Rabu, 04 Juli 2012

Wilayah Kelautan Timur Masa Depan Indonesia

Pulau Sumatera dan Jawa adalah lumbung padi terbesar di wilayah barat Indonesia yang sudah kita kenal sejak zaman Hindu/Buddha. Pulau Kalimantan yang dulu kita kenal sebagai primadona emas hijau, karena begitu luasnya hutan tropis di sini sebagai penghasil kayu lapis klas dunia. Mereka adalah masa lalu pundi kekayaan  Nusantara, sebaliknya kepulauan Indonesia wilayah timur dan seluruh laut yang mengitarinya adalah masa depan ekonomi Indonesia. Dari selat Makassar, laut Sulawesi, teluk Tomini, laut Maluku, teluk Tolo, teluk Bone, laut Buru, laut Halmahera, laut Seram, laut Banda, laut Flores, laut Arafuru, dan teluk Cendrawasih semua perairan laut ini adalah lumbung ikan di wilayah kelautan timur Indonesia yang belum dieksplorasi secara maksimum. Seorang pendeta yang berasal dari kepulauan Banda pernah berkata, bahwa ikan kembung di perairan ini seperti tidak mengenal musim, hampir setiap hari tiada hari tanpa ikan kembung, dan ukuran ikan kembung di sana sebesar lengan orang dewasa. Ikan berlimpah tiada hari tanpa ikan, berkat Tuhan yang tiada putus untuk negeri ini, tetapi nasib hampir semua nelayan tradisonal di Indonesia seperti kena kutukan hidup dalam kemiskinan.

Sejak Indonesia merdeka tahun 1945, rasanya tidak berlebihan apabila kukatakan, bahwa pembangunan lebih banyak berada di wilayah barat, khususnya pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Mereka adalah masa lalu, sudah saatnya kita memikirkan juga daerah lain yang masih tertinggal. Indonesia bagian timur adalah wilayah yang  memiliki potensi kelautan yang sudah saatnya kini untuk diolah. Daratan di wilayah barat sudah sempit oleh pertanian dan pemukiman penduduk, sebaliknya kelautan wilayah timur menanti tangan giat menebar jala. Kedalaman laut di wilayah ini mencapai antara 1000 sampai 2000 meter, sungguh satu wilayah perairan yang sangat kaya dengan ikan laut dalam yang menghasilkan sumber devisa negara yang sangat besar, seperti ikan tuna, blue marlene, tongkol, bawal, kakap, tenggiri, kerapu, dan seterusnya. Kita jangan terlena dengan kejayaan maritim di masa lalu, tetapi lihatlah keadaan senyatanya negeri ini. Negeri kita adalah negeri maritim, ada baiknya belajar dari negeri maritim yang telah maju dalam mengelola kelautan, seperti Inggris, Belanda, dan Jepang. Kita membutuhkan angkatan laut yang kuat untuk menjaga kekayaan laut negeri ini supaya tidak dicuri oleh nelayan asing yang sering tertangkap sedang menebar jala di sini. Angkatan laut yang kuat juga dibutuhkan untuk menjaga wilayah territorial negeri ini supaya angkatan laut negara tetangga tidak seenaknya main tangkap nelayan kita.

Hamparan pantai yang banyak di kawasan ini yang jika dikelola dengan baik bukan mustahil akan menjadi sumber devisa negara yang sangat besar di sektor wisata bahari, bahkan lebih besar dibandingkan dengan kekayaan laut wilayah ini. Lihatlah Spanyol, hamparan pantai negeri ini tidak pernah sepi pengunjung wisatawan dari seluruh dunia. Negara ini berhasil menjadi negara penghasil devisa di sektor wisata terbesar di dunia. Indonesia bukan hanya Bali saja, tetapi ada Manado, Sangir, Gorontalo, Makassar, Palu, Flores, Ambon, Kupang, Banda, Papua, dan seterusnya. Wilayah timur ini bukan daerah minus, tetapi ibaratnya sebongkah intan yang sedang menanti untuk digosok supaya menjadi berlian yang kilapnya mengundang banyak orang datang ke sini, yaitu semua calon investor yang mau melakukan investasi di berbagai sektor di wilayah ini.  

Semua gubernur yang melaksanakan tugas di wilayah ini seharusnya mempunyai pandangan luas dan akhli di bidang kelautan bukan hanya sebatas tahu mengelola pemerintahan, karena lautan Pasifik adalah wilayah perdagangan dunia yang akan datang, dan Indonesia bagian timur adalah gerbangnya menghadap ke lautan ini. Lautan Hindia adalah masa lalu, lautan Atlantik adalah masa kini bahkan sebentar lagi menjadi bagian masa lalu, sedangkan lautan Pasifik adalah masa depan. Indonesia membutuhkan seorang figure menteri yang mengetahui banyak masalah kelautan dan figure yang bersih dari mental korup.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar