Bank di satu sudut kota Yogyakarta. |
Sabtu, 03 November 2012
Pembobolan Bank Kejahatan Orang Cerdas Tak Bermoral
“Sebelum Anda memutuskan untuk mendapatkan
kekayaan, pertimbangkanlah, bahwa Anda terhitung sebagai orang yang mempunyai
responsibilitas mengendalikan diri Anda.”
Parjo,
tetanggaku, kerjanya setiap hari adalah sopir bis angkutan umum trayek
Cililitan – Blok M, tahunya yang dapat dibobol adalah rumah. Rumahnya dua
minggu yang lalu, dinding bagian belakang dibobol pakai linggis oleh pencuri
sehingga dua sepeda milik anaknya hilang diambil oleh tamu tak diundang itu. Di
kampung halamannya di sebuah desa di wilayah kabupaten Blitar, menurut
penalarannya, maling biasa membobol sebuah rumah besar dengan menggunakan
linggis. Selama dua minggu ini dia dibuat bingung oleh berita semua koran yang
memberitakan sebuah bank internasional dibobol sehingga kerugian sangat besar
diderita oleh bank ini. Pakai apa membobolnya? Pakai linggis? Jangan kau sebut
orang seperti Parto ini bodoh, kalau pikiran belum tersambung, maka berita apa
saja yang sederhana sekalipun pasti tidak dipahami oleh siapa pun. Apalagi
tetanggaku ini hanya lulusan sekolah dasar inpres di kampungnya 25 tahun
yang lalu.
Kualitas
kejahatan sangat tergantung dengan tingkat pendidikan pelaku criminal tersebut.
Semakin rendah tingkat pendidikan, maka lebih banyak menggunakan kekuatan fisik
untuk melakukan kejahatan; sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan,
pergaulan luas, dan spesialist atau pengalaman dalam suatu bidang, maka orang
seperti ini lebih banyak menggunakan kecerdasan dan akal. Di negara-negara maju
yang padat tekhnologi dan padat menejemen, seperti Inggris, Prancis, Jerman,
Belanda, Amerika, kejahatan sudah melibatkan kemajuan tekhnologi yang ada,
seperti penggunaan sinar laser, keterampilan memanjat tebing, keterampilan
menyelam, tekhnologi informatika, dan seterusnya ini baru hard-ware saja, belum
bicara software yang kebanyakan dimiliki oleh orang sangat professional dalam
bidangnya, seperti ahli ekonomi, ahli perbankan, ahli fisika, kalau bukan
seorang sarjana paling tidak adalah orang kebanyakan yang sangat berpengalaman
dalam suatu bidang, mungkin ahli mekanik mobil atau pilot pesawat terbang. Di
Inggris ada seorang muda berpengalaman dalam bidang perbankan pernah berhasil
membuat sebuah bank di negaranya bangkrut karena kejahatan yang dilakukannya,
tetapi akhirnya dia ditangkap di Singapura dan dipenjara di negara pulau ini.
Apa kau pikir, apakah orang lulusan sekolah dasar dapat melakukan seperti yang
dilakukan oleh orang Inggris ini?
Beriman
kepada uang, artinya memuja atau memberhalakan uang. Orang fasik berpikir,
bahwa uang itu berarti segalanya. Engkau dapat membayar dengan uang kenikmatan
sex dari seorang pelacur di pinggir jalan, tetapi engkau tidak dapat membayar
dengan uang untuk mendapatkan kasih sejati. Engkau dapat membayar dengan uang
untuk membeli tempat tidur dengan matras yang paling baik di dunia, tetapi
engkau tidak dapat membayar dengan uang untuk dapat tidur dengan nyenyak. Ada orang yang dapat tidur
dengan langit sebagai atap rumahnya, sebaliknya ada orang yang menderita tidak
dapat tidur karena pikirannya tidak lepas dari uang, uang, uang saja, mau
diinvestasikan ke mana lagi ini uang. Semua yang engkau lakukan di bawah langit
ini adalah sia-sia saja mengejar uang sampai berpeluh, apalagi didapatkan dengan
cara haram, yaitu membobol sebuah bank, karena apabila engkau mati, uang yang
engkau kejar habis-habisan itu tidak akan engkau bawa mati. Apa engkau pikir
mau diwariskan kepada anak dan cucu? Uang haram tidak akan menjadi berkat bagi
orang lain.
Pembobol
bank ini bernama Inong Malinda Dee, jabatan Relationship Manager. Dua puluh
tahun bekerja di perusahaan ini bukanlah waktu yang singkat dan tergolong
pegawai yang setia. Seorang pegawai jika telah bekerja selama lima tahun kontinu di sebuah perusahaan,
orang ini dapat dikatakan sebagai pegawai yang setia, apalagi sampai 20 tahun,
sangat dedikasi. Lima tahun pertama, biasanya
seorang pegawai masih dapat menjaga kejujuran hatinya, tetapi gaya hidup salah biasanya yang dapat mengubah
mentalitas seseorang. Gaji perempuan ini diperkirakan sekitar 50 juta rupiah
belum ditambah bonus tahunan. Gaya hidup salah didapatkan dari lingkungan
pergaulan yang buruk, misalnya suka belanja [shopalcoholic], suka traktir orang
[entertainment], suka memiliki barang mewah punya high level mark dan pamer
sebagai hobby [mobil, perabotan rumah, perhiasan, etc], suka perjalanan
[traveling], suka mengenakan pakaian mahal [expensive dress], semua ini
dilakukan demi prestisius atau gengsi. Gaya
hidup seperti ini, walaupun digaji oleh perusahaan sampai sebesar 3 kali lipat
gaji tersebut di atas, pastilah tidak akan mencukupi. Supaya gaya hidup terpenuhi, maka harus dicari
siasat supaya penghasilan meningkat lebih tinggi dari yang sekarang, yaitu
dengan cara membobol bank. Perbuatan ini juga tergolong korupsi, karena ada
pihak lain yang dirugikan, yaitu nasabah; pada akhirnya, pihak bank harus
memberi ganti terhadap nasabah yang uangnya dicuri oleh pembobol bank ini. Jakarta memang kota
sihir yang dapat menyulap iman seseorang, yang semula beriman kepada TUHAN
kemudian berubah menjadi beriman kepada uang.
Kesetiaan
Malinda sudah berubah, yang semula dedikasi ditujukan untuk melayani nasabah,
selanjutnya berjalan dengan waktu terkikislah sedikit demi sedikit
prinsip-prinsip moral yang semula dijunjung tinggi, karena godaan untuk
melakukan perbuatan yang tidak etis, yaitu mencuri uang nasabah yang
dipercayakan kepada perempuan ini, lebih kuat dari pada menjaga kesetiaan
hubungan dengan nasabah. Jika orang sudah mempunyai keinginan untuk melakukan
suatu kejahatan, setan mempunyai ramuan memberi jalan atau kesempatan;
sebaliknya jika engkau mempunyai keinginan melakukan segala sesuatu yang
berguna untuk sesama manusia, Tuhan juga memberi jalan yang tidak menyesatkan,
karena perkataan TUHAN adalah pelita bagi kakimu dan terang bagi jalan hidupmu.
Orang yang
dapat membobol bank adalah orang cerdas yang mempunyai keahlian membaca
post-post pemindahan uang seluruh nasabah bank di dalam balance sheet dan
mempunyai kewenangan memindahkan post-post yang ada di dalam balance sheet.
Bagi bank setaraf City Bank, balance sheet yang dimiliki tentu luas dan
kompleks sekali, karena itu hanya dapat dilakukan oleh pelaku berpendidikan
tinggi, seperti Malinda, tidak mungkin dapat dilakukan oleh orang-orang seperti
Parjo yang hanya lulusan SD inpres. Suatu hal yang biasa dilakukan oleh semua
bank diseluruh dunia, yaitu memberikan private banking kepada nasabah yang
dianggap istimewa. Nasabah dapat dikatagorikan istimewa karena mempunyai
deposit > 500 juta rupiah, misalnya. Apa saja private banking itu? Antara
lain, kemudahan menyetor atau mengambil uang tanpa antri. Nasabah memberi tanda
tangan pada selembar form menyatakan nominal uang yang diambil atau disetor.
Biasanya nih, kalau sudah dipercaya sekali oleh nasabah, jarang nasabah
kemudian memeriksa kebenaran uang yang telah disetor oleh bandit kerah putih
ini. Dan, baru ketahuan kemudian setelah keadaan sudah buruk sekali. Asal Anda
tahu saja, Melinda menggarap lebih 200 nasabah di atas 500 juta rupiah, bahkan
ada yang sampai puluhan milyar rupiah. Deposit seperti ini, jika diambil 100
ribu rupiah sehari tentu tidak ketahuan, … tetapi keserakahan selalu mendahului
kehancuran.
Namun,
pembobolan bank dilakukan dalam arti kasat mata juga ada, seperti yang dilakukan
oleh Robert De Niro dan kelompoknya dalam film HEAT, yaitu membuka brankas
setelah memaksa direktur bank meletakkan sidik jari kelima jari tangan
kanannya; atau seperti yang dilakukan oleh William Baldwin dalam film Gate Way,
yaitu dapat membuka brankas dengan bantuan alat canggih sehingga dapat
diketahui susunan kombinasi angka kunci brankas. Tapi kedua orang ini adalah
perampok yang mempunyai technology skill.
Pembobolan
bank yang telah dilakukan oleh Malinda menurut ahli perbankan sebetulnya cara yang
konvensional [kuno], manusia semakin pandai dan kejahatan kerah putih juga
semakin dahsyat. Di masa ke depan unit IT harus diawasi lebih ketat lagi,
karena mereka orang yang paling tahu program yang dipasang [install] ke dalam
computer. Orang-orang yang berpendidikan tinggi tetapi tidak menjunjung tinggi
prinsip-prinsip moral, berpeluang besar melakukan perbuatan tidak etis. Dari
mana manusia mendapatkan informasi prinsip-prinsip moral supaya di dalam
pikirannya tumbuh keinginan melakukan perbuatan etis. Uang adalah akar dari
segala kejahatan. Orang yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral, mempunyai
kemampuan mengendalikan uang; bukan uang yang mengendalikan hidupnya. Uang
memang dibutuhkan, tetapi cukuplah sebatas untuk makan, pengeluaran rutin bulanan,
dapat mengunjungi rumah Tuhan, untuk persembahan [kolekte], dan menolong
saudara. Kalau Gusti Allah memberi uang lebih, puji Tuhan dapat digunakan untuk
berlibur ke London.-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar