Sabtu, 18 Mei 2019

Restoran Pondok 39

Kami berlima, keponakan, istriku, aku, kakak perempuan istriku, dan seorang teman istriku telah mengunjungi adik laki-laki dari keponakanku ini di satu "hospital khusus" di satu wilayah di Cawang, Jakarta. Dirawat di hospital khusus sebab penyakitnya juga khusus. Kami datang ke hospital ini terlalu cepat, sebab kami harus menunggu sampai satu jam dan kami diijinkan menjenguk hanya kira-kira 30 menit. Teman istriku perempuan Semarang, Sulistyowati, pekerjaannya adalah pendoa. Selesai berdoa bagi pasien, kami meninggalkan hospital ini kira-kira pukul 14.00 waktu Jakarta Timur.
Pondok 39, Cawang, Jakarta.

Dalam perjalanan pulang dengan mobil kami ditawari oleh keponakanku makan siang di mana ini. Ia mau mentraktir kami pada saat kami memang pada lapar. Kami melewati satu jalan yang sangat familiar bagiku, maka aku langsung menunjuk restoran Pondok 39 dan istriku antusias juga menyetujui usulku ini. Ada apa ya? Yaaah, semacam ada sweet moment di restoran ini. Menu yang tersedia di tempat ini antara lain : nasi goreng dan mie goreng sea food, ayam goreng dan ayam bakar sambal terasi, sayur asam, gurame bakar dan gurame asam-manis. Kami memesan 4 porsi ayam bakar dan 1 porsi siomay, sebab kakak perempuan istriku tidak makan ayam bakar. Ayam bakar bumbu kecap, nasi, dan sambal terasi. Hemmmm, tersaji di depan mata sudah terbayang ... lezato! Sebelum makan kami berdoa dan aku yang memimpin doa.

"Bapa di sorga. Engkau, Allah yang Mahamurah. Kami mengucap syukur kepada-Mu atas semua berkat makanan yang Engkau sediakan bagi kami di tempat ini. Engkau kuduskan makanan ini menjadi berkat kesehatan dan kekuatan tubuh kami. Engkau tahirkan makanan ini sehingga semua yang yang tersaji di meja makan ini layak kami makan di hadapan-Mu. Demi nama Yesus, kami mengucap syukur kepada-Mu. Amin!"

Aku memiliki nostalgia dengan restoran ini beberapa tahun yang lalu. Rasanya seperti sudah lama sekali, tetapi sesungguhnya baru lima tahun yang lalu aku pernah mengunjungi tempat ini. Ada satu perubahan besar di restoran ini, yakni ruangan bagian depan dibagi sampai setengah ruangan, sebab setengah bagian di sebelah kanan dari depan sampai ke belakang di renovasi untuk bagian saudaranya. Dapur tetap di sebelah kanan. Dua kokinya masih orang lama seperti yang dulu. Restoran ini disebut Pondok 39, sebab berlokasi di satu jalan dengan nomor rumah 39. Pemiliknya orang Tionghoa dan penganut Buddha. Menurut ibu pemilik restoran ini, bahwa pada mulanya keluarga besarnya menempati rumah ini ketika semua jalan di sekitar tempat ini masih belum diaspal. Well, kira-kira dekade 50-an atau 60-an. Restoran ini masih terhitung wilayah Bidara Cina.
Lezato grilled chicken and salsa.
Di sebelah kanan bangunan restoran ini ada tetangga yang menyediakan sedikit tempat untuk berjualan di bagian kiri rumah tetangga ini. Di tempat kecil ini aku pernah berjualan ta.hu goreng krispy dari pukul 15.00 sampai 21.00. Untuk listrik penerangan dan air untuk mencuci, aku membayar dari restoran ini. Aku menggoreng ta.hu sampai tangan, lengan, dan wajahku tampak menghitam. Sekali-sekali aku makan malam di restoran ini berupa menu seperti yang aku makan pada hari ini. Pada hari ini harga ayam bakar 17 ribu rupiah per porsi, sebaliknya lima tahun yang adalah 10 ribu rupiah per porsi. Namun, hanya tiga bulan aku bertahan berjualan tahu goreng krispy di tempat ini. Omzet penjualan ta.hu hanya mencapai 400 tahu, sedangkan yang aku bawa adalah 700 tahu. Yaaach, pada akhirnya aku mengucapkan say good bye pada tempat ini.

Di antara kami berlima mungkin aku yang paling bersemangat menikmati lezatnya ayam bakar sambal terasi. Setiap suap nasi  yang aku lumuri dengan sambal terasi sangat aku nikmati sekali ayam bakar ini. Memang perut sedang terasa lapar. Makan terasa nikmat dalam keadaan lapar, apalagi yang dimakan ayam bakar sambal terasi. Lezato! Nikmato! Ayam bakar ini dengan bumbu dasar kecap manis kemudian dipanggang di atas panggangan gas burner tetapi aku menyukai yang sedikit agak gosong. Tambah nasi lagi satu porsi, setengah bagian untukku dan setengah bagian lainnya untuk keponakanku. Kata penulis amsal, bahwa bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis (Amsal xxvii: 7). Tiga hari telah berlalu, tetapi aroma ayam bakar restoran ini masih terbayang.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar