Kebanggaan dunia. Hanya sampai di sini saja. |
Rabu, 28 Agustus 2013
Tuhan Tidak Menyukai Orang Sombong
Kecongkakan mendahului kehancuran
dan tinggi hati mendahului kejatuhan.
Mana yang
paling fatal, kehancuran atau kejatuhan? Kalau cangkir porselen hancur pasti
karena jatuh, sebaliknya tidak hancur kalau jatuhnya hanya di atas tanah gembur.
Mengapa ada orang bertindak congkak? Melakukan perbuatan yang tidak disertai
dengan hikmat, itulah kecongkakan. Hikmat menuntut kecerdasan, pengetahuan, dan
pengalaman. Dengan kata lain, hikmat itu adalah kemampuan menggunakan
pengetahuan dan kecerdasan pada tempat dan waktu yang tepat. Perbedaan antara
congkak dan sombong itu tipis saja. Orang congkak pasti sombong, sebaliknya
orang sombong itu belum tentu congkak. Namun, keduanya mempunyai satu kesamaan,
yakni orang dapat congkak dan sombong karena keduanya memiliki sesuatu yang
dibanggakan dalam hidupnya. Dan, orang congkak dan orang sombong keduanya
menuju kehancuran dan yang lain menuju kejatuhan. Apa saja yang dibanggakan
oleh orang-orang congkak?
Kecongkakan
membuat Nabopolasar pengganti Nebukadneser menjadi lengah terhadap serbuan
Media-Persia. Nebukadneser adalah raja Babel
yang mengangkut ratusan ribu penduduk Israel
sebagai tawanan di Babel .
Babel adalah satu kerajaan kota
seluas kira-kira kota Jakarta . Sebagaimana umumnya kerajaan kota
bentuknya empat persegi, sekeliling kota diberi parit lebar dan dialiri air,
tinggi keempat dinding perlindungan kota 100 meter, ketebalan dinding 26 meter,
memiliki menara pengintai pada dinding setinggi 30 meter dari dinding utama.
Sungai Euphrat mengalir membelah kota
ini, lubang di dinding utama tempat air sungai masuk tidak memungkinkan manusia
setinggi orang dewasa dapat masuk apabila ada penyerbuan musuh. Menurut
perhitungan arkheolog, dengan system pertahanan seperti ini lengkap dengan
logistic yang ada, Babel
dapat bertahan terhadap serbuan musuh selama 20 tahun. Namun, pasukan
Media-Persia tidak membutuhkan waktu sampai satu tahun untuk menaklukan Babel . Caranya? Mereka
memindahkan aliran air sungai supaya permukaan air sungai yang masuk ke dalam kota turun sehingga orang
dewasa cukup dapat masuk ke dalam kanal. Cara cerdik yang tak pernah
terpikirkan oleh orang Babel .
Bangsa Israel membanggakan diri mereka sebagai bangsa
pilihan Tuhan membuat mereka menjadi congkak, yakni memaksa Pilatus
supaya Yesus disalibkan oleh penguasa Romawi di Palestina. Mereka sesumbar
dengan kecongkakan mereka, yakni mereka berani menukarkan darah mereka dan
darah anak-anak mereka demi tuntutan mereka kepada Pilatus
atas darah Yesus Orang Nazaret. Setiap kata yang kita ucapkan itu tercatat di
hadapan Tuhan dan ada kuasa di balik setiap perkataan yang kita ucapkan. Jika
engkau mengatakan satu ucapan perkataan di hadapan anakmu : “Dasar anak bodoh
bajingan”, jadilah demikian seperti apa yang telah engkau ucapkan. Jadi,
hati-hatilah dengan setiap perkataan yang terucap dari mulutmu!!! Seribu
sembilan ratus empat puluh lima tahun kemudian, maka terjadilah seperti
perkataan mereka dulu ketikan diucapkan di hadapan Pilatus digenapi pada saat
Perang Dunia II pecah di daratan Eropa dari 1939 – 1945, lebih lima juta orang
Yahudi mati sengaja dibunuh oleh rezim Nazi-Jerman. Jumlah mereka yang mati
terbunuh lebih dua kali jumlah mereka yang meninggalkan Mesir dari kejaran
Firaun.
Rezim Orde
Baru Soeharto memegang kekuasaan pemerintahan di Indonesia selama enam decade dari
1967 sampai 1998. Dengan alasan rakyat masih menginginkan kepemimpinan Soeharto
sebagai presiden, maka orang ini tetap menjadi orang nomor satu di negeri ini. Orang
tidak dapat menjadi presiden selama enam decade kalau dia tidak mempunyai
kendaraan pendukung yang sangat kuat. Kendaraan pendukung orang ini adalah
Golkar [tidak mau disebut partai] dan militer [khususnya Angkatan Darat].
Setiap lima
tahun sekali dilakukan pemilihan umum dan tidak ada pembatasan berapa kali
orang dapat menjadi presiden karena ketetapan Undang-Undang Dasar 45 demikian
bunyinya. Sebagian besar pegawai negeri sipil adalah kekuatan Golkar, sebagian
besar buruh swasta perusahaan besar pasti memilih Golkar kalau tidak
menginginkan mendapat kesulitan berkarir. Aku masih ingat jargon militer untuk
menekan banyak orang Indonesia
supaya tetap memilih Golkar, yakni : saudara harus memilih yang benar dengan
cara yang benar. Memegang kekuasaan terlalu lama dapat menimbulkan keserakahan menimbun
harta haram [baca : korupsi] dan kediktatoran. Orang beriman kepada Tuhan
berlindung dibalik keperkasaan-Nya, sebaliknya orang ini lebih mempercayakan
pada Golkar dan militer untuk menjaga kekuasaannya tetap berlangsung. Tuhan
membenci manusia yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan bersandar pada
pikirannya sendiri, maka Tuhan menghancurkan kekuasaan orang ini melalui
desakan ratusan ribu mahasiswa pada 21 Mei 1998.
Terkutuklah
orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan
yang hatinya menjauh dari pada TUHAN. Ia akan seperti semak bulus di padang
belantara, dia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; dia akan menetap di
tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk
[Yeremia xvii:5].
Mengapa ada
orang menjadi tinggi hati atau sombong? Bersikap sombong dimulai dengan bangga
terhadap diri sendiri. Bangga terhadap satu prestasi yang telah dicapai bukan
satu kejahatan di hadapan Tuhan. Tapi jika rasa bangga menjadi berlebihan,
itulah awal dari kesombongan. Baik orang congkak maupun orang sombong memiliki
kebanggaan yang dipamerkan kepada orang lain. Kesombongan ada di lingkungan
orang kaya secara ekonomi, orang berstatus social tinggi, orang berpendidikan
tinggi, bahkan pendeta saja dapat bersikap sombong. Apakah orang miskin juga
dapat bersikap sombong? Why not? Apa saja yang dibanggakan orang sombong
terhadap sesamanya? Bangga mempunyai prestasi luar biasa di univeristas. Bangga
menjadi anak PKI. Bangga menjadi orang Indonesia . Bangga menjadi anak
preman. Bangga menjadi anggota Partai Demokrat. Apa saja bentuk sikap sombong
itu?
Tidak mau bergaul dengan tetangga. Di Jakarta mudah kita jumpai
perumahan eksklusif dan tempat seperti itu pasti menebar kemewahan bagi semua
penghuninya.. Di perumahan seperti ini pernah terjadi perampokan pada siang
hari tetapi tetangga rumah yang dirampok tidak ada yang mengetahui ada kejadian
perampokan. Ya, bagaimana dapat saling mengetahui kalau pagar kebanyakan
rumah-rumah di sini setinggi 4 meter. Di perumahan seperti ini engkau jangan
terlalu berharap ada sapaan selamat pagi atau selamat sore. Namun, di Jakarta
ada juga perumahan antara satu rumah dengan rumah yang lain tak berpagar,
tetapi penghuni perumahan ini tak peduli satu sama lain. Lalu, apa yang memagari
hati mereka untuk bergaul terhadap tetangga? Mobil masing-masing penghuni rumah
inilah yang menjadi pagarnya. Penghuni rumah di sini rata-rata memiliki mobil
buatan Eropa yang prestisius. Orang tak dikenal atau tak berkepentingan segera
segan mau bertamu begitu dilihatnya mobil yang ada di halaman merek BMW 720i. Seorang
sopir taxi berkata kepadaku, anak-anak muda di sini kalau sekedar mau makan
bubur ayam motor tunggangan mereka adalah Harley Davidson. Orang-orang dengan
lingkungan hidup produk bermerek terkenal, dompet yang tebal dengan uang, dan
deretan kartu kredit dan debit cenderung memandang rendah kaum kelas ekonomi
bawah. Untuk orang-orang seperti ini aku pernah mendapat satu nasehat dari
seorang teman tiga puluh delapan tahun yang lalu, katanya : “Jangan akrab
bergaul dengan orang kaya, engkau akan akan dibudaki!”
Bergaul sangat selektif. Engkau pernah mendengar ada orang
berkata begini, isteri saya nanti atau suami saya nanti orangnya harus begini,
begitu, dan seterusnya. Mendapatkan isteri atau suami seperti yang diinginkan
adalah satu proses pergaulan yang panjang, mungkin berlangsung bertahun-tahun.
Dan, selama bertahun-tahun orang-orang seperti ini telah membentengi hatinya
dengan norma-norma social berlebihan yang telah ditanamkan ke dalam piikirannya
sendiri. Temanku perempuan semasa kami masih di sekolah menengah atas
menginginkan seorang suami dengan jabatan eksekutif staff. Hasilnya? Ia
mendapatkan suami pada usia empat puluh tahun. Seorang suami yang bisa saja. Satu
hal yang tak lazim di kota
kecil menikah pada usia seperti ini. Ah, itu satu kasuistis saja, mungkin
begitu katamu. Pernah ada satu anggota dewan perwakilan rakyat, bergelar doctor
dan pengusaha kaya, sesumbar katanya, laki-laki yang pantas menjadi suami saya,
dia harus melebihi saya. Tak pernah aku mendengar apakah pada akhirnya dia
menikah dengan laki-laki idealismenya. Mungkin banyak laki-laki yang melebihi
prestasi yang pernah dicapai oleh perempuan ini, tetapi semuanya tak ada yang
tertarik kepadanya. Kalau engkau terlambat menikah atau bahkan tak kawin sama
sekali karena kesibukan melayani sesama manusia, untuk alasan ini maka engkau
dimuliakan oleh Tuhan. Kalau ada yang terlambat atau akhirnya tidak kawin
karena idealisme seperti yang telah aku katakan di atas, orang seperti ini tak
menyadari, bahwa sebenarnya dia telah mengatur rancangan Tuhan atas dirinya.
Seharusnya, biarlah kehendak Tuhan yang jadi, bukan kehendaknya yang jadi.
Menganggap diri-sendiri paling
benar. Orang miskin
secara ekonomi juga dapat bersikap sombong. Pekerja yang telah bekerja puluhan
tahun di satu perusahaan pasti sulit diarahkan mengikuti metoda kerja baru yang
lebih baik, karena orang seperti ini menganggap bahwa metoda yang digunakan
selama ini sudah benar. Itu sebabnya mengapa majikan perusahaan lebih suka
memakai tenaga baru dibandingkan mempertahankan tenaga lama. Pekerja lama
dipercepat masa pensiunnya dengan ganti rugi. Katakan saja engkau adalah 5
bersaudara, perhatikan saja baik-baik, saudara yang usianya paling tinggi sulit
untuk diberi tahu, karena dia menganggap bahwa dirinya yang paling benar. Orang
seperti ini biasa mempertahanan pendiriannya untuk menutupi semua kekurangan
yang ada pada dirinya. Kehidupan ini bergerak maju terus tanpa henti bukan
jalan di tempat. Metoda lama selalu ditinggalkan dan digantikan dengan yang
baru. Hanya orang rendah hati yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan baru
dan dapat bertahan hidup lebih lama. Orang yang hidup dibawah hukum agama
cenderung sombong karena mau pamer kepada orang lain bahwa dirinya paling benar
dan taat. Orang seperti ini menganggap kalau sudah memberi uang banyak ke kotak
derma, sering berpuasa, berbuat banyak kebaikan kepada orang lain, berpakaian yang
merefleksikan symbol agama, bicara dengan suara pelan dan melangkahkan kaki
perlahan-lahan, bahwa dia lebih saleh dari orang lain dan lebih layak di
hadapan Tuhan. Ingatlah baik-baik, bahwa Tuhan melihat hati terdalam, bukan
pamer kesalehan normative.
Bagaimana
dengan gereja? Di sinilah tempat di mana Iblis menguji kerendahanhati orang
Kristen. Ketika gereja masih kecil dengan jumlah jemaat masih sekitar 50 orang,
maka satu sama lain masih akrab, masih dapat say hello; sebaliknya begitu
gereja menjadi besar dan semakin besar jumlah anggotanya, maka keakraban itu
pudar dengan sendirinya. Apakah Tuan Pendeta masih bersedia mengunjungi anggota
jemaat yang miskin dan menetap di gang sempit dan becek? Kalau engkau mati
segala sesuatu yang pernah engkau banggakan pasti semuanya engkau tinggalkan.
Jadi, apa gunanya engkau berlelah-lelah membanggakan sesuatu yang fana. Kepada
siapa engkau membanggakan puncak prestasi gemilang yang pernah engkau capai?
Tentulah kepada semua orang yang usia mereka sebaya denganmu. Hidup ini adalah
persaingan puncak prestasi antara engkau dengan lingkungan teman-teman lamamu
dan tetanggamu yang seumur denganmu. Pada akhirnya satu demi satu teman-teman
atau kenalan atau tetangga seumurmu mati. Tinggalah engkau sendiri kesepian
menimang-nimang kebanggaan masa lalumu. Orang-orang sesudah generasimu merasa
tak punya kepentingan peduli dengan kebanggaan yang pernah membuat engkau
menjadi sombong. Jika engkau harus
bermegah karena satu kebanggaan, bermegahlah di dalam Tuhan yang telah
memberimu kasih karunia keselamatan kekal. Kebanggaan seperti ini tidak akan pernah
pudar, justeru hati tetap bersuka-cita dan jiwa tetap bersemangat sampai akhir
kehidupan di tanah berukuran dua kali satu meter.-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar