“Ada yang tidak dapat
dibeli dengan uang, yaitu romantisme gudeg Sultan Agung.”
|
Gudeg Yogyakarta di Jakarta. |
Aku mempunyai ikatan batin dengan “gudeg” kebanggaan
orang Yogyakarta. Gudeg adalah roh kota ini, jiwa nasionalisme orang Yogyakarta, satu
kebanggaan, itu sebabnya kota ini disebut kota gu.deg selain kota
pelajar. Gudeg adalah sayur yang terbuat dari bahan dasar nangka muda, diolah
dengan santan, gula Jawa, bumbu-bumbu penyedap, dan daun jati. Warna kecokelatan pada gudeg
ini karena penambahan daun jati. Gudeg, kalau dimakan lengkap dengan nasi, opor
ayam, sambal goreng hati, sayur krecek, santan areh, tahu dan tempe bacem, telur ayam, dan sambal terasi.
Rasa gu.deg adalah manis dan gurih bercampur dengan sensasi lemak santan, makin
banyak santannya, makin lezat. Orang Jawa biasa minum teh
manis, hangat, dan kental setelah makan gu.deg.
Hampir setiap tahun aku dan keluargaku selalu berlibur ke kota Yogyakarta. Kota yang yang selalu
dalam ingatanku dari sejak muda remaja. Isteriku mempunyai saudara sepupu di kota ini, sedangkan aku mempunyai sahabat di kota ini juga yang akrab
denganku sejak masih muda remaja. Kami menyebut persahabatan ini sebagai
unforgetable friend, karena kami telah saling mengenal selama 40 tahun. Persahabatan
kami lanjutkan melalui akun facebook sampai sekarang. Sahabatku seorang perempuan,
Nugrahani, sampai sekarang masih memberi dedikasi sebagai dosen di Universitas
Gajah Mada.
Ditinjau dari ilmu kuliner, gu.deg masakan yang tidak boleh
diabaikan begitu saja, buktinya banyak penggemar gu.deg jauh dari luar kota Yogya datang berburu gudeg ke kota ini. Ada juga penggemar yang datang dari Belanda,
Spanyol, Belgia, dan Jerman. Ada
daya magnet dari kuliner ini sehingga ada penggemar yang nekat antri ke
restoran gu.deg yang buka special tengah malam. Orang di sini menyebutnya gu.deg
pawon, artinya gu.deg dapur karena makannya di dapur langsung. Aku sendiri
mempunyai tempat makan gu.deg favorit sejak muda dulu, yakni gudeg Jalan Sultan
Agung, di seberang jalan dengan Hotel Wilis, di sisi kanan theater. Bukanya hanya
dua jam saja, dari pukul 21.00 sampai 23.00, meja leseh.an belum sempurna
ditata, tetapi pengunjung sudah pada antri.
Namun, ditinjau dari pandangan ilmu kesehatan, gu.deg
tergolong makanan tidak bergizi memadai. Apa yang dapat diharapkan dari nangka
muda, pasti tidak ada vitamin atau nutrisi lain yang memadai? Sayur krecek
terbuat dari bahan dasar kulit kerbau yang seharusnya menjadi kulit sepatu Anda.
Kalau sudah terasa lezat di mulut, biasanya lupakan saja gizi sejenak. Makanan
enak tidak identik dengan gizi mencukupi atau gizi seimbang, bahkan banyak juga
makanan orang Barat yang mempunyai resiko besar terhadap timbulnya penyakit
jantung koroner, misalnya beefsteak tenderloin atau sirloin. Di Amerika, donat adalah
musuh masyarakat nomor satu dalam menaikkan berat badan. Sering makan donat,
maka Anda harus bersiap dengan resiko sakit jantung atau kalau masih beruntung
pembuluh darah koroner Anda diberi stent saja. Jadi? Makan makanan selezat apa
pun jangan sampai berlebihan.
|
Jalan Wijilan. In the evening. |
Di restoran mana Anda akan menikmati gu.deg? Di mana saja
ada, mulai dari segmen warung pinggir jalan kaki lima
yang harganya beberapa ribu roepiah satu piring sampai ke resto yang dapat
bikin enjoyable dan bertarif lima belas ribu roepiah
satu piring. Ada
dua jenis gudeg, yaitu gudeg kering disebut demikian karena tidak berkuah dan
gudeg basah. Ini tergantung selera Anda. Di sepanjang Jalan Wijilan ada banyak
restoran khusus menyediakan gudeg. Semua nama restoran gudeg selalu dengan nama
perempuan sebagai pemilik restoran, seperti Gudeg Bu Lies, Gudeg Bu Dyah, Gudeg
Bu Juminten, Gudeg Bu Lasiyem dan seterusnya. Di sini semua gudeg dari jenis
kering. Kalau Anda mau yang basah datang saja ke Jalan Sultan Agung, Jalan
Dahlan, atau Jalan Katamso pada malam hari. Gudeg kering dapat tahan beberapa
hari sehingga dapat dibawa sebagai oleh-oleh, dibawa bersama kan.dil yang
terbuat dari tembikar, harganya 45 ribu rupiah per kan.dil.
Aku pernah melihat pasangan suami isteri muda dari Spanyol
sedang asyik menikmati gudeg di Jalan Dagen. Mereka selama beberapa hari Yogyakarta dalam perjalanan bulan madu. Romantika bulan
madu dengan gu.deg Yogya. Di satu tempat di Jakarta, aku pernah melihat restoran gu.deg
tampak sepi oleh pengunjung. Aku masuk ke dalam resto ini dan memesan satu
piring gudeg. Tak lama kemudian masuklah satu keluarga besar ke dalam resto ini
di seberang tempatku duduk. Mereka tampak gembira satu sama lain ketika pelayan
menyodorkan menu makanan. Penampilan mereka yang tampak familiar dengan
lingkungan resto ini menunjukkan, bahwa mereka adalah pelanggan setia tempat
ini. Walaupun resto ini tampak sepi, pengunjung setia tetap ada. Romantisme
gudeg tak pernah padam ditelan waktu.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar