Kamis, 09 Mei 2019

Meditasi

Pada satu kunjungan ke rumah duka di suatu tempat di Bekasi aku berbincang-bincang dengan adik laki-laki almarhumah Elizabeth Tanukusuma. Kenalan baruku ini orang keturunan Tionghoa yang settle di Lampung Selatan, isterinya orang Tionghoa asal Magelang. Orang ini berkata, bahwa dia mempunyai satu metode untuk menemui Tuhan, yakni dengan cara meditasi. Ia begitu bersemangat memberi penjelasan kepadaku demikian pentingnya manusia seharusnya bermeditasi untuk mendapatkan kedamaian bertemu dengan Tuhan. Aneh juga kalau orang ini bicara tentang meditasi dengan semangat mengingat dia adalah seorang anggota jemaat Gereja Pentakosta di Indonesia. Di gereja ini dan pada umumnya gereja-gereja kharismatik, meditasi dan filsafat adalah dua hal yang sensitif untuk dibicarakan di tempat terbuka.

Apa itu meditasi? Orang Jawa biasa menyebut meditasi dengan kata "semadi". Untuk memahami lebih jauh lagi tentang kegiatan semadi, maka ada baiknya untuk memahami terlebih dahulu secara komprehensif hakekat Kejawen. Kejawen atau Kejawaan (Javanism) bukan menunjukkan identitas agama atau kadar religiositas agama, melainkan lebih menunjukkan sistem berpikir orang Jawa. "Kejawen adalah himpunan kepustakaan Jawa yang lengkap dan ruangannya masih memungkinkan untuk diisi terus selama ada yang baru untuk dimasukkan ke dalamnya. Unsur-unsurnya adalah sebagian besar ajaran-ajaran Hindu, Buddha, dan kepercayaan lokal yang mengendap, semakin kental dan semakin koheren dalam pikiran orang Jawa secara turun-temurun selama ratusan tahun. Ajaran Islam melalui Sufisme juga ikut memberi andil merembes ke dalam Kejawen" (Hengki Budi Prasetyo, skripsi, 2005). Puncak ajaran Kejawen adalah kebatinan, yakni satu usaha pribadi dan berorientasi pada diri sendiri untuk memahami hakekat kehidupan dan mencapai  kesatuan dengan Gusti Allah (manunggaling kawulo-Gusti). Kegiatan kebatinan adalah puasa, mengendalikan gerak, dan meditasi. Untuk melakukan kegiatan meditasi orang duduk di dalam kamar atau di mana saja di tempat sunyi mengheningkan diri dalam satu usaha menyatu dengan Tuhan. Dalam pandangan orang yang menekuni kegiatan ini secara intens, wahyu dan penglihatan dapat datang setiap waktu pada saat bermeditasi. Karena itu, pada waktu tertentu, biasanya pada saat situasi dan kondisi masyarakat sedang kacau, ada saja muncul orang yang mengaku menerima wahyu atau penglihatan untuk melakukan pembaruan. Biasanya tokoh keagamaan atau masayarakat yang dinilai sangat kharismatik segera menarik perhatian menurut kelompok masyarakat dan periodanya. Misalnya : Pangeran Dipanegara tokoh agama Islam pada abad XIX, HOS Tjokroaminoto tokoh nasionalis awal abad XX, dan Sekarmadji Kartosoewirjo tokoh nasionalis pertengahan abad XX. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia masih mempercayai segala sesuatu yang mistik, maka segala sesuatu yang bersifat mistik sangat mudah menggerakkan kehendak untuk bertindak. Mind set seperti ini tidak terkecuali juga ada di kalangan orang Kristen, bahkan orang Kristen kharismatik. Semua gerakan kebatinan pada dasarnya adalah gerakan mesianis sepanjang zaman (Sartono Kartodidjo, Ratu Adil, Jakarta : Sinar Harapan, 1984, hlm. 15).

Yesus Kristus berkata kepada murid-murid-Nya, bahwa Dia di dalam Bapa dan Bapa di dalam dia (Yohanes xiv:10). Pernyataan Yesus ini adalah kebenaran Injil yang sifatnya mistik karena Bapak dan Anak adalah dua Pribadi, tetapi dalam satu kesatuan (David Iman Santoso, Malang : hlm. 48, 2005). Hal yang sama juga dapat terjadi dalam diri orang percaya terhadap Tuhan, bahwa barangsiapa tinggal di dalam Firman dan Firman tinggal di dalam dia, maka dia berbuah banyak (Yohanes xv:5). Namun, konsep kebatinan (mistik) di dalam Injil Yohanes berbeda dengan konsep kebatinan Jawa. Konsep kebatinan dalam Injil Yohanes menurut perspektif iman Kristen menuntut jiwa yang terbuka terhadap pembaruan yang dilakukan oleh Roh Allah, berdoa dengan tekun, rajin membaca Alkitab, dan merenungkan firman Tuhan dengan seksama, maka firman akan menjadi rhema yang semakin mengendap, mengental, dan koheren di dalam batinmu. Batin yang sehat karena memiliki jiwa yang sehat, maka bukalah jiwamu terhadap setiap pembaruan yang dilakukan oleh Roh Allah. Rajinlah datang ke gereja untuk mendapatkan pencerahan dari Roh melalui mimbar gereja. Jangan keraskan hatimu ketika firman Tuhan dibacakan oleh seorang gembala di mimbar rumah Tuhan! Allah berfirman, bahwa Dia akan memberikan kepada orang percaya hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin orang percaya; juga Dia akan menjauhkan dari tubuh orang percaya hati yang keras dan memberikan orang percaya hati yang taat (Yehezkiel xi: 19).

Tuhan memang memberi penglihatan wahyu kepada manusia, tetapi kepada siapa semua ini disampaikan oleh-Nya? Rasul Yohanes adalah murid Tuhan Yesus, murid terakhir yang bersaksi bahwa dia telah menerima firman Tuhan di Pulau Patmos, Yunani dari yang Alfa dan Omega, yakni Tuhan Yesus sendiri. Artinya setelah dia, tidak ada lagi wahyu atau firman dinyatakan oleh Tuhan kepada manusia. Karena itu, siapa saja yang menyatakan bahwa seseorang telah menerima wahyu setelah kitab Wahyu selesai, maka datangnya pasti dari Iblis (Wahyu i:2).

Well, sebagai penutup aku akan menceritakan satu pengalaman hidup ketika aku masih bersekolah di intermediate school [smp] pada dekade 70-an. Seorang guruku berkata, bahwa pada jaman dulu untuk mendapatkan hikmat dan kekuatan luar biasa, maka orang harus berpuasa dan bertapa di hutan di bawah pohon beringin atau di dalam goa di tepi sungai. Namun, katanya lebih lanjut, manusia modern pada jaman sekarang bertapanya di dalam perpustakaan, baca buku sebanyak-banyaknya. Ada benarnya juga kata guruku ini, maka aku berkata kepadamu, tak usahlah engkau susah payah bermeditasi sampai keringatan, melainkan seringlah membaca Alkitab.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar