Senin, 31 Desember 2012
Yesus Guru Sejati Adalah Juru Selamat Manusia
Banyak orang pada masa
Dia masih hidup di Palestina menyebut-Nya sebagai Guru.
Profile guru pada umumnya adalah figure yang sederhana, baik
secara penampilan fisik maupun tutur katanya. Di Indonesia pernah ada satu lagu
yang menceritakan kesederhanaan seorang guru. Judul lagu itu adalah Oemar
Bakri, dinyanyikan oleh penyanyi pop, Iwan Fals. Guru yang sederhana pergi
menuju ke sekolah tempat mengajar dengan mengenderai sepeda ontel dengan
menenteng tas lipat terbuat dari kulit, kemeja warna putih dan celana warna
hitam. Tutur katanya halus dan tak ada sama sekali gambaran menonjolkan diri.
Ia memberi nasehat, karena guru dipandang sebagai tempat untuk
mendapatkan solusi satu masalah. Murid-murid, orang tua murid, dan semua orang
di sekeliling guru mengharapkan ada nasehat bagi pemecahan satu masalah.
Seorang guru di setiap kesempatan harus siap dimintai nasehat, karena guru
dipandang sebagai figur yang mempunyai horizon yang lebih luas. Orang bebal
pun, jika dia diam duduk tenang, orang lain pasti mengira dia adalah orang
berhikmat; guru bukan figur orang bebal, melainkan berpandangan luas. Ada pribahasa mengatakan,
bahwa lubuk akal tepian ilmu. Artinya, bahwa guru dipandang sebagai orang
banyak akal, orang yang banyak akal identik dengan orang yang banyak
pengetahuan atau orang berilmu. Hanya kepada orang berilmu dan berpengalaman
Anda datang meminta nasehat.
Ia menyampaikan kebenaran. Kita tidak memasalahkan kebenaran
A, B, C, dan seterusnya, tetapi satu hal yang pasti, bahwa guru menyampaikan
salah satu kebenaran tersebut. Dengan kata lain seorang guru sejati tidak akan
pernah menyampaikan satu hal yang tidak benar menurut konteks tempat dan waktu
dia mengajar. Contoh, seorang guru pendidikan agama Kristen menyampaikan satu
kebenaran, bahwa Yesus dari Nazaret adalah kebenaran. Jika dia mengatakan kebenaran
yang lain dari ajaran yang tertulis di dalam Alkitab, dia bukan orang yang
layak disebut guru.
Ia mengajarkan keterampilan. Tugas seorang guru adalah menurunkan
ilmu yang dimilikinya kepada siswa dan melatih kecakapan untuk menerapkan ilmu
tersebut dalam kehidupan nyata sampai siswa tersebut memiliki ilmu dan
kecakapan yang setara dengan gurunya. Ada
guru bidang pendidikan dasar, lebih tinggi lagi ada guru pendidikan dasar
lanjutan, paling tinggi guru pada tingkatan perguruan tinggi. Seorang guru
memang dituntut berkompeten terhadap bidangnya. Karena itu ada guru matematika,
guru fisika, guru kung fu, guru agama, dan seterusnya. Untuk guru bidang
pendidikan dasar walaupun mengajarkan segala sesuatu yang bersifat umum, tetap
saja dia dituntut memiliki satu bidang khusus kompetensinya.
Ia menjadi teladan moral. Moral tinggi adalah standar moral
yang harus dimiliki oleh seorang figur yang disebut guru. Di Jawa ada satu
istilah yang diletakkan di atas pundak seorang guru, yakni panutan. Panutan,
artinya teladan guru yang harus ditiru oleh murid-murid karena dia telah melakukan
perbuatan yang mulia. Jika seorang guru telah melakukan perbuatan yang tidak
mulia, dia pasti akan ditinggalkan oleh semua muridnya. Tidak ada satu pun
perbuatan tercela yang dapat disembunyikan karena satu saat pasti akan
ketahuan. Karena itu, jika Anda telah melakukan satu perbuatan amoral, hanya
Anda dan Tuhan saja yang telah mengetahui, itu adalah satu kemurahan dari Tuhan
kalau lingkungan Anda tidak mengetahui, berhentilah sebelum Tuhan menghentikan
perbuatan Anda yang tercela.
Ia dipilih oleh murid-muridnya. Keberadaan satu sekolah tak
lepas dari keberadaan semua guru yang yang mengajar di sekolah tersebut. Jika
semua guru yang mengajar di satu sekolah sangat berkompeten terhadap bidang
ilmunya, makin banyak orang yang datang untuk dicatat sebagai murid di sekolah
tersebut. Dengan kata lain, calon-calon murid yang memilih guru-guru ini melalui
institusi sekolah. Jika di satu sekolah banyak guru yang mengajar di sini tidak
berkompeten terhadap bidang ilmunya, jangan diharapkan akan banyak calon murid
akan mendaftar di sekolah seperti ini, kecuali karena masalah biaya sekolah
yang lebih murah. Pada zaman Tuhan Yesus masih berada di Palestina, banyak
sekolah agama di sana ,
tetapi yang terkenal adalah Gamaliel dan Syamai dan di antara keduanya, maka
Gamaliel lebih popular dibandingkan dengan Syamai. Nikodemus dan Paulus
keduanya lulusan Gamaliel. Gamaliel maupun Syamai dipilih oleh kebanyakan anak
di Palestina, karena kompetensi mereka yang terandalkan.
Ia harus konsisten dengan pribadinya. Seorang guru juga
dituntut harus konsisten terhadap pribadinya mengingat dirinya adalah figur
pembawa kebenaran dan teladan moral. Konsisten artinya, tetap atau tidak mudah
tergoyahkan terhadap godaan untuk melakukan perbuatan amoral. Perkara suap
sudah ada pada masa Yesus masih ada di Palestina. Lihatlah, Yudas Iskariot yang
telah disuap dengan 30 keping uang perak oleh imam-imam Yahudi untuk
menyerahkan Yesus kepada mereka.
Yesus adalah Guru yang
memilih sendiri murid-murid-Nya. Kalau kita membaca cerita silat, bagaimana cara guru kung
fu memilih seorang murid, tampak oleh kita guru itu memberi banyak ujian mental
untuk menguji kesungguhan hati calon murid ini. Berapa lama ujian ini
berlangsung, ya terserah maunya guru kung fu ini. Apa saja bentuk ujian mental
ini? Misalnya, menimba air di sumur kemudian dimasukkan ke dalam bak di kamar
mandi yang jaraknya 100 meter, menyapu halaman rumah yang sangat luas,
membersihkan dapur dari jelaga, dan seterusnya yang tak ada hubungannya dengan
kung fu. Bagaimana dengan Yesus? Tidak ada cerita di dalam Injil Matius, Markus
atau Lukas, Yesus mengangkat seseorang menjadi murid-Nya dengan cara menguji
satu per satu dari mereka, sebaliknya Dia langsung menunjuk kepada seseorang
langsung untuk menjadi murid-Nya. Dengan penuh kuasa, Dia langsung menunjuk Simon
Petrus dan saudaranya, Andreas, keduanya penjala ikan di danau Galilea,
kemudian Matius pemungut cukai mengikuti ke mana saja Dia pergi. Yesus telah
memilih 12 murid-murid-Nya sebagai berikut adalah Petrus, Andreas, Yakobus ben
Zebedeus, Yohanes, Filipus, Bartolomeus, Tomas, Matius, Yakobus ben Alfeus,
Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot. Yesus, Guru dari sorga memilih
mereka, bukan mereka memilih Yesus. Ia tidak perlu menguji kapabilitas mereka
sebagai murid, karena dari sebelum dunia ada, blue print mereka sudah diketahui
oleh Guru Yang Maha Mengetahui. Ia sudah sangat mengetahui Yudas Iskariot nanti
akan mengkhianati-Nya. Semua orang percaya dari sebelum lahir ke dunia telah
ditetapkan sebagai murid-murid-Nya dan terhitung sebagai orang yang
diselamatkan. Pilihan Tuhan Yesus berdasarkan keadilan-Nya.
Yesus adalah Guru yang
menyelamatkan. Yesus
mengajarkan dimensi baru ke dalam hukum Taurat, yakni kasih. Manusia
diselamatkan oleh TUHAN bukan karena taat melakukan hukum, melainkan karena
taat terhadap kehendak-Nya, yakni beriman dan menerima Yesus Orang Nazaret
sebagai Juru Selamat. Yesus adalah Guru dan Dia adalah kebenaran yang mutlak.
Jangan salah memilih
guru. Yesus adalah guru dari sorga. Guru yang mengajarkan
kepada kita satu jalan yang benar menuju rumah Bapa, yakni tidak ada seorang
pun dapat kembali ke rumah Bapa tanpa melalui Dia. Ia tidak salah menunjukkan
jalannya menuju ke sana dan Anda tidak akan pernah tersesat, karena Dia adalah
jalan itu sendiri, Dia adalah kehidupan, dan Dia adalah kebenaran. Namun, kita
sekarang masih berada di dunia dikelilingi oleh serigala-serigala buas berbulu
domba, jadi kita juga berhadapan dengan banyak orang yang mengaku guru, tetapi
guru palsu. Hati-hatilah! Salah memilih guru artinya salah memilih tujuan. Salah
memilih guru artinya Anda tersesat. Salah memilih guru membuat hati tak nyaman.-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar