Roti pemberian dari Tuhan. |
Kamis, 04 Oktober 2012
Rumah Tempat Berteduh Kokoh dan Abadi
In my Father’s house are many rooms;
if it were not so, would I have told you that I go to prepare a place of you [John
xiv:3].
Sebagai
negara yang paling sering terkena bencana gempa, kata tsunami sendiri berasal
dari kata Jepang yang berarti gelombang pasang, maka para ahli bangunan negara
ini selama bertahun-tahun telah membuat banyak bangunan gedung bertingkat yang
diperkirakan mampu menahan gempa. Bagaimana pun hebatnya tekhnologi yang
dikembangkan oleh akal budi manusia, siapa yang mampu melawan kedahsyatan
kekuatan alam. Manusia berusaha sekuat tenaga dan pikiran, tetapi kedahsyatan
alam datang dengan kekuatan melebihi yang telah dirancang oleh manusia. Mereka
mengatakan, bahwa semua gedung dan bangunan infrastruktur telah dirancang untuk
gempa kekuatan 8,9 skala Richter, tetapi Fukushima Daiichi yang kokoh tidak
mampu menahan getaran gempa. Pembangkit listrik tenaga nuklir di kota Fukushima
memiliki 4 reaktor nuklir, beberapa di antara mereka mengalami kebakaran.
Kebakaran yang sulit dipadamkan di kompleks reactor nuklir ini telah melelehkan
bahan bakar reactor, seterusnya menyebabkan penyebaran radiasi nuklir yang
tidak terhindarkan lagi. Instansi berwenang terkait keamanan kota
telah memerintahkan seluruh penduduk kota Fukushima mengungsi ke luar kota .
Manusia
mungkin saja mampu membangun gedung bertingkat yang mampu menahan gempa
kekuatan >>> 9 skala Richter, tetapi tentu membutuhkan biaya
pembangunan yang mahal sekali. Lalu rumah atau gedung seperti apa yang aman
untuk tempat tinggal manusia tanpa ada rasa takut terkena musibah gempa? Rumah
yang tahan terhadap getaran gempa adalah rumah Bapa di Sorga. Setiap orang yang
percaya kepada Yesus Orang Nazaret pasti akan memperoleh rumah ini cuma-cuma,
karena Yesus Kristus sendiri yang telah memesankan tempat itu bagi yang percaya
kepada-Nya. Landasan rumah ini juga dibangun dari bahan yang sangat kokoh,
yaitu landasan Kristus. Banyak orang di seluruh dunia mencari rumah yang kokoh
dan bebas banjir, sebaliknya banyak dari mereka salah memilih rumah. Mereka
mendiami sebuah rumah yang dikira mempunyai suasana kasih dan damai sejahtera,
justeru yang mereka dapatkan adalah sebaliknya, yaitu perceraian, rebutan harta
warisan, percabulan, madat morfin, mabuk minuman alkohol, penipuan, dan seterusnya
segala macam kotoran dunia. Semua peristiwa yang telah aku sebutkan ini adalah
jauh lebih dahsyat dari getaran gempa mana pun di dunia.
Sebut saja,
perceraian. Jangan engkau sebut ini adalah peristiwa biasa saja. Perceraian
adalah gempa besar yang menimpa sebuah kehidupan rumah tangga. Sepasang
suami-istri selama belasan tahun membina rumah tangga dan anak-anak mereka
menikmati suasana gembira melihat mereka rukun, tetapi pada satu hari harus
menerima kenyataan pahit, karena mereka harus bercerai. Aku pernah menyaksikan
seorang istri tega meninggalkan suaminya dan kedua anaknya untuk menikah dengan
seorang laki-laki yang usianya jauh lebih muda dari perempuan ini. Mereka dulu
adalah tetanggaku. Kasihan anak-anak mereka yang telah menjadi korban perceraian.
Gempa besar pasti meretakkan tanah sehingga terbelah dan selalu berakhir porak
poranda. Demikan pula dengan perceraian, gempa kehidupan yang meretakkan
mahligai rumah tangga sehingga terbelah dua dan pasti berantakan. Semoga tidak
terjadi! Jika di dalam hati anak-anak timbul perasaan dendam kepada salah satu
dari orang tua, jangan salahkan mereka. Orang tua tua egois telah merampas
kebahagiaan anak-anak karena keras hati untuk bercerai.
Aku
baru saja selesai membaca sebuah novel yang bercerita tentang seorang ayah yang
kaya sekali, tetapi doyan kawin dan tidak pernah memperhatikan kehidupan rohani
anak-anaknya. Sepanjang hidup ayah ini yang dipikirkan dan dilakukan adalah
menumpuk kekayaan sehingga dia termasuk kelompok orang kaya di Amerika. Ayah ini
telah 3 kali menikah resmi, semua istrinya adalah bekas sekretarisnya, dan
istri-istri ini telah diceraikan. Masing-masing istri mempunyai anak, semua 6
anak. Ada
seorang wanita lain juga bekas sekretarisnya dibuat hamil sampai melahirkan
anak, kemudian anak ini diadopsi oleh sepasang suami-istri pendeta. Anak lahir
di luar nikah ini kemudian hari menjadi seorang missionarist di suatu negara
berkembang dan di wilayah sangat terpencil. Ketika ayah ini mati, harta
warisannya menjadi rebutan anak-anaknya. Sebetulnya, ayah mewariskan seluruh
hartanya hanya kepada putrinya yang jadi missionarist, karena anak-anaknya yang
lain dianggap tidak memperhatikan dirinya pada hari tuanya selain harta saja.
Kecewa ayah ini pada hari tuanya. Ayah ini bunuh diri dengan terjun dari gedung
14 tingkat miliknya setelah selesai menulis surat wasiat warisan. Melalui kebijakan
pengadilan setempat anak-anak yang lain hanya mendapat bagian 1/250 bagian saja
dari total warisan setelah dipotong pajak dan bagian terbesar lainnya untuk
missionarist yang akhirnya tidak dapat diterima, karena missionarist mati kena
malaria. Bagian missonarist diserahkan ke perwalian dana amal. Harta warisan
yang jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab juga sebuah gempa besar
di dalam rumah tangga. Gempa itu adalah ribut rebutan harta, bahkan disertai
taruhan nyawa. Engkau dapat kehilangan orang yang engkau cintai melalui
perebutan harta, karena di situ ada harta, di situ pula Iblis mempunyai ramuan
menciptakan gempa besar di dalam sebuah rumah tangga. Ingatlah baik-baik :
carilah rumah yang kokoh dibalut oleh kasih dari Tuhan.-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar