|
Unit Semen Putih. |
Ia adalah temanku ketika kami masih bekerja di suatu pabrik semen di Citeureup, Bogor. Ia dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat. Dari kecil sampai lepas masa remaja di kota ini. Sundanese origin. Kulitnya putih, rambut sedikit kemerahan, dan sorot matanya tajan kalau memandang orang. Ya, dia tampan waktu masih muda, sampai sekarang pun masih tampak ketampanannya. Anakku perempuan sendiri mengatakan, bahwa dia tampan. Ia tidak pernah mempunyai pacar, sebaliknya dia adalah seorang avonturir cinta dari satu perempuan ke perempuan lain. Jangan kau pikir dia akan mengencani perempuan-perempuan pelacur seklas Kalijodo, Kramat Tunggak, Tanah Abang Bongkaran, atau bertemu perempuan di pinggir jalan yang tidak jelas identitasnya. Tidak. Seorang moviestar yang pernah terkenal pada dekade 70 pernah dikencaninya sampai ke ranjang. Makanya ada istilah cinta asmara itu datangnya dari mata sampai ke ranjang. Orang salah memahami istilah ini tentang laki yang doyan perempuan dikatakan sebagai mata keranjang. Keranjang adalah suatu benda yang terbuat dari bambu digunakan untuk membawa barang belanjaan dari pasar. Tapi istilah mata keranjang sudah terlanjur terkenal dan diterima oleh masyarakat dibandingkan dengan istilah yang sebenarnya, yakni dari mata turun ke ranjang.
Aku dan dia pernah menjadi penghuni barak buruh
berstatus lajang dari 1984 sampai 1988. Barak besar terdiri dari delapan blok,
satu blok mempunyai sepuluh kamar, dan satu kamar ukuran 6 x 4 meter memiliki
dua tempat tidur susun, jadi dapat menampung empat orang per kamar, maka barak
ini mampu menampung tiga ratus dua puluh buruh lajang. Kami menempati blok H, blok
paling depan, kamar 07. Lemari pakaian empat pintu, dua tempat tidur susun,
satu meja tulis, semua dari merek furniture terkenal waktu itu. Kebanyakan orang
termasuk lingkungan kami sering menyebutnya sebagai Housing Satu Kamurang. Ada satu kamar dihuni
hanya oleh satu orang saja, banyak yang sudah keluar dari barak sebab menikah
atau telah membeli rumah di tempat lain. Selama kira-kira dua tahun pertama
menetap di barak ini, aku dan teman-teman lain menikmati makan tiga kali sehari
yang disediakan oleh perusahaan. Makan nasi boleh tambah semampu perut, lauk
pauk yang tak boleh tambah. Orang yang dapat giliran pagi atau siang, pihak
kantin mengirim langsung ke dalam pabrik. Aku tidak ingat betul, tetapi selama
menikmati jatah makan dari perusahaan, rasanya aku tidak pernah melihat dia
makan di kantin. Gengsi? Maybe! Demi gengsi siap menahan lapar. Aku tidak mau
tahu dan tak pernah bertanya kepadanya makan di mana dia itu. Kemudian
perusahaan menghapus kebijakan makan di kantin, sebagai gantinya diberi kompensasi
uang. Kemudian aku, dia dan juga banyak teman lain makan di warung menurut
selera masing-masing. Aku dan dia suka makan nasi rendang di warung masakan Minang
tak jauh dari Housing Satu. Pemilik warung ini seorang janda tua, ibu dari tiga orang anak, orang
Pariaman, dan kami biasa memanggilnya ete. Bayarnya? Kasbon. Setiap bulan dibayar
setelah terima gaji. Warung masakan Minang milik ete ini sekarang sudah tidak
ada lagi.
|
Tiga gadis Citeureup. |
Selama berada di barak ini aku mengikuti
kegiatan hobby yang sedang tren sekali pada waktu itu, bahkan sampai ke seluruh
Nusantara, yaitu radio komunikasi mengikuti jalur panjang gelombang dua meter.
Resminya radio komunikasi ini dikelola oleh ORARI pada kisaran frekuensi antara
146,00 – 148,00 MHertz. Kami bermain di kisaran frekuensi tidak resmi, yakni
frekuensi atas atau bawah. Istilahnya dapat main atas atau bawah. Kami yang
berada di lokasi Cibinong, Citeureup, Gunung Putri dan sekitarnya biasa bermain
di frekuensi 143.17 MHz atau main di bawah. Tapi orang biasa menyebut lokalan
317. Cuaca bagus, antenna yang matching setinggi 10 meter, dan tidak terlalu
banyak terhalang gedung-gedung dan perbukitan, maka radio komunikasi ini dapat
mencapai radius 80 kilometer. Main di atas sepi, sedangkan main di tengah hanya
mereka yang memiliki brevet resmi dari ORARI. Setiap orang yang terlibat dalam
kegiatan tak resmi ini mempunyai nama panggilan khas di udara. Misalnya :
Boyce, Gepeng, Bunda Ratih, Kenny, Puspa, Lukas, Paul, Anna, dan seterusnya. Di
sini Kenny, lokasi Jagorawi, Cibinong memanggil Bunda Ratih di Tlajung Udik.
Selamat pagi, Bunda. Ini adalah sepenggal morning greeting yang biasa diucapkan
untuk tegur sapa. Mengikuti kegiatan ini, kalau tidak waspada, orang yang lemah
imannya dapat terseret dalam pergaulan bebas. Narkoba belum dikenal luas waktu
itu. Seks bebas, ya. Aku mengikuti kegiatan ini sebab ingin memperluas
pergaulan saja. Pendek kata, banyak teman satu tempat kerja yang terlibat
kegiatan ini. Namun, kegiatan yang lebih banyak mengeluarkan uang tak berguna
ini aku tinggalkan. Temanku ini pada akhirnya meninggalkan kegiatan ini juga. Hanya
kakaknya saja yang tetap aktif karena kakaknya memang tercatat sebagai anggota
resmi ORARI, sudah memiliki brevet sebagai amateur radio dengan callsign YC1 …
Sebetulnya aku lebih akrab dengan kakaknya
yang bekerja sebagai teknisi radio komunikasi di perusahaan tempat kami bekerja
dibandingkan dengan temanku ini. Aku sering berkunjung ke rumah kakaknya yang
sudah berkeluarga dan mempunyai tiga orang anak laki semua. Kalau
bincang-bincang dengan kakaknya, pembicaraan tidak jauh dari masalah
elektronika, terutama sound system. Aku menyukai sound system dan mempunyai
impian memiliki sound system yang mapan. Pada waktu itu nama Tjandra Ghozalli
adalah nama yang sering diucapkan oleh hobbyist sound system sebagai pakarnya.
Sampai sekarang aku masih menyimpan banyak foto copy clipping tulisan pakar
ini. Merek sound system yang menjadi impianku waktu itu adalah Technics buatan
Jepang. Power amplifier merek ini rms 50 watt Klas A harganya waktu itu adalah
sepuluh juta rupiah. Impian saja! Bagaimana tidak disebut impian tidur siang
bolong? Weleh, weleh, weleh, aku masih ingat nilai gajiku per bulan pada waktu
itu, yakni dua ratus ribu rupiah saja. Vina Panduwinata adalah nama penyanyi
pop yang sangat popular pada dekade 80. Di Dadaku Ada Kamu adalah lagu top hit sering
terdengar di mana-mana dinyanyikan oleh penyanyi asal Bogor ini. Di Housing Satu, aku menikmati
merdunya suara Vina dengan sound system yang masih standard, terdiri dari tape
deck merek Akai, pre amplifier TCA5500 Motorola rakitan, power amplifier STK
032 Sanyo juga rakitan, dan satu pasang pengeras suara stereo buatan Warung
Jambu yang harga totalnya masih terjangkau oleh buruh sepertiku ini. Klasnya
masih rakitan. Setelah aku berkeluarga Akai ini masih ada di rumahku di Bekasi
sampai sekarang. Umurnya sudah 20 tahun! Sudah jadi barang antik.
|
Gadis Bogor. |
Apa yang tidak diceritakan kepadaku tentang
perempuan-perempuan yang pernah dibawa olehnya ke ranjang? Almost all done to
me. Banyak di antara perempuan-perempuan itu aku mengenal mereka juga sebagai
teman kegiatan on air. Ia bercerita kepadaku, bahwa dia pernah melakukan
hubungan intim dengan seorang janda forty grade dan kemudian di lain kesempatan
dengan anak perempuan janda ini. Kemudian pada even lain, dua gadis kakak dan
adik pada hari yang berbeda di rumah mereka dan di kamar masing-masing juga di
bawa ke dalam hubungan intim. Modal tampang, dengkul kuat. Tidak pernah
kudengar, dia berhubungan intim dengan karyawati di tempat kami kerja. Ia
termasuk type bukan pemain di dalam kandang sendiri. Ada satu dua orang karyawati pabrik garmen
terlibat intim dengannya. Ada banyak pabrik
garmen di Citeureup, Cibinong sampai ke Bogor.
Dengan perempuan Indonesia
saja? No, man! Ia juga mempunyai avontur cinta dengan beberapa perempuan bule Australia selama liburan di Bali.
Ia senang berlibur ke Bali dengan Bis Lorena
full air conditioning dan terkenal saat itu. Waktu itu berita tentang hiv dan
aids belum terdengar. Manado, Jawa, Sunda,
Minang, Palembang,
Tionghoa, bule, dan mana lagi? Ah … anyway, dia sudah banyak mengencingi
perempuan-perempuan ini. Ia sendiri yang membuat istilah ini. Katanya kencing
enaaaaaaaak.
|
Di Citeureup 1990. |
Pada 1988 kami berpisah. Bukan hanya kami
melainkan seluruh penghuni barak berpisah semua, sebab perusahaan akan
merenovasi seluruh barak untuk dijadikan perumahan bagi buruh yang telah berkeluarga
dan stand-by. Aku pindah ke Cibinong di tempat kontrakan rumah yang bentuk bangunannya
menyerupai barak Housing Satu. Nama tempat kontrakan baruku ini adalah Mess
Merpati. Bagaimana dengan temanku? Yaaah, gone with the wind. Entah dia pindah
ke mana. Hampir satu tahun kemudian aku pindah lagi ke Citeureup di rumah
seorang haji. Aku lupa siapa nama haji ini. Letaknya kira-kira sepuluh puluh
meter masuk ke dalam gang dan rumah ini lima
belas meter di seberang jalan dari pasar. Pada Januari 1990, dia, aku, dan lima orang teman lain
berangkat melakukan hiking menuju Jonggol. Kami menamakan diri kelompok
Solidarnosch. Solidaritas. Kami mendaki dan melintasi perbukitan batu kapur tidak
jauh dari penambangan batu kapur di desa Lulut. Pabrik semen tempat kami
bekerja mendapatkan supply batu kapur dari tempat ini. Istirahat sebentar untuk
foto bersama di desa Ciorai, artinya sungai penuh ular. Paling kiri adalah
temanku, sedangkan aku paling kanan. Senja hari kami tiba di Jonggol. Makan duren. Dengan kendaraan umum
kami pulang kembali ke Citeureup. Di kamar sewa rumah pak haji ini aku
berkenalan dengan gadis dari desa Nagrek, Sukabumi. Namanya, Nurhayati
Komariah. Cantik. Sundanese girl baru lulus dari sekolah menengah atas. Gadis
ini datang ke sini untuk menengok kakak lakinya yang menyewa kamar bersebelahan
denganku. Kakaknya juga bekerja di perusahaan yang sama denganku. Tapi memang
selalu ada dalam hidup ini, seseorang diciptakan hanya untuk di kenang di hati,
bukan dalam realitas hidupmu. You only live twice. Once in your dream and once
in your real. Ini adalah sepenggal syair lagu back sound dari serial James Bond
yang diperankan oleh Sean Connery.
Pada akhirnya temanku ini mengakhiri masa
lajangnya untuk hidup mapan dengan seorang gadis Sleman, Jogjakarta. Aku menghadiri pesta pernikahannya
di Jalan Tuparev, Sukabumi. Belum lama sebelum menikah, dia berbisniz di bidang
komputer langsung sebagai teknisi dan supplier. Bisniz ini dilakukan sambil
tetap bekerja di pabrik semen tempat kami bekerja. Tak lama kemudian kakaknya
meninggal lebih dahulu beberapa tahun sebelum pension karena eksovagus varises,
yakni blooding di lever. Seorang buruh pabrik melakukan kegiatan bisniz di luar
jam kerja adalah suatu hal yang biasa di sini. Tujuannya untuk menambah
penghasilan, tetapi yang paling utama adalah sebagai suatu persiapan kalau
buruh sudah tidak bekerja lagi karena pension. Aku sendiri bersama dengan
istriku menekuni bisniz bakery enam tahun sebelum aku pension. Namun, beberapa
tahun kemudian bisniznya kehabisan modal dan dia sendiri diberhentikan dengan
tidak hormat oleh perusahaan. Peristiwa ini terjadi dua tahun setelah aku
pension. Dapur harus berasap supaya anak dan istri dapat makan, maka dia
mengandalkan penghasilannya sebagai teknisi yang tidak seberapa besarnya. Untuk
menutupi kekurangan penghasilannya, maka istrinya membuat kue eggroll kemudian
di jual di sekolah dekat rumahnya. Ia dikaruniai dua anak, yakni sulung laki
dan bungsu perempuan. Aku sudah pernah merasakan kue buatan istrinya. Not too
bad!
|
Di desa Ciorai, Jonggol, 7 Januari 1990. |
Dibalik
sisi buruk masih ada sisi baik seseorang. Aku dan dia berstatus sebagai analist
kimia di unit semen putih selama bertahun-tahun. Semen putih terbuat dari
campuran batu kapur, pasir kuarsa, dan kaolin, digiling sampai halus seperti
tepung kemudian dilebur di dalam tanur putar sampai temperature 1450 derajat
Celcius. Hasilnya adalah clinker dan ditambah gypsum kemudian digiling sampai
halus seperti tepung. Inilah semen putih. Kaolin sebagai komponen bahan mentah
dianalisa dua kali seminggu. Semua komponen bahan mentah sebelum dianalisa
harus dikeringkan di dalam oven pada temperature 100 derajat Celcius. Lazimnya
hasil analisa selalu memiliki total 99,97 persen, tetapi untuk kaolin tidak
pernah di bawah 100 persen, bahkan lebih banyak yang mencapai >> 100 persen.
Improvement harus dilakukan. Ia melakukan yang tidak lazim bagi kebanyakan
analist dalam cara pengeringan, yakni kaolin dipanaskan pada 60 derajat Celcius
selama 24 jam. Hasilnya adalah total analisa kaolin tidak pernah lebih dari 100
persen, berkisar antara 99,95 – 99,98. Pada mulanya aku tidak sependapat dengan
caranya. Tapi aku tahu dia adalah orang yang tidak suka didebat tanpa alasan
logis. Aku mendapat jawaban masalah ini setelah membaca satu buku tentang
struktur lapisan tanah liat di perpustakaan Kantor Pertamina Pusat, Jakarta.
Temanku ini sangat anti narkoba. Ia menjauhi
semua temannya yang terindikasi konsumen narkoba. Pada waktu itu yang namanya
narkoba hanya sebatas yang namanya mandrax. Narkoba adalah issue sentral yang
paling mendominasi banyak berita di Indonesia pada saat ini. Kalau kami
bertemu dia suka bincang-bincang pengobatan herbalis. Ada satu jenis pengobatan alami yang dia
tawarkan kepadaku, tetapi aku jelas menolak pengobatan jenis ini. Menurut
penjelasannya pengobatan ini berasal dari tabib Cina kuno, yakni minum air
kencing sendiri setiap pagi. Air kencing yang diminum adalah air yang pertama
dikeluarkan pada pagi hari. Di dalam air kencing pagi hari memang masih
terdapat sisa protein. Mau minum? No way! Ia tidak pernah ke dokter atau ke
poliklinik perusahaan selama dia bekerja di perusahaan. Pernah pada suatu
malam, aku, kakaknya, dan dia berkumpul di rumah kakaknya. Ia menawarkan aku
minuman alcohol, yakni campuran Tia Maria dan Vodka rasio 1+1. Kalau Tia Maria
saja tidak enak, sedangkan Vodka saja pasti kepanasan. Campuran kedua minuman
ini tasteful rasanya. I drank for a small glass only.
Segala sesuatu harus ada akhirnya dan melepaskan
kefanaan menuju kekekalan. Seseorang yang lepas nyawanya, maka rohnya kembali
kepada Tuhan, sedangkan jiwa dan raganya mencium tanah. Walaupun sewaktu
hidupnya seorang bijak berkata, bahwa dia telah mempersiapkan diri akan dikuburkan
di sana atau di
sini, dia tidak dapat memilih dikuburkan di mana begitu nyawa terlepas dari
raga, sebagaimana dia waktu dilahirkan tidak dapat memilih rahim mana yang
melahirkannya. Perkara menguburkan raga yang telah mati adalah urusan orang
yang masih hidup. Tidak penting manakala tiba saat nyawamu lepas dari raga mau
di mana dikuburkan, sebab yang paling penting adalah siapakah yang menjemput
rohmu ketika kembali kepada Bapa di sorga. Tidak ada seorang pun dapat kembali
ke rumah Bapa tanpa melalui Kristus Yesus Orang Nazaret. Pada hari Juma’at
dengan dipaksa oleh seorang dokter praktek umum dia harus dibawa ke hospital pemerintah,
sebab dia sudah tidak dapat kencing secara normal lagi. Kata istrinya, bagian
bawah perutnya sudah keras sekali sebab air kencing yang tidak dapat keluar. Di
hospital dia dapat kencing dengan bantuan kateter. Tentu saja kencing dengan
batuan alat pasti tidak nyaman rasanya, sedikit sakit. Pokoknya tidak
enaaaaaaak. Bertahun-tahun dia menikmati kencing enak dengan nafsu birahi,
akhirnya dia tergeletak tidak berdaya di hospital dengan penderitaan kencing
yang sangat tidak enak. Selama beberapa hari tidak dapat kencing, mungkin
limbah buangan air kencing telah meracuni darahnya, maka pada hari Minggu, 1
Maret 2016, pukul 07.30 pagi, pada usia lima
puluh enam tahun Tuhan telah mengakhiri hidupnya. Apakah Orang Nazaret itu yang
menjemput roh temanku ini? Berita pagi dapat sms dari seorang teman orang
Padalarang memberitahukan berita kepergiannya untuk selama-lamanya. Dua orang
bersaudara dari Sukabumi itu telah pergi selamanya. Selamat jalan teman.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar