tua menghormati kebebasan anak untuk berani berbicara secara
terbuka dan menyatakan sikap. Keluarga yang sehat dan bahagia tidak hanya
bicara tentang kekayaan financial, melainkan satu keluarga yang anak-anaknya
dapat berbicara bebas tanpa tekanan dari orang tua. Seperti besi menajamkan
besi, maka intraksi semua anggota keluarga dengan kebiasaan baik setiap hari
selama bertahun-tahun pasti akan menajamkan pikiran satu sama lain sama yaitu membangun
kepribadian masing-masing sehingga tercipta satu keluarga yang kokoh.
Mengajarkan
anak berani berbicara terbuka mengemukakan pendapat dan sikapnya dinilai sangat penting untuk membangun
pertumbuhan karakter anak Indonesia .
Terlalu menekan anak menjadi patuh, anak akan sulit berani berbicara. Kepatuhan
penting bertujuan supaya anak menjadi disiplin, tetapi patuh berlebihan membuat
anak menjadi tidak kreatif. Apa batasan patuh yang tidak berlebihan? Mungkin
pada suatu hari seorang anak bertindak di luar garis yang ditetapkan oleh
ayahnya, tetapi sepanjang anak ini dapat memberi penjelasan yang rasional, maka
tindakan anak dapat diterima. Seorang anak dapat bicara secara rasional
terhadap orang yang mempunyai otoritas dalam hidupnya, hanya dapat terjadi jika
anak tersebut terlatih berani bicara terbuka dari sejak kecil.
Pengetahuan
penting untuk pertumbuhan kecerdasan, tetapi tidak menentukan seorang anak akan
berani mengemukakan pendapat secara terbuka kemudian hari jika anak tersebut tumbuh
dewasa. Kita dapat melihat contohnya pada era Orde Baru. Pada jaman itu banyak
orang memiliki kecerdasan akademis, tetapi tidak dapat bicara berani secara
terbuka selain hanya patuh kepada penguasa pada waktu itu. Semua penguasa Orde
Baru adalah produk generasi feodal yang mempunyai ciri membungkam kebebasan
orang lain yang berada dibawah status sosialnya untuk bebas berbicara. Semua orang
harus dibuat takut untuk berbicara oleh penguasa rezim. Jika gubernur akan
mengadakan dialog terbuka antara rakyat setempat dengan tamu dari Jakarta [baca :
presiden], gubernur sudah mengatur dengan paksaan halus supaya rakyat berbicara
semua hal yang hanya menyenangkan Tuan Presiden.
Banyak
orang tua di Indonesia
takut jika anak dibiarkan berani bicara terbuka, hal ini akan menimbulkan
kekuatiran pada orang tua, yaitu anak akan menjadi semakin tidak sopan atau
orang tua menjadi kurang wibawa. Gesekan nilai-nilai yang pernah dibanggakan
oleh generasi tua yang bertemu nilai-nilai baru anak muda sekarang adalah biasa
terjadi. Generasi tua seharusnya berjiwa besar melepaskan masa lalu demi
kemajuan generasi yang akan datang. Jangan takut kehilangan wibawa, karena
wibawa ada tergantung kejujuran orang tua terhadap generasi penerusnya.
Jika
orang tua menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak berani bicara terbuka, dari
sejak kecil anak harus diajarkan oleh ayah dan ibunya bicara dengan logika,
yaitu berbicara sebab-akibat yang berhubungan. Misalnya, mengapa jika banyak
mengonsumsi makanan karbohidrat tubuh dapat menjadi gemuk. Perbincangan seperti
ini dapat terjadi dilakukan secara rileks di ruang keluarga sambil makan pisang
goreng dan minun teh. Jika engkau tidak dapat menjawab argumentasi dari anakmu,
lebih baik terus terang untuk mengatakan tidak tahu, mungkin lain kesempatan
dapat menjawab. Jangan keras hati mempertahankan pendirianmu hanya supaya
dilihat oleh anakmu, bahwa engkau tampak berwibawa, padahal yang engkau
pertahankan belum tentu benar; sebaliknya jika engkau jujur terhadap dirimu,
anakmu justeru menghormati pribadimu.-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar