Penulis |
Sabtu, 31 Oktober 2015
Orang Kristen Terbebas Dari Hukum Taurat
Pendahuluan
:
Hukum Taurat adalah pernyataan Tuhan bagi
umat Israel sebagai alat untuk menertibkan dan mengatur kehidupan peradilan di
bidang perdata, sosial-keagamaan, dan pidana dengan kekudusan yang diperlukan untuk
memelihara hubungan kovenan dengan Tuhan. Tujuan hukum Taurat adalah
menunjukkan dosa manusia dalam keadaan yang sebenarnya, yakni sebagai
pemberontakan dan ketidaktaatan di hadapan Tuhan. Lebih dari enam ratus hukum
ada di dalam kitab-kitab Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan meliputi
perintah-perintah, ketetapan-ketetapan, dan peraturan-peraturan. Hukum itu
mempunyai konsekuensi sanksi bagi setiap pelanggaran. Dan, hampir segala
sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah
tidak ada pengampunan [Ibr. 9:22]. Penumpahan darah hewan adalah bentuk
simbolis penyucian dosa terhadap orang yang hidupnya dibawah hukum Taurat.
Selama empat puluh tahun lamanya setelah
keluar dari Mesir, bangsa Israel hidup sebagai nomaden di gurun pasir Sinai.
Umumnya suku bangsa yang hidup sebagai nomaden adalah hidup yang serba tidak
teratur dan mind set mereka masih banyak dipengaruhi oleh berhala-berhala
Mesir, maka cara hidup mereka perlu ditata kembali supaya mereka menyadari
sebagai bangsa pilihan Allah. Allah menata kembali perilaku hidup mereka dengan
keharusan mentaati hukum. Menurut kebiasaan masyarakat kuno di Timur Dekat,
rakyat mentaati hukum supaya perilaku rakyat dapat menyenangkan dewa-dewa,
sebaliknya Tuhan memerintahkan bangsa Israel mentaati hukum supaya mereka tetap
menjaga kekudusan hidup di hadapan Tuhan. Mereka belum sampai pada tahapan
memahami untuk apa menjalankan suatu perintah, ketetapan, atau peraturan.
Misalnya, mereka dilarang makan daging binatang tidak berbelah kuku pada
kakinya dan mereka dilarang makan darah hewan. Bagi mereka yang penting taat.
Hukum Taurat berlaku hanya kepada orang yang
selama hidupnya dibawah hukum tersebut. Seorang perempuan yang masih terikat
hubungan resmi dengan laki-laki yang menjadi suaminya, maka dia masih dalam
keadaan terikat dengan hukum yang membuat dirinya masih berstatus isteri
laki-laki ini. Seorang perempuan yang masih terikat hukum dengan laki-laki ini sebagai
istrinya kedapatan dia menikah dengan laki-laki lain, maka perempuan ini
disebut berzinah. Seorang perempuan yang sudah tidak terikat lagi dengan hukum
yang mengikatnya dengan laki-laki ini sebagai istrinya, maka dia adalah
perempuan bebas. Seseorang yang pernah hidup dibawah hukum Taurat, kemudian
menerima kasih karunia dari Tuhan, maka dia sudah terbebas dari beban hukum
yang pernah mengikatnya.
Orang yang dibenarkan di hadapan Tuhan bukan
karena melakukan hukum, melainkan oleh iman, sebaliknya dasar hukum bukan karena
iman, melainkan ketaatan orang melaksanakan hukum, maka dia akan hidup
karenanya [Galatia iii:11-12].
Hukum
Taurat membuat manusia mati terpenjara [Roma vii:4]. Walaupun dikurung
oleh lebih enam ratus hukum, bagi umat Israel hukum ini dilaksanakan sebagai
suatu kesukaan. Bagi orang Kristen yang hidupnya telah berada di luar hukum
mungkin berasumsi, bahwa kehidupan sehari-hari orang Israel terasa berat, sebab
dikurung oleh begitu banyak hukum. Mereka menjadi terbiasa dengan hukum seperti
ini sebab mereka telah beradaptasi dari generasi ke generasi. Dan, mereka merasakan
suka cita, sebab melalui hukum ini, Tuhan telah memberi tahu kepada mereka
segala sesuatu yang tidak disukai oleh Tuhan supaya dijauhi saja. Sebagian
besar muatan hukum bersifat negative, seperti : jangan ini … , jangan itu … ,
haruslah begini … , haruslah begitu … , dan seterusnya. Ganjaran atas ketaatan
terhadap hukum adalah berkat atau kutuk ketika orang masih hidup di dunia.
Tuhan menurunkan hukum untuk menunjukkan, bahwa
manusia tidak dapat bermegah dengan segala perbuatan baik. Kejahatan dan
kesalahan manusia, yakni dosa tidak berkesudahan [Ayub 22:5]. Semua perbuatan
baik yang dilakukan oleh manusia hanya menimbulkan kesombongan. Orang sombong
sulit menerima pembaruan rohani dalam kehidupannya [Lukas 18:9-14]. Yesus
memberikan satu ilustrasi tentang dua orang berbeda status sosial mereka. Ada
dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Orang pertama adalah seorang Farisi
dan yang lain adalah seorang pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan
berdoa dalam hatinya, begini :”Ya Tuhan, aku mengucap syukur kepada-Mu, sebab
aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim,
bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali
seminggu, aku memberikan satu per sepuluh dari segala penghasilanku. Namun,
pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan tidak berani menengadah ke langit,
melainkan dia memukul diri dan berkata :”Ya Tuhan, kasihanilah aku orang
berdosa ini.” Yesus berkata, bahwa pemungut cukai ini pulang ke rumahnya
sebagai orang yang dibenarkan oleh Tuhan dan orang yang lain itu tidak. Sebab
barangsiapa meninggikan diri, dia akan direndahkan, sebaliknya barangsiapa
merendahkan dirinya, dia akan ditinggikan. Orang pertama dalam cerita ini
adalah kelompok orang yang menjunjung moralisme, yakni mengutamakan perbuatan
baik untuk mendapatkan pembenaran. Apakah ada manfaat untuk Tuhan jika manusia
berbuat baik? Apakah manusia mendapat pembenaran dari Tuhan jika dia melakukan
perbuatan baik? Betapa pun baiknya suatu perbuatan manusia di hadapan Tuhan,
tidak ada yang menyenangkan hati Tuhan, sebab semua manusia di kolong langit
telah berdosa kepada Tuhan.
Orang yang hidupnya dibawah hukum Taurat,
seumpama dia berada di dalam ruangan empat dinding kokoh. Ke mana pun dia
memandang ke empat sisinya, dia tidak menyadari, bahwa dia dikurung oleh kira-kira
seratus lima puluh hukum pada masing-masing sisinya. Pada waktu mereka masih
muda, masih enerjik, bergiat melakukan segala perbuatan baik, tetapi pada hari
tua, mereka gentar ketika melihat matahari kehidupan semakin condong terbenam.
Mereka mulai merenungkan apa yang telah mereka perbuat selama hidup, apakah
semua amalan akan diterima oleh Tuhan dan mendapatkan keselamatan kekal. Mereka
mulai merenungkan, apakah pengudusan hidup melalui penumpahan darah hewan
kurban sudah cukup sempurna dan menyelamatkan mereka. Orang yang menyadari
dirinya mati karena hukum, maka dia membutuhkan pembebas, supaya dia bebas dari
hukum. Pembebas adalah Dia yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, supaya
orang ini menjadi milik-Nya, sehingga orang ini beroleh kebebasan dari beban
hukum.
Orang
percaya bebas dari hukum Taurat [Roma vii:6]. Jika engkau dalam kondisi mati, engkau dapat
bebas dari hukum yang memenjarakanmu. Bagaimana supaya engkau menjadi dalam
kondisi mati, sedangkan secara fisik engkau masih hidup di dunia? Engkau harus
bersedia percaya dan menerima Yesus Orang Nazaret sebagai Juru Selamat jiwamu.
Percaya dan menerima Dia sebagai Juru Selamat, artinya, engkau bersedia
dikuburkan bersama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Tuhan,
demikian juga engkau akan hidup dalam hidup yang baru [Roma vi:4]. Hidup yang
baru artinya engkau telah diperbaharui oleh Roh Kudus. Siapa yang telah mati
bersama Dia, maka dia bebas dari dosa dan telah bebas dari ikatan hukum.
Dalam keadaan baru menurut Roh, artinya
engkau dihidupkan oleh Roh menuju ketaatan yang baru, yakni iman kepada Yesus,
Anak Allah yang tunggal. Roh memperbarui hidupmu setiap saat sehingga engkau
menjadi pribadi yang unik sesuai menurut kehendak Tuhan. Semua orang yang
hidupnya dipimpin oleh Roh Tuhan, maka dia layak disebut anak Tuhan dan engkau
tidak menerima roh perbudakan, melainkan roh kebebasan menjalankan kehendak
Bapa di Sorga. Yesus memberi jaminan ketika engkau masih hidup di dunia, bahwa
tidak ada seorang pun dapat datang kepada Bapa tanpa melalui Dia, sebab Dia
adalah jalan yang benar dan jalan yang memberi hidup sehingga engkau tak perlu
kuatir lagi pada hari senja kehidupanmu.
Di dalam Kristus tidak ada kutuk. Ia adalah
kebangkitan dan hidup; engkau percaya kepada Dia, engkau akan hidup walaupun
engkau telah mati [Yohanes xi:25]. Darah Kristus tercurah membasahi bumi adalah
peristiwa nyata terjadi dua ribu tahun yang lalu, sebab telah disaksikan oleh
banyak orang dan serdadu-serdadu Romawi. Darah Kristus menghalau kutuk dari
kehidupanmu dan dosamu diampuni oleh-Nya bukan peristiwa simbolis seperti
penumpahan darah hewan kurban, sebaliknya peristiwa ini adalah peristiwa nyata
yang engkau terima sebagai iman. Engkau mempunyai iman kepada Kristus, sebab
Roh telah memperbarui hidupmu. Tuhan sendiri yang menghendaki peristiwa ini
nyata dalam kehidupan semua orang percaya, sebab Dia dalam rupa sebagai manusia,
darah-Nya membasuh kutuk dosa dan kutuk hukum.
Apakah engkau pernah
ditanya oleh seseorang yang bukan Kristen, mengapa orang Kristen yang hidup
dalam Perjanjian Baru boleh makan daging babi, sedangkan di dalam Perjanjian
Lama makan daging ini adalah larangan? Jawabannya sederhana, yakni hidup orang
Kristen telah ditebus oleh kematian Kristus sebagai ganti kematian orang
percaya terhadap hukum Taurat. Walaupun bagi orang Kristen makan daging babi tidak
dipandang sebagai larangan, tidak semua yang dihalalkan dapat dinikmati tanpa
batas dengan alasan kesehatan. Selain itu tidak semua yang berguna dapat
dikonsumsi dengan alasan bebas dari hukum. Misalnya, etanol itu dalam kadar
tertentu dapat dikonsumsi sebagai minuman. Apakah engkau akan merusakkan dirimu
mengoplos berbagai minuman beralkohol untuk memuaskan diri dengan alasan telah
bebas dari hukum? Tubuh kita adalah Bait Allah tempat kita memuliakan Roh
Tuhan. Seluruh anggota tubuh kita gunakan untuk memuliakan Tuhan. Orang Kristen
telah terbebas dari hukum Taurat, tetapi gunakanlah kebebasan itu secara
bertanggungjawab.
Penutup
: Orang Kristen dibebaskan bukan hanya dari beban
hukum Taurat dalam arti hukum Musa, melainkan dari beban hukum mana pun sejauh
pelaksanaan hukum dijadikan syariah keselamatan. Dalam sejarah gereja permulaan
di Yerusalem sampai gereja memasuki masa Reformasi, ternyata orang Kristen
dibebani oleh taurat-taurat yang lain, seperti larangan makan daging pada
Jum’at, larangan tidak boleh kawin untuk memangku jabatan tertentu dalam gereja
dan memuliakan orang-orang kudus yang telah mati. Kebebasan orang Kristen oleh
Roh yang telah memperbaharui hidup orang percaya seharusnya digunakan untuk
menggarami dunia supaya bangsa-bangsa di dunia semakin mengenal Kristus.-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar