Senin, 02 April 2012

Romantisme Roti GO


Roti GO, Tradtional Bakery.
Sekali waktu dalam hidup seseorang mungkin dia teringat terhadap sesuatu yang pernah dia lakukan dalam waktu yang lama dan hal ini membuat satu kenangan yang tak terlupakan. Rasanya hampir semua orang di seluruh dunia merasakan romantisme ini. Kenangan ini mengendap di bawah sadar pikiran seseorang, kemudian kenangan ini seketika muncul secara refleks, ketika orang ini melihat atau merasakan sesuatu. Romantisme dapat berupa apa saja, misalnya romantisme makan bubur ayam di Jalan Sudirman, Salatiga, romantisme menikmati rasa lezat roti horn isi vla, atau romantisme memancing ikan di waduk Cirata, dan seterusnya.

Di Purwo.kerto, ada satu bakery tua dan sangat dikenal oleh penduduk di kota ini lebih dari tiga generasi, terletak di Jalan Sudirman yang panjang terbentang  dari utara ke selatan. Toko roti ini dibangun oleh generasi pertama keluarga Go pada tahun 1898. Di sepanjang jalan ini sebenarnya ada tiga toko roti, tetapi Go yang paling tua. Go dari sejak dibangun sampai sekarang masih menggunakan pembakaran roti model jaman Mesir kuno, yaitu pembakaran roti dengan bahan bakar kayu dan oven terbuat dari batu bata tahan api [firebricks]. Ketika saya berkunjung ke dapur roti Go pada bulan September, tidak ada prover modern dan mesin pengaduk adonan roti. Kesimpulannya adonan roti ini dilakukan dengan tenaga kekuatan tangan manusia dan dikembangkan dengan cara alami. Go merahasiakan dapur rotinya, saya hanya diijinkan masuk sampai batas pintu masuk dapurnya saja. Membuat roti dengan dengan cara ini memang membutuhkan tenaga ekstra kuat. Itu sebabnya Go menggunakan dua tenaga laki-laki bertubuh kekar di dapur roti ini.

Horn kesukaan temanku.
Nugrahani, temanku, orang berasal dari Purwokerto kini telah menetap di Yogyakarta selama lebih 25 tahun berkata kepada saya, bahwa roti pastry horn isi vla yang paling disukainya sejak ketika dia masih kanak-kanak. Ada seorang bekas gubernur Lampung berasal dari Purwokerto kalau pulang ke kampung halaman ini selalu membeli roti kopi. Jauh dari Lampung datang ke Purwokerto hanya untuk melepas rindu dengan menikmati roti kopi. Romantisme Go begitu melekat di sanubari bekas gubernur ini. Roti kopi adalah roti produksi primadona toko roti ini, menurut pemiliknya yang sekarang adalah generasi ke tiga, roti kopi tidak ada dijual di toko roti lain di kota ini.

Kesukaan Gubernur Lampung.
Kisah panjang tentang Go ini saya baca dari satu majalah kuliner terkenal dari Jakarta yang telah membuat saya penasaran juga untuk datang ke bakery tua ini. Saya datang ke bakery ini untuk menikmati langsung rasa roti di bakery legendaris ini, bukan hanya kata orang. Bicara tentang rasa memang relative, bagi kebanyakan orang Purwo.kerto roti ini memang sudah yang paling enak. Terus terang bicara tentang rasa, Go tidak luar biasa untuk kebanyakan roti modern, tetapi ditinjau dari segi sejarah, sangat luar biasa, karena dapat memacu pertumbuhan pelaku baru untuk bekerja lebih ulet. Toko roti ini tetap eksis menghadapi pelaku baru dengan mesin modern, karena pelanggan-pelanggan lama yang jumlahnya ribuan di seluruh daerah Banyumas masih tetap setia.

Rasa penasaran saya tertebus setelah menikmati roti kopi, roti bloeder, dan roti pastry horn berisi vla. Roti bloeder pengolahan utamanya adalah telur ayam diambil bagian kuning saja, karena itu rasa roti ini lebih berasa lemak, manis, dan gurih. Saya menikmati enaknya pastry horn berisi vla karena promosi temanku tadi. Untuk ketiga roti ini paling nikmat kalau dirasakan dengan minum teh hangat tanpa gula atau dengan black coffee. Menurut pemilik roti generasi ke tiga ini, toko ini menggunakan bahan-bahan yang prima, seperti butter dan ragi berkualitas tinggi.


Lidah tidak dapat bohong, jika Anda bepergian ke Jawa Timur melewati Purwokerto, jangan lewatkan untuk singgah sebentar ke toko roti ini.-

2 komentar:

  1. Toko roti go paling legendaris di purwokerto
    by: https://ekosutris.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Saya senang dengan roti koffie dan vlahorn-nya. Roti-roti di sini sebenarnya tidak luar biasa banget rasanya, tetapi nilai legendarinya itu, lho yang luar biasa. Dua merek roti lain yang bernilai legendaris di Bogor dan Jakarta adalah Tan Ek Tjoan dan Lauw. Saya menyempatkan diri minum kopi di Go Bakery.

    BalasHapus