Minggu, 02 September 2012
Akar Pohon Bakau Penyerap Gas Karbondioksida
Setelah
beredar-edar sepanjang hari di permukaan bumi yang panas dengan temperature
antara 28 sampai 35 derajat Celcius, maka gas karbondioksida yang lebih berat
dari udara turun ke permukaan yang lebih rendah lagi, yaitu sebagian di atas
permukaan tanah diserap oleh rimbunan pohon-pohon di hutan atau di perkotaan,
dan sebagian besar lainnya terserap oleh air laut, sungai, dan danau. Gas ini
dapat berasal dari gas karbonmonoksida hasil pembakaran gasoline di dalam silinder
motor atau mobil, teroksidasi oleh oksigen
di udara bebas kemudian menjadi karbondioksida, dari industri, dari
power station, dan dari berbagai sumber pembakaran bahan-bahan zat hidrokarbon.
Karbondioksida tidak terkonsentrasi di satu tempat di udara bebas, melainkan
tersebar perlahan ke seluruh permukaan daratan dan laut. Gas ini di udara
sebagian telah bereaksi dengan uap air yang berasal dari penguapan air yang ada
di permukaan bumi menjadi senyawaan karbonat kemudian turun kembali ke bumi
bersama dengan air hujan.
Air laut
yang telah menyerap gas ini segera diubah menjadi senyawaan karbonat yang akan
menyebabkab air laut menjadi lambat melepaskan panas, sebelum alam memulihkan
kembali pada keadaan sebelumnya, esok hari air laut menerima radiasi panas
matahari dan menyerap karbondioksida kembali, akibatnya air laut semakin naik
temperaturnya, sehingga mempercepat penguapan air laut secara global. Keadaan
ini berlangsung selama puluhan tahun tanpa kita sadari iklim dunia
berangsur-angsur telah bergeser di luar yang seharusnya. Kita baru menyadari
setelah keadaan iklim dunia telah merusak lingkungan hidup manusia. Pelajaran
ilmu alam sederhana, jika 1 liter air mendidih pada temperatur 100 derajat
Celcius, ditambahkan ke dalam 1 liter air ini 1 mililiter asam karbonat, titik
didih air ini akan meningkat > 100 derajat Celcius. Makin banyak
karbondioksida dilarutkan ke dalam air ini, maka titik didih air ini akan makin
meningkat >> 100 derajat Celcius. Larutan air senyawaan karbonat lebih lambat
melepaskan panas dibandingkan dengan air biasa. Air laut juga akan menerima
akibat yang sama seperti contoh ini, yaitu makin hari makin pekat oleh
senyawaan karbonat, dan makin lambat melepaskan panas.
Untuk
memulihkan keadaan lingkungan hidup yang telah rusak ini menurut para ahli
membutuhkan waktu tidak cukup satu abad, misalnya di Kutub Selatan pada tahun
2010 telah longsor bongkahan es sebesar 300 km persegi dan di Kutub Utara
sebanyak 30 persen es telah mencair. Pencairan es dikutub ini perlahan tapi pasti
menaikkan permukaan air laut di seluruh dunia. Banyak tempat yang tidak pernah
banjir, kini terancam banjir setiap tahun. Di Eropa mengalami musim dingin
maupun musim panas di luar normal, yakni terlampau dingin atau terlampau panas.
Di Indonesia pun demikian, pernah mengalami kekeringan yang sangat panjang
sehingga banyak tanah pertanian gagal panen, sebaliknya pernah mengalami curah
hujan yang luar biasa sehingga di mana-mana banjir. Jika ada banjir di suatu
tempat di Indonesia ,
seorang pejabat dengan mudah mengatakan akibat pemanasan global. Di Indonesia
lain, banyak banjir lebih besar kemungkinannya karena banyak penebangan pohon
secara liar.
Bukan
berita baru untuk mengatasi pemanasan global akibat akumulasi karbonat di dalam
air laut dengan tanaman bakau [mangrove], melainkan selama puluhan tahun nasib
tanaman ini disia-siakan di negeri ini. Bakau banyak tumbuh subur di sepanjang
garis pantai di seluruh dunia. Pohon bakau berguna untuk menahan abrasi pantai
oleh air laut, sedangkan akar bakau berdaya guna sangat besar menyerap
senyawaan karbonat di laut dan melalui proses foto sintetis pohon bakau akan
melepaskan oksigen melalui daun pohon ini. Sayang sekali ribuan hektar pohon
ini pernah ditebang untuk kepentingan developer yang mengembangkan perumahan di
kawasan pantai, pembangunan perluasan pelabuhan, dan mitos masyarakat, bahwa
akar pohon bakau dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit rematik.
Tuhan
Mahatahu dari sejak jaman doeloe kala, bahwa pada suatu saat nanti manusia akan
semakin pandai, merasa lebih tahu dari Tuhan, dan juga semakin jahat. Tuhan
menciptakan ada siang dan ada malam, pasti ada tujuannya. Pada siang hari
tumbuhan melakukan proses foto sintesis, sebaliknya pada malam hari proses ini
berhenti. Namun, manusia berangan-angan foto sintesis dapat berlangsung
sepanjang waktu 24 jam dengan meletakkan sebuah satelit di orbit bumi dan
dilengkapi reflector untuk memantulkan cahaya matahari. Tuhan menciptakan hutan
bakau di sepanjang garis pantai, pasti juga ada tujuannya, tetapi manusia
menyombongkan kecerdasan yang terbatas di hadapan Khalik yang tidak terbatas.
Hutan bakau banyak ditebangi oleh manusia dengan berdalih, bahwa semua yang
dilakukan ini sudah diselidiki dampak lingkungkannya oleh tenaga asing yang
paling ahli. Jika lingkungan hidup sudah terlanjur rusak, yang mereka lakukan
hanya menutup mata berpura-pura tidak tahu. Semua perbuatan yang dilakukan oleh
manusia dari sejak pertama kehidupan adalah membuat banyak kerusakan di planet
bumi ini, tidak ada manusia yang benar kelakuannya di hadapan Tuhan. Ketika
kelangkaan bahan bakar minyak, semudah itu manusia menebangi pohon bakau
digunakan sebagai kayu bakar, Ya, walaupun sudah telambat untuk memulihkan
kembali hutan bakau, lebih baik dilakukan dari pada tidak sama sekali. Sekarang
sudah timbul kesadaran kembali dari semua orang di pesisir untuk melakukan
penanaman massal pohon bakau.-
Lokasi:
Bekasi, Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar