Berbahagia.
|
Dirimu adalah Rumah Tuhan. Jagalah! |
Maka sekarang, hai anakku, TUHAN kiranya
menyertai engkau, sehingga engkau berhasil mendirikan rumah TUHAN, Allahmu,
seperti yang difirmankan-Nya mengenai engkau. Hanya, TUHAN kiranya memberikan
kepadamu akal budi dan pengertian dan membuat engkau menjadi pemegang perintah
atas Israel, supaya engkau memelihara Taurat TUHAN, Allahmu. Maka engkau akan
berhasil, jika engkau melakukan dengan setia ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum
yang diperintahkan kepada Musa untuk Israel. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,
janganlah takut dan janganlah tawar hati [i Tawarikh xxii:11-13].
Tuhan menyampaikan perkataan-Nya ini kepada
Daud dan disampaikan kepada Salomo, anaknya sebagai mandataris untuk membangun
rumah Tuhan di Yerusalem. Tuhan tidak mengizinkan rumah-Nya dibangun oleh Daud,
sebab dia adalah seorang prajurit yang telah banyak menumpahkan darah. Rumah
Tuhan adalah bangunan kudus, maka harus dibangun oleh orang yang hidupnya
kudus, tangannya belum menumpahkan darah.
Rumah Tuhan akhirnya selesai dibangun oleh
Salomo adalah tumpukan batu-batu yang pada waktu itu adalah bangunan kokoh,
indah, dan sangat megah, sebab dibangun dengan menggunakan bahan-bahan bermutu
tinggi. Antar tumpukan batu dilapisi oleh kertas emas, begitu juga dengan
seluruh dindingnya dilapisi oleh emas. Pintu-pintu kayu dilapisi dengan kertas
emas dan handel pintu dilapisi dengan emas. Hiasan tempat ibadah ini di
beberapa tempat menggunakan batu permata. Emas, emas, emas, emas, hampir di
semua bagian Rumah Tuhan ini menggunakan emas, hanya mezbah tempat korban
bakaran dan kolam pembasuhan kaki para imam yang terbuat dari bahan tembaga. Bagian
plafon-plafonnya menggunakan kayu aras, sedangkan lantainya menggunakan kayu
sanobar dan cendana. Kayu aras, sanobar, dan adalah jenis kayu berkualitas
tinggi didatangkan dari Lebanon. Mungkin dulu Lebanon adalah satu negeri yang
luas dan berhutan lebat aras dan sanobar. Kemudian satu demi satu pohon aras
dan sanobar ditebangi tanpa reboisasi [penghutanan kembali], maka yang terjadi
ratusan tahun kemudian, negeri ini menjadi gurun pasir.
Mengapa bangsa Israel membutuhkan rumah
Tuhan? Lingkungan sosial keagamaan bangsa Israel pada waktu itu masih
dikelilingi oleh bangsa kafir. Bangsa kafir memiliki rumah pemujaan [kuil] dan orang-orang
kafir seperti orang Filistin, Mesir, Moab, Amori, Edom, dan seterusnya sangat
meyakini di dalam kuil mereka, di situlah dewa atau dewi sesembahan mereka
berada. Mind set bangsa Isarel yang namanya rumah adalah sesuatu yang nyata,
yakni suatu tempat yang mempunyai empat dinding, atap, pintu depan dan
belakang, dan beberapa jendela sesuai dengan kebutuhan. Bangsa Israel
mendambakan rumah seperti ini tempat Tuhan berada. Untuk bangunan yang disebut Rumah
Tuhan harus besar dan megah, bahkan lebih besar dari kuil bangsa kafir, sebab
Tuhan adalah Tuhan Mahabesar.
Orang Israel begitu bangga dan kagumnya atas
kemegahan bangunan ini, sebaliknya atas kekaguman bangsa-Nya atas bangunan Rumah
Tuhan ini, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, bahwa akan ada saatnya semua
batu-batu yang tersusun ini diruntuhkan. Yesus dalam satu percakapan dengan
perempuan Samaria, berkata kepada perempuan ini, bahwa akan ada saatnya
penyembah benar akan menyembah Tuhan tidak perlu datang ke gunung Gerizim atau
ke Yerusalem, melainkan menyembah Tuhan dengan roh dan kebenaran. Gunung
Gerizim dan Yerusalem adalah kiblat bagi orang Samaria dan orang Yahudi dalam
beribadah. Yesus ingin membangun Rumah Tuhan yang baru, sebab tata ibadah di
dalam rumah ibadah di Yerusalem ini dengan segala bentuk upacara dan
korban-korban sembelihan hewan tidak membawa manusia menuju kekekalan. Untuk membangun
Rumah Tuhan yang baru berarti membangun dimensi ibadah baru yang membawa
manusia menuju kekekalan, maka yang lama harus dirobohkan dahulu. Walaupun
namanya Rumah Tuhan dan dibangun dengan restu dari-Nya, semua yang ada di bawah
langit tidak ada yang abadi. Ketika detik-detik penghancuran Rumah Tuhan ini
benar terjadi di hadapan mata mereka, maka peristiwa ini sungguh dramatis,
sebab mereka tidak memiliki kiblat lagi untuk beribadah. Rumah Tuhan ini
diratakan oleh Jenderal Titus pada 70 M. Rata serata tanah. Kiblat adalah model
beribadah menurut agama bangsa kafir. Yesus datang ke dunia untuk menghapuskan
model beribadah yang tidak relevan lagi untuk menuju kekekalan. Tidak perlu ada
kiblat, sebab yang menjadi kiblat adalah tubuh orang percaya sendiri. Tubuh orang
percaya adalah Rumah Tuhan dan Roh Tuhan tinggal bersama orang percaya di dalam
Kristus [i Korintus iii:16].
Bagaimana
membangun Rumah Tuhan di dalam dirimu? Beriman kepada Yesus Kristus [fondasi
utama]. Rasul Paulus menggunakan perumpamaan bahan bangunan bermutu tinggi dimulai
dari : emas, perak, batu permata, kayu, dan jerami yang akan digunakan untuk
mendirikan bangunan di atas dasar Kristus. Jerami hanya dipakai di rumah orang
miskin sebagai atap rumah, berkualitas sangat rendah, sebab sangat mudah
terbakar. Di beberapa bagian rumah Tuhan di Yerusalem dibuat dari kayu aras dan
sanobar. Tapi sebagus-bagusnya aras dan sanobar, dia tetap kayu setingkat di
atas jerami, maka bahan ini tergolong mudah terbakar oleh api. Emas semakin
dibakar di tempat peleburan emas, maka kilauan kuningnya semakin bercahaya.
Semua material logam pasti beroksidasi jika bersentuhan dengan oksigen di udara
terbuka. Misalnya, besi dapat berkarat di udara terbuka dalam waktu satu minggu
saja, sebaliknya emas mungkin membutuhkan waktu yang sangat lama sekali,
mungkin dua puluh tahun kemudian. Dalam keadaan telah teroksidasi pun emas masih
tampak kilauan kuningnya. Firman Tuhan itu nilainya lebih mahal tak terkira
dibandingkan dengan emas yang paling tua sekalipun, maka jagalah firman itu
tetap ada di dalam lubuk hatimu terdalam. Tidak tercampur dengan
dongeng-dongeng nenek moyang. Tidak ada allah-allah lain di hadapan-Nya. Hanya
firman Tuhan saja di dalam hidupmu. Jika hatimu terbuka untuk dikuduskan oleh
Roh, Dia hadir di dalam dirimu. Hadirat Roh Kudus di dalam dirimu menjadikan dirimu
Rumah Tuhan, maka orang yang mengajarkan ajaran sesat berarti mengotori Rumah
Tuhan.
Memelihara
firman Tuhan.
Engkau telah mendengar firman Tuhan setiap hari, tetapi engkau juga harus
memiliki akal budi dan pengertian supaya memiliki pemahaman yang benar atas
semua titah Tuhan dengan demikian engkau menghormati firman Tuhan. Siapa saja
tidak mau mendengarkan firman Tuhan, maka akhir hidupnya menuju maut. Yesus
berkata, bahwa yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Tuhan dan
yang memeliharanya [Lukas vi:11]. Paling sedikit engkau mendengarkan firman
Tuhan setiap minggu pada hari kebaktian Minggu di dalam gedung gereja, setelah
itu mungkin mengikuti kebaktian keluarga seminggu dua kali. Hanya mendengarkan
saja? Tidak cukup, tetapi juga harus disertai memelihara firman Tuhan. Bagaimana
memelihara firman Tuhan? Firman Tuhan harus menjadi tanda di tanganmu dan di
dahimu [Ulangan vi:11]. Apa saja yang engkau lakukan dengan kedua tanganmu
seharusnya menjadi refleksi firman Tuhan yang telah engkau baca dan dengar
sehingga Tuhan dimuliakan di bumi dan di Sorga. Dan, seharusnya firman Tuhan
tertanam di dalam pikiranmu sehingga setiap keinginan yang ada di dalam
pikiranmu selalu ada sinkronisasi dengan firman Tuhan. Firman Tuhan ditulis
oleh Roh di dalam hatimu [ Amsal iii:3 dan ii Korintus iii:3].
Engkau akan
berhasil bersama Tuhan. Menjaga kelakuan supaya tidak bercela : tidak berjalan
menurut nasihat orang fasik, tidak berdiri di jalan orang berdosa, tidak suka
membuat gossip, kesukaannya membaca firman Tuhan, dan merenungkan firman Tuhan
siang dan malam [Mazmur i:1-2]. Orang fasik adalah siapa saja yang cara
hidupnya banyak memikirkan keduniawian. Orang fasik tidak mempercayai kehidupan
setelah dipanggil oleh Tuhan. Orang tua mewakili Tuhan di bumi, maka dengarkan
dan taatilah nasihat orang tuamu di dalam Kristus [Efesus vi:1-3]. Jacky Chan adalah
seorang pemuda berasal dari Hong Kong yang telah berhasil menekuni karirnya
sebagai aktor laga klas dunia. Ayahnya memberi nasihat bagi putranya :
- Jangan terlibat obat-obatan terlarang
[drugs].
- Jangan terlibat urusan gang.
- Jangan terlibat judi.
Ketiga perkara ini mewarnai kehidupan orang
fasik, maka jauhilah selagi ada kesempatan menjauhi. Issue sentral dunia,
khususnya di Indonesia adalah penggunaan salah guna terhadap obat-obatan
psikotropika, biasa disebut narkoba. Saat ini Indonesia sedang menghadapi
darurat siaga terhadap penyebaran narkoba ini. Narkoba jelas merusak seluruh
sistem saraf tubuh sehingga pengguna menjadi ketagihan. Jadi, bagi siapa saja
orang percaya tidak layak mengonsumsi narkoba, sebab effeknya merusak Rumah
Tuhan yang engkau bangun di dalam dirimu. Orang berhasil dalam hidupnya bukan
karena dia memiliki banyak harta dunia yang dapat musnah dalam sekejapan mata,
melainkan orang yang taat menyembah kepada Tuhan, berjalan lurus tidak berbelok
ke kiri atau ke kanan. Orang yang disebut berhasil adalah orang yang hidupnya
mengandalkan Tuhan saja, apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Engkau tidak sendirian saja dalam membangun
dirimu sebagai Rumah Tuhan, melainkan bersama Yesus yang memberi kekuatan bagi
roh-mu tetap bersemangat dan tidak tawar hati. Iblis bersama pengikut-pengikutnya,
yakni orang-orang fasik setiap ada kesempatan selalu berusaha untuk
menggagalkan usahamu untuk membangun Rumah Tuhan di dalam dirimu, sebab dulu
engkau adalah bagian dari mereka sebelum bertobat. Iblis selalu begitu lihay
menawarkan kepadamu melalui berbagai godaan dunia yang dulu pernah engkau
sukai. Terutama yang paling sering menggagalkan membangun Rumah Tuhan adalah
godaan singkapan paha mulus perempuan. Banyak orang percaya sudah jatuh. Jangan
sampai terjadi yang berikut pada dirimu. Waspadalah!!!.
Simpulan : Engkau
berhasil membangun dirimu sebagai Rumah Tuhan, maka engkau telah menghadirkan
Tuhan di tempat engkau berpijak dan Tuhan melalui engkau menyatakan kuasa-Nya
di dalam dunia yang penuh dosa ini. Engkau milik Kristus, Kristus adalah milik
Bapa di Sorga, artinya engkau adalah milik Bapa . Barangsiapa sudah menjadi
milik Bapa di dalam Kristus, maka dia selalu dalam pemeliharaan Bapa.-
To be continued ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar