Di satu tempat di Bogor. |
Selasa, 05 Maret 2013
Dipakai oleh Tuhan Secara Luar Biasa
Dulu di Palestina ada orang yang
bernama Saulus. Ia kerjanya menganiaya semua orang Kristen dan dia juga
mendapat mandat dari para rabbi untuk melaksanakan penghapusan kekristenan yang
dianggap sekte sesat dari Yudaisme pada waktu itu. Namun, semua perbuatannya
dilakukan tanpa pengetahuan, yakni di luar iman. Perbuatannya membunuh dan
menganiaya sungguh menebarkan teror yang luar biasa pada waktu itu, sehingga
banyak orang Kristen berusaha menyelamatkan diri keluar dari Palestina, bahkan
sampai ke Roma. Jika bom sudah ada pada jaman itu, boleh jadi Saulus akan
menggunakannya. Di Indonesia terror terhadap gereja-gereja di Indonesia paska
rezim Presiden Soeharto telah sering terjadi, seperti bom, pembakaran,
perusakan, dan penutupan gereja. Di Sulawesi Tengah ada pendeta yang mati sahih
ditembak oleh sniper ketika sedang berkhotbah. Di Jakarta ada satu gereja yang
telah puluhan tahun keberadaannya dipaksa pindah ke tempat lain, di Bogor dan
Bekasi ada beberapa gereja yang telah dicabut ijin untuk melakukan ibadat.
Romantisme untuk membangun Indonesia
menjadi satu negara agama masih bersemi di dalam pikiran sebagian besar orang Indonesia.
Namun, celah-celah selalu ada untuk memberitakan Injil Kristus di bumi
Indonesia dan Tuhan selalu menyertai sampai akhir jaman.
Orang melakukan pekerjaan hebat
karena dia berpikir besar dan berperkara besar. Saulus berpikir besar,
berperkara besar, dan juga berpendidikan tinggi, tetapi semua yang dimilikinya
itu berlawanan dengan tujuan Tuhan, yakni memberitakan nama-Nya kepada
bangsa-bangsa lain. Tuhan mengubah hidupnya melalui kejadian sangat
menakjubkan, karena ketika dia dalam perjalanan menuju Damsyik matanya melihat
cahaya yang sangat terang menyilaukan sehingga dia menjadi buta. Setelah
keadaannya dipulihkan oleh Tuhan dan dia bisa melihat kembali, Tuhan
memilih-Nya untuk memberitakan nama-Nya kepada bangsa-bangsa lain dan di pulau
Siprus Saulus dipanggil sebagai Paulus. Peristiwa yang dialami oleh Paulus
biasa disebut sebagai momentum, yakni awal dari seseorang memulai sesuatu yang
berguna bagi dirinya dan sesamanya. Setiap orang mempunyai momentum yang
berbeda-beda untuk memulai sesuatu. Misalnya, pengusaha Bob Sadino dari Jakarta memulai usahanya
dimulai dari menjual telur ayam negeri milik temannya berkeliling pakai sepeda.
Jangan mengabaikan sebuah momentum, Anda memang dituntut peka terhadap
lingkungan Anda. Paulus peka terhadap momentum yang diberikan oleh Tuhan yang
menghendaki perubahan hidupnya. Mengapa Tuhan memakai Paulus?
Tuhan
memakai orang yang lebih siap untuk melaksanakan rencana-Nya. Secara intelektual Paulus adalah
orang yang paling siap mengabarkan Injil Kristus dibandingkan murid-murid Tuhan
yang lain, karena dia adalah golongan Farisi yang sudah dikenal kadar
intelektualnya. Ia dipercayakan oleh Tuhan untuk mengabarkan Injil kepada
orang-orang Yahudi diaspora dan non-Yahudi, karena dia adalah orang Tarsus di
Asia Kecil [sekarang Turki]. Di kota
ini banyak orang Yahudi diaspora dan mereka masih memegang teguh ajaran Taurat
Musa dan tradisi nenek moyang, walaupun lingkungan tempat tinggal mereka sangat
kental dengan masyarakat dan budaya Hellenis atau Yunani. Bahasa percakapan
sehari-hari kaum intelektual menggunakan bahasa Yunani, jadi tidak tertutup
kemungkinan, dia pun fasih berbahasa Yunani di samping bahasa ibunya. Dan yang
menguntungkan bagi kedudukannya sebagai pekabar Injil, yakni dia adalah warga
negara Romawi sehingga dia tak perlu kuatir dikejar-kejar orang-orangnya para
rabbi Yahudi. Tapi dari ketiga hal tersebut yang menguntungkan posisinya, yang
paling penting adalah Roh Kudus menyertai pelayanan misinya. Tuhan menghendaki
Injil Kristus diberitakan dengan benar, karena itu Dia memakai Paulus yang
telah disiapkan-Nya. Bagaimana dengan Anda? Rata-rata usia manusia yang
diberikan oleh Tuhan adalah 70 tahun. Apa yang telah Anda persiapkan untuk
melayani Tuhan?
Tuhan
datang untuk menyelamatkan orang berdosa. Seorang dokter di rumah sakit mengunjungi pasien mulai yang paling berat
sakitnya, kemudian bertahap sampai kepada pasien ringan saja sakitnya. Beban
barang meletihkan tubuh, sebaliknya beban dosa meletihkan jiwa sepanjang hidup.
Dalam paradigma lama, manusia berupaya menyenangkan Tuhan dengan membawa banyak
persembahan untuk mendapatkan keselamatan, sebaliknya dalam paradigma baru,
Tuhanlah yang datang memanggil orang berdosa untuk diselamatkan. Paulus tahu
betul masalah ini, karena sebagai golongan Farisi dari suku Benyamin, dia taat
hukum Taurat dan tak bercela membawa hewan korban penghapusan dosa, tetapi
akhirnya dia menyadari, bahwa semua perbuatan baik manusia yang pernah
dilakukannya dengan bangga dianggapnya sampah belaka. Tak berguna sama sekali.
Ia mengalami pertobatan setelah dia dikunjungi oleh Tuhan, bukan dia yang
datang kepada Tuhan. Jadi, di satu sisi Paulus orang berpendidikan dan pada
sisi yang lain dia juga orang yang mempunyai pengalaman khusus dengan Tuhan.
Pertobatan adalah otoritas Roh Kudus menjamah seseorang yang ditetapkan sejak
semula untuk bertobat, tetapi pelayanan menjadi lebih efektif dengan
memperlengkapi diri dengan pemahaman firman Tuhan yang benar di samping
memiliki pengalaman rohani.
Kehidupan
Anda adalah contoh hidup bagi orang lain. Mana yang lebih baik sebagai contoh, dulu seorang pendeta sekarang
menjadi penjahat atau dulu seorang penjahat tengik sekarang menjadi pendeta
yang diberkati oleh Tuhan. Tuhan memakai contoh hidup yang mudah dipahami oleh
manusia supaya orang yang berdosa menjadi percaya dan kemudian bertobat.
Manusia hidup membutuhkan contoh. Seorang anak setiap hari melihat kelakuan
orang tuanya adalah contoh bagi dirinya sampai dia tumbuh menjadi dewasa. Jika
orang tua telah membuat lingkungan yang tidak mendukung terhadap pertumbuhan
rohani anak-anaknya, dia telah menanam benih kejahatan di dalam jiwa
anak-anaknya. Bisa juga terjadi orang tua telah memberikan contoh yang baik,
tetapi lingkungan tempat tinggalnya yang tidak mendukung untuk pertumbuhan
rohani yang sehat. Seorang hamba Tuhan atau seorang pekerja sekali pun memang
seharusnya menjadi contoh perilaku bagi orang-orang yang dilayaninya, karena
kelakuan yang tidak terpuji akan membuat pelayanan menjadi tidak efektif lagi.
Saya sudah sering menyaksikan betapa banyaknya hamba Tuhan yang berpengalaman
dan berpendidikan tinggi formal, tetapi tidak menjadi contoh bagus bagi orang
lain. Konsekwensinya sudah jelas, yaitu hamba Tuhan yang bersangkutan
didiskualifikasi sampai masalahnya selesai.
Hamba Tuhan manusia biasa juga yang
tidak terlepas dari kelemahannya, Hamba Tuhan laki-laki sebaiknya jangan
mengadakan pertemuan khusus dengan seorang perempuan [khususnya janda muda yang
masih birahi] di tempat khusus, misalnya coffee shop atau undangan datang ke
rumahnya. Pertemuan di atas ranjang birahi selalu dimulai dengan
pertemuan-pertemuan kecil. Jagalah mata dan hati Anda. Pertemuan khusus dengan
waktu khusus baik dilakukan di kantor atau di rumah Tuhan. Jika Paulus mengucap
syukur kepada Tuhan, bahwa dirinya dikuatkan oleh-Nya dan dipakai secara luar
biasa untuk mengabarkan Injil Kristus, mengingat dulunya dia adalah seorang
penghujat, Anda pun selayaknya juga mengucap syukur, karena Anda juga dipakai
oleh Tuhan untuk suatu pelayanan [i Tim. i:12-17]. Pelayanan rohani jangan pandang
peran besar atau atau peran kecil, yang penting melakukan banyak. Apakah Anda seorang pendeta, direktur
perusahaan terkenal, menejer pabrik, sopir taxi, atau seorang tentara, dan lain
sebagainya, pada akhirnya hidup ini adalah pelayanan untuk Tuhan dan sesama.-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus