Jangan ada dusta di antara kita. Yang penting happy. |
Selasa, 19 November 2013
7 Kriteria Manusia Yang Mengalami Pembaruan Kepribadian
Tidak bicara dusta. Dimana-mana engkau menjumpai banyak
orang berbicara dusta, bahkan kalau Anda mau jujur, engkau sendiri pernah berkata
dusta. Aku sendiri pernah berdusta kepada isteriku. Siapa orang yang mengajari engkau berkata dusta? Saya percaya saja, bahwa
orang tua tidak pernah mengajarkan engkau untuk berkata dusta. Tapi mengapa engkau
pernah berkata dusta kepada orang lain? Orang berdusta karena berusaha mengelak
tanggung jawab dari kesalahan yang diperbuatnya. Koruptor kelas Hambalang atau
kelas Century pasti menyimpan banyak kebohongan dibandingkan pencuri kambing. Ada juga orang berdusta
demi gengsinya. Misalnya, pulang ke kampung ketika
Lebaran atau Natalan dengan membawa banyak oleh-oleh supaya disangka sukses di Jakarta , padahal semua
oleh-oleh itu diperoleh dengan hutang dari tetangganya. Orang yang tidak jujur memberikan 1001 alasan
untuk menutupi perbuatannya yang tercela. Orang yang hidupnya penuh dusta tidak panjang
usianya, karena semakin banyak enzyme di dalam tubuhnya terkuras untuk mengubah nutrisi menjadi
energi yang dibutuhkan oleh otak untuk berpikir. Semua pendusta otaknya bekerja keras
menciptakan dusta baru. Memang kreatif, tetapi kreatifitas tercela. Energi pikirannya terkuras banyak untuk mengimbangi
beban psikologisnya yang semakin berat. Orang yang berbeban psikologis sangat berat,
maka wajahnya akan tampak lebih tua dibandingkan dengan orang yang hidupnya bebas tanpa kebohongan. Koruptor adalah seorang pendusta hidupnya pasti tidak
tenang, karena hidupnya dikejar oleh satu realitas yang dia sendiri sebetulnya
tahu, bahwa Tuhan Maha Tahu. Namun, godaan dunia itu terlalu kuat menggoyahkan
iman. Engkau yang telah menginsyafi realitas ini,
bahwa Tuhan Maha Tahu, seharusnya menjauhi berbicara dusta, sebab di hadapan
Tuhan tidak ada yang tersembunyi di hatimu. Orang jujur jiwanya tenteram dan
hatinya damai.
Tidak berkeinginan
mencuri. Dalam hal
ini, artinya dulu suka mencuri, sekarang tidak mau mencuri lagi. Ada orang mencuri karena
penyakit yang biasa disebut kleptomania. Ada
orang mencuri karena terpaksa memenuhi kebutuhan hidup. Ada orang mencuri karena ingin menumpuk
kekayaan. Untuk ketiga alasan mengapa orang mencuri, hukum pidana negara mana
pun melarang orang untuk mencuri. Apakah seorang pencuri tidak akan
dihina, apabila dia mencuri untuk memuaskan nafsunya karena lapar? Orang yang
hidup dalam kemiskinan tergoda untuk mencuri, dan barangsiapa mencuri sudah
mempermalukan orang tua yang membesarkannya. Perbuatan yang disebut mencuri tidak sebatas, orang mengendap-endap masuk ke halaman rumah tetangga untuk mencuri ternak, menyelinap ke dalam rumah tetangga untuk mencuri uang yang ada di dalam lemari, mengambil sandal jepit milik orang lain di rumah ibadah, atau mengambil sesuatu yang bukan haknya di kantor dana pensiun. Pejabat tinggi negara yang menilap uang untuk pembiayaan pembangunan jembatan tergolong perbuatan mencuri, tetapi untuk orang seperti ini perbuatannya biasa disebut korupsi, pelakunya disebut koruptor. Pada dekade 70 ketika pengerasan jalan diperkenalkan pertama kali dengan cara hotmix, campuran pasir, batu koral, dan aspal masih memiliki ketebalan kira-kira hampir 3 inchi. Itu cerita dulu. Sekarang, 40 tahun kemudian ketebalan hotmix ini hanya mencapai 1 inchi. Kemana yang 2 inchi lainnya? Ada tetanggaku seorang pegawai negeri di sektor pendidikan golongan IV A, ketika pensiun tidak mempunyai apa-apa. Ia adalah pengajar yang selalu menolak keras menerima uang suap untuk menaikkan nilai ujian semester. Suap atau gratifikasi tergolong tindakan kejahatan. Cobalah engkau pikir, untuk apa seorang mahasiswa mencontek ketika mengikuti ujian semester? Tujuannya untuk mendapatkan nilai lebih tinggi dengan cara tindakan yang tidak etis, yakni mencontek. Jadi, jika engkau menerima gratifikasi, artinya engkau sudah membantu orang mencuri. Dan, engkau tergolong pencuri. Perintah Tuhan : Jangan mencuri!
Namun, engkau menjadi manusia terkutuk di dunia jika tidak mentaati
perintah-Nya, yakni engkau akan menjadi kedahsyatan, kiasan, dan sindiran di
antara segala bangsa, ke mana Tuhan akan menyingkirkan engkau. Engkau pasti
akan tersingkir dari pergaulan, bahkan atas kehendakmu sendiri engkau
meninggalkan kampung halamanmu, jika engkau kedapatan mempunyai kebiasaan
mencuri atau yang lebih berat lagi, yaitu korupsi uang negara. Bertobatlah
selagi ada kesempatan untuk bertobat, karena Tuhan panjang sabar.
Tidak mengucapan
perkataan yang sia-sia. Perkataan yang sia-sia adalah semua kata-kata
yang tidak patut diucapkan, apalagi untuk diingat. Lalu, seperti apa contohnya
perkataan sia-sia itu? Ah, untuk menuliskannya saja tak layak. Setiap perkataan
yang engkau ucapkan mempunyai kuasa untuk jadi menurut imanmu. Bukan yang masuk
ke dalam mulutmu yang menajiskan engkau, melainkan yang keluar dari mulutmu
yang menajiskan engkau, yakni perkataan sia-sia. Perkataan yang sia-sia itu keluar
dari perbendaharaan hati yang busuk dapat merusak pergaulan, seperti gossip, fitnah, senda gurau cabul, kata-kata makian, sumpah serapah, kutukan, sesumbar, dan meremehkan, sebaliknya dari perbendaharaan hati yang sama engkau dapat
menyampaikan berkat melalui kata-kata yang membangun. Beberapa contoh perkataan sia-sia : "Aku dengar si Ruhut Poltak itu ternyata pacaran dengan Ernie Malik." [gossip], "Dasar anak bandel sialan kau!" [kutukan], "Bangsat, kau orang tak tahu diri!" [makian]. Engkau juga seharusnya menjauhi
senda gurau yang diselingi kata-kata cabul, walaupun kata-kata cabul itu
tersamar. Orang yang mempunyai pendidikan dan tata krama dapat dilihat dari
caranya bertutur kata, yakni bicaranya pelan dan terstruktur. Orang bebal pun
jika diam tanpa kata, dia akan disangka orang berhikmat, begitu kata Salomo
penulis amsal. Siap sedia memberi kata-kata
hikmat kepada orang yang datang meminta nasehat darimu. Seringlah engkau
katakan kepada musuhmu sekalipun, tetapi terutama kepada teman-teman dan
saudaramu, kiranya kasih karunia Tuhan dan damai sejahtera ada bersamamu. Jagalah
isi hatimu dengan ingatan-ingatan yang baik melalui pergaulan yang baik dan
membaca buku-buku yang membangun semangatmu tetap menyala-nyala, sehingga
hidupmu menjadi pelita bagi sesamamu dan engkau disukai oleh banyak orang dalam
pergaulan.
Tidak memadamkan
semangat berbuat kebaikan. Sudah menjadi kewajiban orang tua memberi
didikan kepada anak-anaknya supaya memiliki perilaku normal yang diterima oleh
masyarakat setempat. Seorang anak harus dididik dari sejak dini supaya sampai
pada hari tuanya selalu ingat dengan nasehat orang tua sehingga tetap berbuat
kebaikan terhadap sesama. Seorang anak yang menikmati lingkungan keluarga yang
kaya dengan kasih, maka dia akan tumbuh menjadi pribadi dewasa yang toleran dan
hangat terhadap lingkungan di mana dia menetap. Orang tua yang mendidik
anak-anaknya adalah orang tua yang memberi tongkat atau teguran pada waktu yang
tepat, sebaliknya orang tua yang selalu membenarkan kesalahan anak-anaknya adalah
orang tua yang tidak mengasihi anak-anak mereka. Anak-anak harus taat kepada
orang tua di dalam kebenaran dan orang tua jangan menyakiti hati anak-anak,
supaya jangan tawar hati mereka [Kolose
iii:20-21]. Namun, betapa sedih hati orang tua, apabila pada satu hari
terdengar berita bahwa anaknya melakukan perbuatan tercela. Orang tua mana pun berkeinginan
anaknya menjadi orang yang berguna untuk masyarakat sebagai bakti seorang anak
kepada orang tua yang telah membesarkannya.
Tidak menyimpan
kekecewaan. Setiap
orang pasti pernah mengalami kekecewaan, tetapi janganlah perasaan ini disimpan
sampai berlarut-larut, sehingga menjadi bayang-bayang masa lalu yang selalu
mengganggu pikiran. Kekecewaan selalu membangkitan kemarahan dan kegeraman. Perasaan
ini jelas mengurangi kebahagiaan bagi siapa saja yang sedang mengalami. Kekecewaan
yang yang disimpan berlarut-larut biasa juga disebut sebagai akar kepahitan.
Banyak sumber kekecewaan dapat digali sebagai alasan akar kepahitan seseorang,
misalnya kehilangan perempuan ditinggal pacar atau isteri, orang tua yang
sangat possessive terhadap anak, kehilangan kesempatan promosi jabatan, dan
seterusnya. Akar kepahitan itu intinya adalah kehilangan. Seluruh perasaan ini
sangat menguras energi, sehingga tidak ada tempat di dalam pikiranmu untuk
menggali potensi yang ada untuk maju. Hampir semua orang sukses pernah
mengalami akar kepahitan dalam hidup yang pernah dilewati oleh mereka. Dengan
kemauan yang keras untuk maju engkau harus membebaskan diri dari akar kepahitan
dengan cara yang benar. Seperti apa cara yang benar itu? Mengapa engkau
ditinggal pacar? Karena ketekmu bau tengik. Dengan alasan seperti ini, pelihara
ketekmu supaya tidak menimbulkan bau tengik lagi, kemudian buka lembaran baru
dengan gadis lain, dengan harapan jangan terulang lagi oleh sebab yang sama.
Tidak menyimpan
dendam. Orang yang menyimpan dendam mempunyai keinginan
supaya orang lain yang membuat dirinya menderita juga akan merasakan
penderitaan yang sama seperti yang dialaminya. Hanya itulah yang ada di dalam
pikirannya selama bertahun-tahun, maka tidaklah mengherankan bagi seorang
pendendam, seluruh kavling hatinya hanya berisi balas dendam. Orang yang
hidupnya dengan pikiran positif dan berjiwa besar, maka kavling hatinya itu
terdiri dari kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlebutan, dan penguasaan diri. Beda dengan hati yang penuh dendam,
pikirannya hanya dipenuhi upaya membalas dengan rancangan kejahatan. Jika tidak
mempunyai kemampuan membalas dendam, yang dapat dilakukannya hanya berdiam diri
saja, tetapi jiwanya tersiksa. Dendam adalah energi negative, sedangkan kasih
adalah energi positif. Selama pikiran masih terisi dengan energi negatif, maka
kebahagiaan terasa jauh dari hidupnya, karena pikiran negative itu menghasilkan
buangan metabolisme negative yang merugikan tubuh, yakni radikal bebas. Radikal
bebas yang semakin menumpuk di dalam tubuh dan tak segera dibuang, maka akan
menimbulkan berbagai komplikasi penyakit, antara lain seperti kanker hati,
kanker tulang, tukak lambung, hipertensi, diabetis mellitus, dan lain-lain. Bahagia
itu sederhana, yakni menikmati hidup dengan tubuh sehat dan jiwa yang tenteram.
Mari belajar memaafkan musuh-musuh kejam dan licik dari pengalaman hidup Yusuf
anak Yakub yang dijual oleh saudara-saudaranya kepada pedagang budak dan
menjadi budak di Mesir. Yusuf memaafkan saudara-saudaranya! [Kejadian xl:19-21].-
Lokasi:
Bekasi, Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar