Senin, 28 November 2011

Effek Domino Korupsi


Di seluruh Indonesia kini kita menyaksikan perilaku yang semakin jauh dari nilai-nilai etika, entah itu di jalan raya, perumahan penduduk, lingkungan hidup, di pusat-pusat belanja, sekolah, universitas, dan seterusnya masih banyak lagi untuk disebutkan satu per satu lebih banyak lagi. Di Papua, misalnya perang antar suku mulai marak lagi, di Makassar demonstrasi mahasiswa sering terjadi, di Jakarta perkelahian pelajar antar sekolah kerap terjadi, pengendara mobil dan motor sudah tak berhati nurani lagi terhadap pejalan kaki. Apa yang terjadi di negeri ini? Ini bukan satu gejala terhadap satu peristiwa yang akan terjadi lebih besar lagi, melainkan efek domino dari korupsi yang semakin menggurita di negeri ini. Berbagai peristiwa kekerasan kerap terjadi di negeri ini disebabkan karena kesenjangan ekonomi, begitu alasan yang sering diucapkan oleh Muhammad Yusuf Kalla. Well, beliau adalah ahli ekonomi, tetapi manusia hidup tidak selamanya dengan sepotong roti.

Gurita adalah binatang laut yang memiliki 8 belalai pada sekeliling tubuhnya dan belalai ini berfungsi membelit dan mencengkeram apa saja yang dimangsa oleh binatang ini. Menggurita adalah metafora sebagai satu kondisi tidak menyenangkan dan sudah menjalar ke mana-mana. Korupsi adalah kondisi tidak menyenangkan, yaitu pembangunan tidak sesuai dengan standard sehingga bangunan fisik umurnya menjadi lebih pendek karena sebagian material utama telah dikorup dengan cara mengganti dengan bahan-bahan berkualitas rendah. Yang namanya kejahatan korupsi sudah ada dari sejak jaman Presiden Soekarno, dilanjutkan era Suharto, tetapi setelah Suharto diturunkan dari singgasana, terlebih pada era Susilo Bambang Yudhoyono korupsi semakin transparan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Korupsi pada era Soekarno tidak kita perhitungkan, karena memang tidak signifikan nilainya, dan terbukti ketika Bung Karno meninggal, beliau tidak mempunyai warisan bernilai ekonomi.

Orang Indonesia adalah suku bangsa yang masih sangat tergantung dengan figure yang dapat dijadikan contoh perilaku atau teladan. Misalnya, orang tua adalah teladan bagi anak, guru adalah teladan bagi murid, seterusnya sampai ke jenjang kedudukan pemimpin yang lebih tinggi levelnya, yaitu presiden adalah teladan bagi rakyat. Berapa banyak uang kekayaan negara yang dikorup oleh Suharto dan rezimnya ? Kenyataan, Pengadilan Negeri juga tidak pernah berhasil menghadirkan bekas presiden ini ke pengadilan. Bekas presiden ini memang menyadari bahwa lingkaran kekuasaannya masih terlalu kuat untuk ditembus oleh kewibawaan negara, tetapi dengan perilakunya ini sekali gus dia memberi teladan terburuk bagi rakyat Indonesia. Selanjutnya, satu demi satu makin banyak orang berasumsi, bahwa jika Suharto dapat berbuat demikian, saya juga dapat berbuat seperti orang ini. Lihatlah, perlahan tetapi pasti di berbagai instansi pemerintahan, seperti kepolisian, kementerian, lembaga pengadilan, lembaga legislative,korupsi bukan lagi dilakukan orang per orang, melainkan dalam banyak kelompok. Pelaku kejahatan punya kalkulasi, kalau satu tertangkap, mereka satu grup tertangkap semua. Istilahnya rusak satu, rusak semua. Akhirnya satu bangsa rusak semua.

Komisi Pemberantasan Korupsi yang semula diharapkan sebagai benteng kokoh terakhir menumpaskan korupsi, tetapi akhir-akhir ini telah mengalami pelemahan secara signifikan setelah Antasari Ashar, ketua KPK yang lama dimasukkan ke dalam penjara melalui konspirasi yang sangat lihay. Ketika gelombang reformasi menggilas rezim Suharto sampai menumbangkan kekuasaan orang ini, selanjutnya rakyat juga seperti tanpa kendali lagi berbuat sesuka sendiri, yang sering dijadikan alasan adalah reformasi. Rakyat sering beranggapan, bahwa reformasi artinya boleh berbuat semau sendiri.

Bagaimana hukum dapat ditegakkan di negeri ini, jika sebagian besar hakim menjatuhkan vonnis terhadap pelaku koruptor demikan rendahnya, sehingga tidak menimbulkan efek jera apalagi rasa takut terhadap pelaku berikut, bahkan tidak sedikit terdakwa koruptor yang bebas murni. Indeks korupsi di Indonesia telah mencapai angka 9 lebih, ini menunjukkan tingkat korupsi yang semakin sempurna, artinya sebagian besar pemimpin yang seharusnya memberi teladan kepada rakyat, sebaliknya justeru memberi contoh perilaku buruk terhadap rakyatnya sendiri. Presiden dan para menteri? Untuk mereka hanya Tuhan Yang Mahatahu saja yang mengetahui keadaan mereka. Di negeri ini seperti berlaku aturan tak tertulis, bahwa presiden tidak dapat disentuh hukum, karena presiden yang sebelumnya telah memberi contoh paling buruk di negeri ini. Di Republik Rakyat Cina, satu negeri yang menjatuhkan sanksi hukum sangat keras terhadap koruptor, yaitu hukuman mati tembak di muka umum, tetap saja korupsi tidak pernah hilang dari negeri ini. Jika kita membandingkan Cina dengan Indonesia yang demikian ringannya memberi hukuman terhadap pelaku korupsi, pantaslah kalau Indonesia Raya ini disebut sebagai surga para koruptor.

Indonesia telah kehilangan dua pulau, Sipadan dan Ligitan, karena kalah dengan Malaysia di Pengadilan Internasional di Den Haag. Den Haag mengganggap selama ini yang memelihara kedua pulau ini Malaysia, sementara Indonesia dianggap telah menelantarkannya. Jika yang menjadi presiden adalah orang yang bermental seperti Soekarno, pasti orang Malaysia tidak akan berani kurang ajar seperti ini. Well, sejak kita kalah di Den Haag, orang Malaysia selalu berusaha mengganggu kedaulatan negeri banteng ini. Kita mempunyai banyak banteng, tetapi banteng loyo tak bertenaga. Anda mau menyalahkan Malaysia? Inward looking dulu. Berapa besarnya dana talangan untuk Bank Century yang kasusnya sampai hari ini tak pernah selesai? Nilai talangan untuk selamatkan bank kecil ini adalah hampir 7 T rupiah. Anda tahu? Nilai talangan sebesar ini dapat digunakan untuk membeli 2 kapal selam baru atau paling tidak 3 kapal selam bekas. Bagaimana TNI dapat membeli peralatan tempur yang memadai untuk jaga kedaulatan negara kalau uang jajan tentara banyak dikorup. Kita besar badan, tetapi tak berwibawa. Nafsu besar, tenaga kurang.

Pada decade 60 saya masih sekolah di Palembang, tetapi juga di banyak kota besar lain di Indonesia, mana ada perkelahian pelajar antar sekolah; yang ada adalah pertandingan olah raga antar sekolah. Memasuki abad 21, dunia pendidikan di Indonesia dirusak oleh pemandangan perkelahian pelajar antar sekolah [tapi kok, ya di Jakarta saja].

Seharusnya di zebra cross, semua pengendara motor dan mobil mengurangi kecepatan untuk memberi kesempatan orang lain menyeberangi jalan, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, mereka tetap tidak mengurangi kecepatan, tanpa merasa bersalah. Mobil yang seharusnya berjalan dalam formasi antri demi kelancaran arus lalu lintas, sebaliknya yang terjadi adalah mobil saling memotong jalur pemakai lain, tanpa menggunakan lampu sign dan  tanpa merasa bersalah. Terutama pengendara sepeda motor, mereka seperti sama sekali tidak memperhatikan semua rambu lalu lintas atau lampu sign kendaraan lain. Traffic light merah, mereka tetap berjalan; mobil memberi isyarat sign kanan, tetap saja mereka menerobos ke kanan tanpa merasa bersalah. Mereka berbuat seenaknya di jalan tanpa merasa bersalah, karena public figure yang seharusnya memberi teladan, justeru tidak memberi contoh yang baik. Kita semua sudah tahu, tidak sedikit perwira polisi yang menjadi tersangka korupsi. Perilaku semau gue dijalan ini adalah refleksi rakyat sudah apatis dengan penegakan hukum di negeri ini. Rakyat melihat di sekeliling kehidupan mereka pemandangan jorok yang diperlihatkan oleh banyak pejabat negeri ini. Rakyat melampiaskan ketidakadilan hukum di negeri ini dengan perilaku berbuat seenaknya.      

Koruptor, kalian manusia yang tidak memikirkan masa depan bangsa ini. Kalian hanya memikirkan masa depan yang kalian pikir membawa kenikmatan dari hasil jarahan uang negara. Tunggu saja, cepat atau lambat, Tuhan akan mengirimkan belalang pelahap, menghabiskan apa saja yang pernah kalian ambil dengan cara haram. Melalui kecelakaan, kematian, penyakit, perceraian, keributan keluarga.-


1 komentar: