Kamis, 29 Oktober 2015

Kristen itu Berbeda Dengan Katholik

Gereja Katholik di Wlingi, Jawa Timur.
Berbahagia bagi orang yang mencari kebenaran. Dibawah komando Saulus, seorang Farisi kelahiran Tarsus [di wilayah Turki sekarang], maka ribuan orang Kristen dieksekusi oleh orang Yahudi. Namun, pada akhirnya Saulus bertobat setelah dia mengalami perjumpaan yang dahsyat dengan Yesus Orang Nazaret. Dalam perjalanan membawa orang-orang Kristen yang dianiaya oleh kelompoknya, dia melihat penampakan cahaya luar biasa menyilaukan sehingga matanya menjadi buta selama tiga hari. Setelah dipulihkan oleh Tuhan, dia bertobat dan menjadi rasul-Nya, dan berganti nama menjadi Paulus. Penghambatan berikut terjadi di pusat kekaisaran Romawi. Di kota Roma banyak orang Kristen disiksa, dibunuh, dan rumah ibadat orang Kristen dibakar. Ini adalah realitas Injil, bahwa barangsiapa beribadah kepada Yesus Orang Nazaret, maka dia akan mengalami siksaan luar biasa.

Pada masa Constatinus Agung menjadi kaisar penghambatan terhadap orang Kristen berakhir. Ia mengeluarkan Edik Milano. Putusan Milano menyatakan, bahwa gereja mendapat kebebasan sepenuhnya dan Hari Minggu ditetapkan sebagai hari kudus. Pada masa Theodosius Agung, negara menetapkan peraturan, bahwa seluruh penduduk harus menyatakan iman Kristen sesuai menurut ajaran uskup di Roma dan Aleksandria. Uskup adalah kepala gereja dalam sistem episcopal, dibantu oleh presbiter dan diakonos. Ada uskup Karthago di Afrika Utara, uskup Aleksandria di Mesir, uskup Avignon di Prancis, uskup Roma di Italia, dan uskup Constantinople di Byzantium. Mereka bersaing adu kekuatan pengaruh. Setelah Theodosius meninggal, kekaisaran Romawi terbelah dua, yakni Romawi Barat di Roma dan Romawi Timur di Constantinople [sekarang Istanbul di Turki].

Walaupun kepercayaan kafir telah dilarang oleh negara, sebagian kecil lapisan masyarakat ini masih ada di Roma. Mind-set orang Kristen baru juga masih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan kepercayaan kafir. Orang kafir yang belum lama menjadi Kristen merasa kehilangan dewa-dewa dan dewi-dewi sesembahan mereka yang dianggap dapat memberi berbagai pertolongan di saat mengalami kesulitan. Mereka menjumpai pengganti dewa dan dewi mereka yang telah hilang dari sisi kehidupan mereka dalam rupa pemujaan santo-santo dan santa-santa. Santo atau santa adalah figure yang telah meninggal dan oleh Gereja Roma dipandang sebagai orang kudus sangat dekat dengan Tuhan. Maria, ibu yang melahirkan Yesus dipandang sebagai orang kudus di atas semua santo dan santa, dialah seorang pengantara khas yang melindungi dan mendoakan semua orang Katholik. Paus, yakni uskup Roma yang berhak menetapkan seseorang sebagai orang kudus.

Pada pertengahan abad ke 11 kesatuan gereja terpisah, yakni Gereja Barat di Roma dan Gereja Timur di Constatinople. Pada waktu itu yang disebut sekarang Gereja Katholik Roma adalah Gereja Roma, sedangkan Gereja Timur menyebut diri sebagai Gereja Ortodoks atau Gereja Katholik Gerika. Pangkal perselisihan adalah Gereja Roma menuntut pengakuan, bahwa uskup Roma adalah satu-satunya kepala gereja dan tidak pernah mengajarkan yang salah. Ketika kekaisaran Romawi runtuh sama sekali oleh perselisihan di dalam negara, maka Gereja Roma memiliki momentum menggantikan imperium Romawi sebagai pusat gereja dunia. Dan, Gereja Roma juga mempunyai alasan lain atas klaim pusat gereja di Roma, yakni rasul Paulus dan Petrus pernah melayani jemaat di Roma dan mati sahid di kota ini sehingga ada alasan politik, bahwa Gereja Roma mempunyai pewarisan jabatan rasuli.

Maria adalah figure sentral yang sangat dihormati oleh orang Katholik Roma dan merupakan harga mati doktrin Gereja Katholik Roma sampai sekarang. Di dalam semua bangunan gereja Katholik Roma selalu ada patung ibu Maria di letakkan di sebelah kanan atau kiri bangunan. Di hadapan patung ini orang berlutut dan berdoa. Novena adalah sebutan untuk berdoa kepada ibu Maria, tetapi biasa juga disebut doa Rosario dengan kalung rosary. Orang Katholik merasa belum mantap hatinya jika benda-benda religi, termasuk kalung ini belum diberkati dengan cara pemberian tanda salib oleh seorang pastor. Doa Rosario diakhiri dengan penyebutan nama-nama santo dan santa dalam bentuk nyanyian penyembahan. Setelah pasangan pengantin Katholik menerima pemberkatan nikah, segera pasangan ini digiring menuju patung ibu Maria, berlutut, dan berdoa, memohon berkat atas keluarga baru ini. Di negara-negara yang sangat kental ajaran Katholik-nya, seperti Italia, Spanyol, Portugal, dan semua negara Amerika Latin, penduduk biasa membuat patung-patung kecil dari seorang santo atau santa. Satu patung santo digantungkan di rear mirror mobil, dengan bangga seorang sopir taksi mengatakan, bahwa santo ini pelindung-nya. Setiap jenis pekerjaan ada santo atau santa pelindung pekerjaan ini. Santo Yusuf adalah pelindung pekerja di bidang furniture, santo Franciscus pelindung para guru, dan seterusnya. Waktu dulu aku mengikuti katekisasi, guru mengajarkan, bahwa tidak boleh ada sesembahan lain dihadapan TUHAN dan tidak boleh membuat patung menyerupai apa pun untuk disembah, sebab Dia adalah Allah yang cemburu. Yang melindungi orang Kristen adalah malaikat dari sorga yang diutus oleh Tuhan.

Dulu aku seorang Katholik dari sejak usia sepuluh tahun, bahkan sebelum menjadi orang Katholik kami sekeluarga adalah pemeluk Islam abangan. Pada 11 November 1966, pukul 17.00 waktu setempat, aku, ibuku, dan kakakku nomor tiga dibaptis percikan air oleh almarhum pastor Neylen, orang Belanda di Gereja Katedral Santa Maria Palembang. Saksi ibu baptis kami adalah ibu Bong, tetangga kami di Jalan Supeno, sedangkan kami tinggal tak jauh dari beliau, di Jalan Kartini. Setiap malam kami berdoa di depan patung ibu Maria, di kiri kanan patung diapit dengan lilin yang menyala. Kami aktif dengan semua kegiatan di gereja. Kakakku aktif sebagai Pemuda Katholik, ibuku aktif sebagai anggota Wanita Katholik, sedangkan aku aktif menjadi misdinar, yakni melayani pastor pada saat misa ekaristi. Kami sekeluarga juga aktif menghadiri doa Rosario. Sekolah? So pasti di sekolah Katholik, dari SD Xaverius IV sampai selesai di SMP Xaverius II. Sebelum dan sesudah berdoa harus membuat tanda salib, utara-selatan-barat-timur. Jadi, apa yang tidak aku ketahui isi seremoni Gereja Roma ini.

Ketika aku dibaptis umurku telah mencapai sepuluh tahun, maka pastor mempersilahkan aku untuk memilih nama baptis yang diambil dari nama-nama santo yang jumlahnya mencapai puluhan. Bingung aku memilih. Tentu aku menghendaki nama yang enak terdengar, maka aku memutuskan nama baptis Fraciscus Xaverius, kakakku memilih nama Yulianus, sedangkan ibuku memilih Maria Adriana. Dengan nama baptis pilihan ini, aku telah menunjuk Santo Franciscus Xaverius sebagai orang kudus pelindungku. Jika yang dibaptis masih bayi, orang tua yang memilihkan nama baptis bayi ini. Satu tahun kemudian ayahku dibaptis di gereja yang sama dan oleh pastor yang sama dengan nama baptis Adrianus.

Tidak satu keharusan bagi orang Katholik awam untuk membaca Alkitab setiap hari dan memang kami tidak pernah diarahkan oleh romo pastor untuk memahami firman Tuhan. Cukup dengan ketaatan terhadap Perintah Gereja dan Sepuluh Perintah Allah. Apa yang dilakukan oleh orang Katholik seusai mengikuti misa Jum’at Agung? Satu demi satu maju ke depan altar untuk mencium kaki dari patung Yesus yang tergantung di salib. Sekali lagi mencium kaki patung Yesus. Ukuran salib kira-kira panjang 40 centimeter dan bagian pendek yang melintang kira-kira 25 centimeter, sedangkan patung yang melekat di atas salib terbuat dari bahan tembaga bakar. Pada waktu itu, entahlah sekarang, banyak orang Katholik memiliki keyakinan salib patung Yesus mampu mengusir setan atau roh-roh jahat. Itu sebabnya di setiap kamar rumah orang Katholik selalu ada salib seperti ini, begitu juga dengan rumah sakit.

Gereja Katholik Roma mengajarkan, bahwa keselamatan diberikan oleh gereja melalui tujuh sakramen, yakni perjamuan, baptisan, penguatan [konfirmasi], pengakuan dosa [confession], perminyakan, perkawinan, dan imamat. Sakramen imamat diberikan hanya kepada orang yang ditahbiskan sebagai pastor. Gereja Roma lebih mengutamakan peraturan gereja dan tradisi gereja, sedangkan sola scriptura adalah urusan hierarki tertinggi di Vatikan, Roma yang dianggap manusia tanpa salah menafsirkan firman Tuhan. Orang Katholik ke gereja tidak perlu membawa Alkitab, sebab memang tidak dianjurkan membawa “benda” ini. Lalu, apa yang dilakukan mereka ketika mengikuti misa ekaristi? Mereka mengikuti aturan liturgy yang sudah disusun baku oleh gereja, kemudian memakan hosti. Pembacaan firman oleh pastor paling lama tiga puluh menit. Di gereja tidak pernah ada ceritanya pastor berkata begini kepada jemaatnya :”Saudara-saudara yang terkasih di dalam Kristus. Marilah bersama-sama kita buka Alkitab dari [Matius, Markus, Lukas, atau Yohanes] pasal …, ayat ….” Awam Katholik pasti tidak tahu yang mana Matius, atau Yohanes, apalagi Keluaran dalam Perjanjian Lama. Diminta membuka Matius, mungkin sepuluh menit saja masih kurang waktu untuk menemukannya.

Pada suatu ketika ada seorang Islam mengajukan beberapa pertanyaan terhadap iman Katholik yang masih mengental di dalam diriku. Begitu dangkalnya pengetahuanku tentang isi Alkitab, maka pertanyaan-pertanyaan orang Islam ini tak terjawab olehku. Orang Islam ini pun sedang menghadapi pergumulan pribadi tentang imannya. Sejak itu aku menghadapi pergumulan imanku. Aku membaca banyak buku tentang sejarah gereja dari berbagai sumber. Kebenaran harus aku dapatkan. Aku bertekad membuka wawasan pikiranku apa yang menjadi perbedaan antara Kristen dan Katholik. Kira-kira lima tahun kemudian aku memutuskan hijrah ke iman Kristen [1981?]. Gereja Kristen yang kali pertama aku kunjungi adalah Gereja Kristen Pasundan di kecamatan Gunung Putri, Bogor. Kemudian mengembara ke berbagai gereja Kristen sampai menjadi anggota tetap di Gereja Kristus Cibinong.

Martinus Luther adalah seorang Jerman dan dia juga seorang pastor di kotanya, di Wittenberg. Ia dipakai oleh Tuhan secara luar biasa untuk mendobrak kebobrokan dan keangkuhan Gereja Roma yang pada waktu itu sangat mendominasi hajat manusia di seluruh daratan Eropa, terutama tengah, barat, dan utara. Ia memprotes penjualan surat penghapusan siksaan api neraka [indulgensi] yang direstui oleh Gereja Roma. Penjualan surat penghapusan siksa secara besar-besaran ini menghasilkan uang yang sangat luar biasa. Rencananya uang ini akan dipakai untuk membangun Basilika Santo Petrus di Roma dan untuk membayar hutang gereja. Protesnya ini menimbulkan gelombang protes di seluruh Eropa Barat dan Tengah bukan saja terhadap kemuakan penjualan surat indulgensi, tetapi juga dibarengi oleh semangat nasionalisme Jerman yang telah bosan didikte oleh Roma. Peristiwa ini terjadi pada abad ke 16 sebagai momentum reformasi gereja secara besar-besaran. Hasil reformasi di Eropa memperlihatkan beberapa doktrin dalam iman Kristen yang sesuai dengan Alkitab, yakni :  

  • Bukan melalui tradisi gereja manusia mendapatkan keselamatan, melainkan dari kemurahan kasih karunia Allah melalui Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus [Roma iii:22]. Keselamatan diperoleh bukan karena moralitas, melainkan iman kepada Yesus Kristus.
  • Jangan membuat taurat-taurat baru pada era kasih karunia dari Tuhan, sebab Dia yang telah mati di kayu salib telah membebaskan orang percaya dari kutuk dosa dan kutuk hukum Taurat [1 Timotius iv:3 dan Roma vii:4-6]. Untuk menjadi gembala tidak mutlak harus tidak kawin. Lebih baik kawin dari pada hangus oleh hawa nafsu [1 Korintus vii:9].
  • Sesuai menurut perintah yang diucapkan oleh Yesus Kristus, hanya ada dua sakramen, bukan tujuh sakramen, yakni perjamuan kudus [Lukas xxii:19] dan baptisan [Matius xxviii:19].
  • Orang yang masih hidup tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang telah mati [Lukas xvi:31]. Santo dan santa adalah orang-orang kudus yang telah mati tidak dapat dijadikan pengantara atau pelindung.
  • Orang yang sudah mati tidak ada manfaatnya lagi untuk didoakan, sebab upahnya sudah selesai tepat pada saat nyawanya lepas dari tubuh [Pengkhotbah ix:5]. Tidak ada arwah yang harus didoakan.
  • Tuhan memberi perintah kepada orang percaya, tidak boleh ada allah lain di hadapan-Nya [Ulangan v:7]. Hanya Tuhan di dalam nama Yesus Kristus yang layak dimuliakan dan ditinggikan. Bukan manusia!!! Gereja tidak mempunyai kuasa menetapkan orang kudus untuk disejajarkan dengan TUHAN.
  • Tuhan memberi perintah kepada orang percaya, tidak boleh membuat patung menyerupai apa pun untuk disembah, sebab Dia adalah Tuhan yang cemburu [Ulangan v:8]. Bersihkan gereja dan rumah dari patung-patung orang kudus. Apakah engkau pasti diselamatkan sebab mengenakan kalung salib dari emas sebesar telapak tanganmu?

Jaman Reformasi Luther telah lama berakhir. Dua main stream Katholik dan Kristen kini berjalan dengan jalan doktrinnya masing-masing. Gereja Katholik Roma tetap tampil dengan paradigma sebelumnya, tidak ada yang berubah, kecuali tidak ada lagi penjualan surat penghapusan siksa neraka.-  

2 komentar:

  1. Shalom temans! Bagi kamu yang selalu diberkatin dan dikuatkan oleh kotbahnya Ps. Joel Osteen kini bisa langsung streaming dari google apps store, ketik aja “christian joel osteen sermon” atau klik link dibawah. Apps nya ringan dan gampang banget di akses! Semoga terberkati! Shalom!
    https://play.google.com/store/apps/details?id=com.hinenidev.JoelOsteenSermon

    BalasHapus
  2. Shalooooooom. Terima kasih banyak, teman. Tuhan memberkatimu dalam pelayananmu. E-mail saya adalah qcp05@hotmail.com.

    BalasHapus