Forever and unforgetable. |
Rabu, 16 Oktober 2013
Be Enough With One Woman in Your Marriage
Ribuan
tahun yang lalu kehidupan adalah mutlak milik kaum laki-laki, sedangankan kaum
perempuan lebih banyak dimarjinalkan, bahkan bagi sebagian besar orang Jawa
sampai akhir abad ke 19 perempuan dipandang sebagai konco wingking. Wingking
artinya belakang, tak perlu tahu urusan suami. Di banyak tempat di Timur Tengah
pada masa yang sering disebut jaman keberutalan, sungguh malang sekali jika seorang bayi dilahirkan
dengan kelamin perempuan, karena bayi ini pasti dikuburkan dalam keadaan hidup
atas perintah ayahnya. Keberadaan anak laki-laki dipandang sebagai cahaya
kebahagiaan dan sumber keberuntungan dibandingkan dengan anak perempuan, karena
anak laki-laki membawa nama keturunan. Banyak keluarga sulit mendapatkan anak,
masa penantian ada yang mencapai puluhan tahun usia perkawinan, bahkan tidak
sedikit yang tidak mempunyai sama sekali. Jika satu keluarga tidak mempunyai
anak, apalagi suami adalah seorang raja atau kepala suku, sekali lagi perempuan
adalah pihak yang harus disalahkan, suami dapat menjadikan masalah ini sebagai
alasan untuk kawin dengan perempuan lain. Setiap pergantian jaman walaupun ada
sedikit kemajuan kebudayaan, tetap saja kaum perempuan terpinggirkan.
Di
Palestina seorang perempuan tidak boleh menjadi saksi satu perkara, walaupun
dia jelas melihat peristiwa satu kejahatan. Seorang rabbi tidak akan pernah
mengajarkan hukum kepada anak perempuannya, karena hal ini dipandang sebagai
tindakan tidak pantas. Perempuan sudah seharusnya hanya menjadi kaum pendengar
saja, yakni menuruti perintah suami tanpa membantah. Perempuan tidak perlu
mendapatkan perhatian atau imbalan atas kesetiaan yang dia persembahkan kepada
suaminya. Kaum laki-laki telah lupa sama sekali, bahwa Tuhan pada mulanya
menciptakan seorang perempuan [bukan dua orang] sebagai pendamping yang
sepandan bagi laki-laki. Di masa itu seorang suami melindungi istrinya bukan karena
dilandasi rasa kasih, melainkan dilandasi untuk mempertahankan hak milik,
perempuan, yakni istri hanya dipandang seperti barang.
Di belahan
bumi lain seperti di Roma dan Yunani, mereka memang mendapat kebebasan lebih
banyak dibandingkan dengan perempuan di Palestina. Kebebasan perempuan Roma
dapat dilihat dengan cara mereka berpakaian yang lebih erotis dan kebebasan
bicara dibandingkan dengan perempuan di tempat lain. Kebebasan ini berkembang
terus ke generasi berikut dan menjalar ke seluruh Eropa bekas jajahan Imperium
Romawi. Tapi tetapi saja mereka didominasi oleh kaum laki-laki.
Yesus Orang
Nazaret adalah Anak Manusia yang menaruh banyak perhatian terhadap kaum
perempuan. Baik Matius, Markus, Lukas [dan KIsah Para Rasul], maupun Yohanes
menulis banyak peristiwa kehidupan Yesus yang melibatkan peranan perempuan.
Yesus memang senang diundang menghadiri pesta dan Dia juga senang berkumpul
bersama anak-anak yang pasti selalu ditemani oleh masing-masing ibu dari
mereka. Pada satu hari dikisahkan, Yesus menghadiri pesta yang sangat meriah
sekali. Tentu saja meriah sebab di pesta itu hadir seorang perempuan cantik
berambut panjang, yakni Maria Magdalena. Perempuan ini meminyaki kaki Yesus
dengan setengah kati minyak narwastu murni yang sangat mahal kemudian
menyekanya dengan rambutnya yang panjang. Mudah diduga, pesta yang dihadiri
oleh banyak orang Parisi dan rabbi menimbulkan kehebohan luar biasa bagi mereka
yang menyaksikan pemandangan yang tidak biasa ini.
Pada satu
hari Yesus sedang bicara tentang ibadat dan hikmat yang benar dengan seorang
perempuan Samaria
di pinggir bibir sumur. Pada umumnya orang Yahudi tidak mau berinisiatif bicara
dengan orang Samaria
yang mereka pandang sebagai kasta rendahan. Ratusan tahun sebelum kelahiran
Kristus, bangsa Assiria pernah menyerbu Palestina [sebelumnya bernama Kanaan];
bangsa ini kemudian memasukkan bangsa lain dari daerah jajahan lain ke Samaria sehingga
percampuran sebagian ras tidak terhindarkan lagi. Dengan peristiwa percakapan
antara Yesus dengan perempuan Samaria
ini, Yesus memberi teladan menerobos sekat penghalang dalam memberitakan Kabar
Baik dari Tuhan kepada semua orang. Terbukti perempuan Samaria ini kemudian bercerita kepada
kaumnya, bahwa dia telah bertemu dengan Tuhan. Terhadap perempuan ini juga
Yesus berkata, bahwa apabila tiba saatnya, orang percaya menyembah Allah bukan
di gunung ini atau berkiblat ke Yerusalem melainkan harus dilakukan dalam roh
dan kebenaran; karena Allah itu adalah Roh, maka barangsiapa menyembah-Nya, dia
harus menyembah dalam roh dan kebenaran. Lebih lanjut, Yesus lebih berkata kepada perempuan ini, bahwa sekarang memang sudah tiba saatnya ketika dia telah
bertemu dengan Juru Selamat [Yohanes ps 4].
Pada satu
siang berbondong-bondonglah banyak orang yang terdiri dari anak muda usia
sampai usia dewasa bahkan tua sekali dan semua laki-laki. Mereka menyeret
seorang perempuan muda yang kedapatan berzinah dengan seorang laki-laki ke
hadapan Yesus yang sedang berjongkok di tanah. Yesus seperti orang yang tidak
perduli dengan keadaan sekeliling ketika mereka datang kepada-Nya. Ia sedang
asyik seperti seorang anak menulis di pasir. Di antara mereka adalah orang Parisi
dan rabbi yang selalu berperkara dengan Yesus merasa mempunyai amunisi untuk
menjatuhkan-Nya. Seorang dari mereka bertanya kepada Yesus, mau diapakan
perempuan yang telah berzinah ini. Mereka sebetulnya tahu, bahwa menurut Taurat
Musa perempuan seperti ini harus dirajam sampai mati. Orang yang bertanya tadi
bukan karena ingin mendapatkan pemahaman yang benar, melainkan berusaha untuk
menjatuhkan-Nya. Dalam peristiwa ini bukan berarti Tuhan memberi kelonggaran kepada
manusia terhadap dosa, melainkan Dia memberi kesempatan kedua kepada orang
berdosa untuk memperbaiki diri [Yohanes ps 8].
Tirus
adalah kota di
pesisir utara yang dihuni oleh banyak orang yang belum mengenal Tuhan. Banyak
di antara mereka adalah orang Yunani dan peranakan mereka, tetapi orang lokal
juga ada seperti Kanaan dan Filistin. Di daerah ini bahasa sehari-hari yang
digunakan adalah bahasa Yunani. Ke kota ini Yesus pernah
singgah. Pada satu ketika seorang perempuan peranakan Yunani menghadap Yesus
yang sedang duduk beristirahat. Ia datang dengan menyembah di kaki Yesus dan
memohon dengan penuh pengharapan, bahwa anak perempuannya dirasuk setan dan
sangat menderita supaya Yesus mau menyembuhkan anaknya. Tidak mudah begitu saja
mendapatkan apa yang engkau harapkan. Adakah orang berdoa kepada Tuhan dengan
tangan berada di pinggang? Pada umumnya seorang ibu rela menanggalkan rasa malu
untuk mendapatkan yang dia sangat harapkan demi anaknya yang sedang sakit. Walaupun
perempuan ini tergolong orang yang belum bertobat dari masa lalunya, dia
mendapatkan anak perempuannya bebas dari kerasukan setan, sebab besar keyakinan
ibu ini terhadap kuasa Tuhan atas anak perempuannya yang sedang sakit. Realitas
Injil menunjukkan, bahwa seseorang beriman terhadap kuasa Kristus bukan karena
keturunan, melainkan karena mempercayai ajaran kasih karunia [Markus ps 7].
Ketika
Yesus mati di kayu salib ada banyak perempuan tak jauh dari tempat eksekusi. Di
antara mereka adalah Maria Magdalena, Maria ibunya Yakobus, sedangkan banyak
murid Yesus tidak tampak di sekeliling tempat penyaliban. Sesuai seperti yang
pernah diucapkan sendiri oleh Yesus, bahwa Dia pada hari ketiga akan bangkit
dari antara orang mati, Maria Magdalena adalah perempuan kepadanya Yesus
memperlihatkan diri-Nya sebelum murid-murid yang lain melihat-Nya. Maria
Magdalena memberi kesaksian kepada murid-murid yang lain, bahwa dia telah
melihat sendiri, Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Yohanes sendiri
yang mencatat pengalaman pribadi Magdalena
terhadap peristiwa ini dua ribu tahun yang lalu. Dan, Yohanes adalah satu di
antara murid-murid yang paling dekat dengan Yesus.
Berbagai
peristiwa berkaitan dengan perempuan telah tertulis di dalam Alkitab menunjukkan,
bahwa Yesus telah mengangkat martabat perempuan yang sebelumnya dipandang
sebelah mata oleh kaum pria. Ribuan tahun yang lalu pun banyak orang Yahudi
yang menganut pola hidup polygamy, tetapi pada zaman Yesus masih ada di dunia
cara hidup seperti itu tak ada tercatat dalam kesaksian Injil. Hal ini
menunjukkan, bahwa baik Taurat Musa apalagi ajaran kasih Yesus memang tidak
mengajarkan hidup berpolygami. Polygami adalah satu sikap hidup yang
merendahkan martabat perempuan karena perempuan hanya dipandang sebagai benda
yang dapat dibandingkan antara satu dengan yang lain. Kecenderungan manusia
[baca : kaum pria] lebih condong melihat rupa dari pada hati, maka hanya kepada
yang muda dan cantik saja perhatian itu tertumpah. Manusia telah jatuh ke dalam
dosa, orang berdosa pikirannya selalu serong, maka selamanya manusia tidak akan
pernah berbuat adil. Bagi semua orang yang telah menerima kasih karunia
keselamatan dari Tuhan, maka cukuplah hanya dengan satu istri saja. Yang
penting ciptakan setiap hari lagu baru, so you will never be boring.-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar