Persimpangan Semanggi, Jakarta. Matol alias macet total. |
Rabu, 29 April 2015
Mengendalikan Emosi Untuk Menjadi Orang Sabar
Memiliki mental yang sehat adalah kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Hidup ini akan terasa indah karena memiliki jiwa yang tentram. Di Jakarta dan kota besar lain di Indonesia pengendara mobil dapat seenaknya sendiri membunyikan tutur mobil atau motor, kecuali di lingkungan kantor, sekolah, atau tempat ibadah. Pengendara mobil terlalu mudah tangannya menekan tombol tuter begitu melihat mobil di depannya bergerak melambat. Kemacetan traffic yang semakin parah membuat pengendara mobil menjadi semakin tidak sabar. Banyak orang berkata, bahwa kesabaran itu ada batasnya. Seperti apa batasnya kesabaran itu? Ya, relatif. Ada yang sabar sekali, sebaliknya ada yang temperamental atau mudah meledak emosinya menghadapi kemacetan di semua jalan di Jakarta yang full macet. Dalam waktu dua minggu engkau membunyikan tuter mobilmu hanya satu kali saja, maka engkau tergolong orang sabar di jalan. Aku pernah tidak membunyikan tuter mobilku sampai satu bulan penuh, sebab tuternya memang sedang rusak. Namun, aku tidak gelisah karena tuterku ini tidak berfungsi.
Sementara traffic macet ditambah perut lapar,
maka kondisi seperti ini menyebabkan double stress. Lapar itu membuat orang
menjadi berubah. Ini satu ungkapan iklan perusahaan cokelat buatan Tiongkok.
Tanpa ada kemacetan, maka perut lapar membuat orang menjadi emosional. Setelah
diberi satu wafer besar bersalut cokelat, maka redalah amarah akibat lapar.
Tapi amarah yang tertahan akibat lapar dan kemacetan traffic di Jakarta tidak
cukup hanya diberi lima
wafer besar bersalut cokelat. Setiap hari makan waffer bersalut cokelat muncul
masalah baru setelah amarah reda, yakni badan menjadi semakin gemuk, sebab waffer
ini mempunyai karbohidrat dan lemak kadar tinggi, maka perlu terobosan baru
untuk meredakan stress di jalan akibat traffic yang semakin crowded.
Perhatikanlah baik-baik, bahwa orang yang
selalu berpikir positif, selalu bertindak positif dalam hidupnya. Setiap
perkataan yang keluar dari mulutnya adalah ekspresi positif dari pikirannya. Ada orang yang sering
mengeluarkan kata makian, menunjukkan dia sedang mengeluarkan energi negative
dari dalam pikirannya, maka orang seperti ini tidak layak menjadi sopir pribadi
bagi keluargamu. Latihlah, coba dalam satu hari tidak membunyikan tuter
mobilmu. Walaupun ada pengendara mobil berlaku tidak sopan terhadapmu, tahan
dirimu tidak membunyikan tuter. Besok ulangi lagi. Latihlah dirimu tidak bicara
sepatah kata pun, walaupun engkau menjumpai kondisi yang tidak menyenangkan di
tengah traffic macet, yakni ada pengendara mobil lain menyerobot jalanmu.
Jangan memaki!!! Ketika lampu merah menyala, hentikan mobil yang engkau
kendarai tepat di belakang garis putih. Sering membunyikan tuter, cepat
mengeluarkan makian pada saat traffic crowded, dan ban mobilmu selalu di depan
garis putih ketika lampu merah menyala, menunjukkan, bahwa engkau tergolong
orang tak sabar. Kesabaran adalah bagian dari latihan mental yang harus engkau
lakukan selama bertahun-tahun. Untuk memiliki karakter unggul yang teguh
membutuhkan gemblengan luar biasa hasil didikan dari keluarga dan lingkungan
yang baik.
Moda angkutan umum yang resmi di Jakarta selain kereta listrik adalah bus kota
reguler, bus kota khususTrans Jakarta ,
angkutan kota
[angkot], dan taksi. Bus kota
mampu membawa penumpang enam puluh orang, angkot dua belas penumpang, sedangkan
taksi hanya tiga penumpang. Kecuali taksi dan bus kota khusus sebagian besar dari mereka adalah
sopir-sopir yang sering mengendarai mobil dengan cara yang tidak mengindahkan
keselamatan penumpang dan tidak mengindahkan etika. Pernah terjadi lima belas atau dua puluh
tahun yang lalu dua bus Metro Mini balapan di jalan raya daerah Sunter, satu di
antaranya tidak terkendali tercebur masuk ke danau Sunter. Seluruh penumpang
tewas di dasar danau. Hakim menyatakan, bahwa sopir pantas disebut pembunuh dan
dijatuhi hukuman penjara lebih sepuluh tahun. Bukan kebetulan kalau pengendara
bus angkutan umum ini berasal dari suku Batak. Hampir setiap kejadian
kecelakaan mobil angkutan umum setelah pemeriksaan surat-surat oleh polisi,
pelakunya selalu orang yang bernama Sihombing, Nababan, Ginting, Sianipar,
Sitompul, pemilik nama-nama seperti ini pasti orang Batak. Stigma bagi orang
Batak. Apakah aku seorang rasialis kalau mengatakan, bahwa orang Batak
ugal-ugalan mengendarai mobil? Ada
masanya orang harus tampil ke permukaan, orang Jawa dan orang Minang sudah
pernah tampil, maka saat ini adalah era orang Batak menampilkan eksistensi.
Guru, orang batak; penasehat hukum, orang Batak; penyanyi, orang Batak;
gembala, orang Batak; pedagang, orang Batak; peminum, orang Batak; sopir
ugal-ugalan, orang Batak. Dulu sebelum diberlakukan larangan minuman keras,
sering dijumpai sopir angkutan kota
mabuk, bahkan ada mobil yang dikendarai sampai tercebur ke Kalimalang. Waktu
itu trayek dari Bekasi ke Kampung Melayu banyak didominasi oleh sopir-sopir
orang Batak.
Di Jakarta aku menjumpai banyak sopir pribadi
dengan riwayat pekerjaan yang baik berasal dari pekerjaan sebelumnya, yakni
sopir taksi. Kiranya di Jakarta juga banyak perusahaan kendaraan angkutan
taksi, ada beberapa di antara mereka adalah taksi-taksi bonafide. Kebanyakan
pengguna sopir pribadi menggunakan eks sopir-sopir taksi yang mempunyai
pengalaman minimal lima
tahun dan memiliki riwayat pekerjaan dari perusahaan. Engkau tentu tidak
menginginkan sopir pribadimu eks sopir angkot atau bus kota yang ugal-ugalan, maka sebaiknya engkau
mengetahui riwayat kandidat sopirmu. He, he, he, he, he, eks sopir taksi dengan
eks sopir angkot atau bus metromini secara fisik mudah dibedakan dari
penampilan luarnya. Yang satu terbiasa berpakaian rapih, muka licin murah
senyum, dan tutur kata yang santun, sedangkan yang lain berpakaian lusuh, muka
lebih sangar, dan gelisah sebab menahan diri tidak merokok.
Jumlah tahun semakin bertambah kehidupan
semakin bertambah sulit, makan di warung Tegal yang paling sederhana pun sudah
tidak murah lagi, maka semakin banyak orang bersikap nekat mencari nafkah untuk
mendapatkan sesuap nasi. Perilaku nekat dan ugal-ugalan ini banyak dijumpai
pada kebanyakan sopir angkot bus, mikrolet, maupun metro mini. Mengapa mereka
berperilaku seperti ini? Mereka bukan menerima gaji melainkan mendapat penghasilan
bersih dari selisih pendapatan kotor dengan setoran. Masa indah sopir mikrolet
berakhir pada 1998. Sebelum masa indah berakhir, penghasilan mereka not too
bad. Kemudian pemerintah memberi kemudahan kredit motor, yakni uang muka yang
sangat rendah sehingga semakin banyak orang memiliki motor, akibat dari
kebijakan ini semakin banyak angkutan umum jenis mikrolet kehilangan penumpang.
Saat ini setoran yang paling murah untuk angkutan mikrolet adalah 150000
rupiah. Tidak sedikit dari mereka membawa uang penghasilan untuk keluarga hanya
10000 rupiah per hari, bahkan banyak yang terpaksa hutang dengan rentenir sebab
setoran minus. Untuk mendongkrak penghasilan lebih tinggi, maka penghasilan
kotor sebelum dipotong setoran harus ditingkatkan.
Mobil dapat menjadi alat yang sangat berguna
dan efisien untuk mengangkut manusia dan barang sehingga ekonomi menjadi lebih
cepat bergerak, sebaliknya mobil juga dapat menjadi alat pembunuh di tangan
orang yang tidak bertanggungjawab. Di Indonesia lebih banyak orang tewas di
jalan raya akibat kecelakaan dibandingkan tewas akibat pembunuhan atau penyakit.
Kecelakaan di jalan raya banyak terjadi disebabkan pengemudi mobil atau motor
yang tidak sabar terhadap pengguna jalan lainnya. Di sepanjang jalan raya dari
Bekasi menuju Jakarta
melalui Kali Malang, tidak ada ceritanya mobil angkot dan motor berhenti pada
saat lampu merah “on”. Tidak dapat menahan sabar untuk memberi kesempatan orang
lain jalan selama antara 60 – 90 detik. Sebelum menjadi pengendara mobil
seseorang harus mengetahui apa artinya sabar. Orang yang tidak dapat menahan
sabar, maka orang seperti ini lebih baik menjadi sopir becak saja, bahkan
menjadi pengendara motor pun tidak layak.-
Lokasi:
Bekasi, West Java, Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar