Senin, 29 Juni 2015
Satu Bungkus Udang Dari Sorga
Donatto Munoz, satu nama yang bagus terdengar
di telinga dan mudah diingat. Sebut nama Donatto, maka engkau selalu teringat
doughnut, roti goreng khas Amerika. Engkau tidak perlu membayangkan terlalu
jauh tentang nama yang terdengar Italia ini, sebab penyandang nama ini bukan
orang Italia, bahkan tak ada sedikit pun keturunan Italia. Ia orang Indonesia asli dan
berdarah Jawa, tetapi dibalik tanda kelahirannya itu dia adalah seorang maniak terhadap
kuliner Italia. Seperti apa itu? Like this, spaghetti, pizza, fettuccini, wine,
dan tentu saja dia penggemar berat pemain dari satu klub sepak bola di Italia,
Donatto Messini. Tentang nama Munoz ini, yakni nama
ayahnya sendiri. Tentang nama aslinya tidak perlu aku ceritakan di sini.
Rahasia masa lalu seorang teman! Yang penting dia adalah warga negara
berkelakuan baik dengan panggilan namanya, Donatto Munoz. Ia sedang bokek
berat.
Kalau bukan teman dekat, sulit menilai
kondisi yang sedang dialami olehnya, susah, gembira, boring, dia tampak biasa
saja, bahkan full smile. Ia sudah sepuluh tahun melayani jemaat Tuhan sebagai
penginjil dan pembawa firman di mimbar. Ia setia mendedikasikan dirinya di
tempat pelayanannya sekarang ini. Ia pernah berkata kepadaku, bahwa dia
mengharapkan pada suatu hari Tuhan memberikan pelayanan yang lebih luas lagi, bukan sekedar
penginjil dan pembawa firman. Seperti apa, tanyaku kepadanya pada suatu hari. Menjadi
blogger, jawabnya. Memberitakan Injil melalui tulisan di website, katanya lebih
lanjut. Pada suatu saat Tuhan akan memberi jawab atas pergumulannya. Aku pernah
membaca tulisannya di website, ya, boleh juga antara gramatika dan ulasannya,
tulisannya terasa mengalir. Setiap hari sebelum aku tidur selalu mendoakan dia
supaya dia menjadi blogger yang berhasil.
Ia bercerita kepadaku, bahwa pada satu hari
Minggu dia mengalami bokek berat. Bayangkan saja, katanya lebih lanjut. Ia
diberi bekal oleh istrinya pergi ke gereja sebesar IRD 9000 saja. Setiap minggu
ketiga dia ditugaskan oleh gembala Gereja Kristen Ka.li Bekasi untuk
menyampaikan firman Tuhan di mimbar. Ia pinjam uang saku anaknya perempuan IRD
25000 untuk bensin mobilnya. Pada Minggu itu adalah jadwal dia bertugas di
mimbar. Seperti biasa yang hadir di rumah Tuhan ini tidak sampai dua puluh
orang dan sosok yang hadir nyaris tidak ada pengunjung baru. Ia berbicara
membawakan firman Tuhan di mimbar dengan semangat tinggi, dia tidak ingat lagi,
bahwa dirinya sedang bokek berat dan di rumah istrinya menyediakan sambal
terasi saja. Sambal terasi dari bahan-bahan terakhir seperti cabai merah, cabai
rawit merah, bawang merah, bawang putih, garam, terasi, dan gula. Hari Minggu
ini adalah hari kedua makan nasi dan sambal terasi saja. Terasa nikmaaaaaat
sekali. Puji Tuhan. Terima kasih Tuhan Masih dapat makan nasi plus sambal
terasi saja.
Selesai kebaktian seperti biasa
berbincang-bincang sebentar sebelum pulang dengan teman-teman di gereja. Pada
Minggu ini bapak gembala gereja ini menurut informasi masih berada di Kalianda,
Lampung Selatan, dan baru tiba kembali kemungkinan adalah besok pagi. Namun, tidak
disangka sama sekali, ternyata bapak gembala telah muncul di depan pintu gereja,
bertepatan saat Donatto keluar. Mereka berpapasan di pintu gereja. Bapak
gembala menawarkan kepadanya apakah dia mau diberi satu kantung udang tambak
dari Kalianda. Tanpa berpikir panjang lagi, dia bersedia menerima berkat dari
Tuhan ini. Satu kantung udang tambak dibekukan, melihat ukuran kantungnya,
timbangan udang beku ini adalah dua kilogram. Tiba di rumah satu bungkus udang
ini dibersihkan kemudian oleh istrinya dimasak. Satu bagian dimasak dengan
bumbu sambal terasi kemarin, sedang satu bagian yang lain diungkep dengan
sedikit kecap ikan. Belum pernah makan udang seperti ini, lebih besar ukurannya
dibandingkan dengan udang sungai. Dalam keadaan bokek seperti ini makan nasi,
tambahannya dengan udang bumbu sambal terasi, … hemmmmmmm rasanya nikmat
sekali, very tasteful!!!
Sepanjang hari Senin ini adalah hari
menyenangkan bagi Donatto. Ia membuat pesta kecil dengan hidangan udang goreng
bumbu sambal terasi dan disantap dengan nasi pulen ex Cianjur Ramos. Ia tidak
sendirian menikmati peseta kecil ini, sebab selain dia, istri, dan anaknya
perempuan, aku juga ikut hadir di sini. Lengkaplah sudah keluarga Tuhan hadir
di meja makan menikmati bersama berkat udang goreng bumbu sambal terasi.
Menikmati udang goreng berukuran besar sebanyak ini, aku teringat dengan Erkuds,
seorang temanku pada acara seperti ini juga di satu restoran besar di Jakarta sepuluh tahun yang
lalu. Temanku, Erkuds, dia memang penderita hipertensi fase menengah pada malam
itu dia sudah lupa diri. Satu piring penuh udang goreng saus kecap dihabiskan
sendiri olehnya. Segera setelah udang terakhir masuk ke mulutnya, dia jatuh
tergeletak di lantai dengan darah segar keluar deras dari lubang hidungnya.
Segera dia dibawa ke Ratu
Gendis Hospital
dalam keadaan pingsan. Erkuds masih hidup dalam keadaan stroke menghabiskan
hari tuanya di Tajur, Bogor .
Donatto dan aku bukan saja penggemar udang, melainkan penggemar steak ikan
gindara. Habis semuanya sampai udang terakhir masuk ke dalam mulut.
Bagaimana pun pahitnya kehidupan yang sering dihadapi
oleh seorang penginjil dengan pergumulan silih berganti, Tuhan setia memelihara
anak-anak-Nya supaya tidak kelaparan dan kehausan. Teman dunia dapat dimiliki
sebanyak-banyaknya, tetapi sahabat setia seperti mencari jarum di dalam jerami.
Selagi lembaran uang masih tebal di dalam dompet, setiap orang mengaku sahabat,
sebaliknya begitu uang habis, maka satu demi satu orang yang pernah mengaku
sahabat pada mengangkat tumitnya. Tanyakanlah kepada Donatto siapa sahabatnya
yang paling setia, maka dia menjawab dengan mantap, bahwa Tuhan Yesus
sahabatnya yang paling setia. Teman dekat yang mengaku sahabat setia masih
dapat mengecewakan, saudara kandung sendiri pun dapat mengecewakan, bahkan
pendeta yang siang dan malam berdoa dan merenung firman Tuhan di gereja masih
tergolong dapat mengecewakan. Tuhan dengan cara-Nya yang ajaib telah memberikan
satu bungkus udang untuk teman kita ini, Donatto melalui bapak gembala yang
baru pulang dari Lampung. Tuhan Yesus setia, Dia sahabat setia, dalam segala
susah Dia selalu menghibur, dan Dia mengerti bahasa air mata. Tuhan Yesus
sahabat setia, tidak tinggalkan sahabat-Nya di Bekasi yang sedang bokek. Jangan
kuatirkan hari esok dapat makan apa, sebab Tuhan telah menyediakan dari Sorga
segala sesuatu yang dibutuhkan oleh domba-domba-Nya. Taatlah terhadap semua
peringatan-peringatan Tuhan, maka Dia juga tidak mengabaikan domba-domba-Nya.-
Label:
Romantika
Lokasi:
Bekasi, West Java, Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar