Roti enak langsung dari oven. |
Minggu, 22 September 2013
Tuhan Pemberi Nyawa Makhluk Hidup
Karena nyawa makhluk ada di dalam
darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas altar untuk
mengadakan pendamaian bagi dirimu, karena darah mengadakan pendamaian dengan
perantaraan nyawa [Imamat xvii:11].
Beberapa
bulan yang lalu ada satu seminar yang pernah diselenggarakan oleh satu gereja
di Bekasi. Seminar membicarakan tentang keadaan orang percaya setelah mati dan
pembicara datang dari Basel ,
Swiss. Ada
seorang peserta seminar bertanya, begaimana dengan nya.wa orang percaya setelah
mati. Pertanyaan tidak berkelanjutan, mungkin karena keterbatasan bahasa atau
penterjemah tidak mampu untuk menterjemahkan kata “nya.wa” Apa itu nya.wa? Jika
engkau penggemar membaca serial komik silat karangan Ganes Th, banyak sebutan
yang menggunakan kata nya.wa. Misalnya, Golok Mata Malaikat Pencabut Nya.wa,
Golok Samber Nya.wa, Malaikat Samber Nya.wa, dan seterusnya. Ada banyak orang mengatakan, bahwa kucing itu
mempunyai nyawa sembilan lapis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nya.wa
artinya adalah pemberi hidup kepada manusia atau makhluk hidup lainnya. Nya.wa
dapat juga berarti roh, jiwa, dan semangat. Arti yang ketiga adalah hidup atau
kehidupan. Kalimat yang menggunakan kata nya.wa memiliki arti berbeda satu sama
lain tergantung bagaimana konteksnya. Misalnya : [1] Nyawanya sudah melayang
sebab kehabisan darah, artinya darah yang membuat manusia tetap hidup. [2]
Nyawa sudah terpisah dari raganya sebab takdirnya hanya sampai di situ. [3]
Jualan serabi adalah nyawa satu-satunya bagi keluarga bibi Minah, artinya yang
memberi kehidupan secara ekonomi.
Kehidupan
dimulai dari Allah pencipta semesta alam, Allah itu adalah Firman, dan Firman
itu menyatakan, bahwa manusia berasal dari debu yang kemudian dihembuskan roh
dari nafas Allah sehingga manusia bernyawa. Nyawa manusia ada di dalam
darahnya. Darah adalah satu kefanaan, yakni eksistensi manusia ketika masih
hidup di dunia. Semua yang tampak oleh mata adalah kefanaan. Manusia terdiri
dari substansi fana, yaitu tubuh yang terdiri darah dan daging yang semua dapat
hancur kembali menjadi debu; dan substansi baka, yaitu roh dan jiwa, tidak
dapat hancur melainkan roh kembali kepada Allah sebagai pemilik kehidupan.
Nya.wa baru berfungsi sebagai pemberi kehidupan manusia ketika roh manusia ada
masih menyatu dengan tubuhnya. Dapat saja seseorang secara biologis tampak
sehat setelah general check-up dinyatakan sehat oleh dokter, tetapi pada malam
harinya ketika sedang tidur Malaikat Tuhan mengambil roh orang ini. Lepaslah
nyawa dari tubuh kemudian dokter menyatakan mati karena serangan jantung. Satu
cara mudah memberikan alasan hubungan sebab akibat mati. Hubungan antara nya.wa
dan darah dapat dibandingkan seperti hubungan antara jiwa dan prilaku. Engkau
dapat dinyatakan berjiwa sehat, jika engkau mampu mengendalikan pikiranmu
karena prilaku adalah refleski pikiran yang terkendali. Engkau dapat dinyatakan
masih bernyawa, jika darah masih mengalir lancar di dalam pembuluh darahmu,
sedangkan keberadaan roh adalah refleksi bahwa Tuhan masih mengizinkan engkau
masih hidup karena tubuh [daging] dan darah tanpa roh adalah mati [Yakobus ii:26]. Jadi, bicara tentang
nya.wa adalah bicara tentang eksistensi manusia di dunia, sebaliknya roh dan jiwa adalah
bicara tentang eskatologis karena roh dan jiwa tidak dapat mati.
Darah
adalah cermin kesehatan manusia dan pada umumnya makhluk hidup, maka kematian
jasmani dimulai dari darah, misalnya : debit darah makin berkurang, kekurangan
oksigen, keracunan, makin kental, kerusakan permanent, kehabisan darah karena
luka sangat parah, dan seterusnya. Semua orang pasti tahu hal ini, potonglah
urat nadi di leher ayam, sapi atau domba sampai putus, biarkan darahnya
tercurah sampai habis, maka matilah semua binatang yang telah aku sebutkan ini.
Keadaan orang berdosa adalah seperti orang kehabisan darah karena mengalami luka
sangat parah, akhirnya mati tak bernyawa. Korban penghapusan dosa berupa sapi
atau domba jantan tak bercacat dan berpenyakitan. Darah sapi atau domba yang
tercurah ke bumi adalah metafora pengganti kematian nyawa orang yang berdosa
supaya tetap hidup di hadapan Tuhan. Darah [nyawa] orang berdosa mengadakan
pendamaian dengan Tuhan dengan perantaraan nyawa hewan korban penghapusan dosa.
Prosesi korban penghapusan dosa ini dilakukan oleh bangsa Israel sebagai Paskah Besar
dilakukan oleh seorang imam setiap tahun.
Telah disebutkan di atas bahwa darah adalah eksistensi manusia ketika
masih hidup di dunia, maka korban penghapusan dosa ini adalah satu ketaatan di
hadapan Tuhan yang harus dilaksanakan ketika manusia masih ada di dunia. Jika
orang ini nyawanya putus, selesailah eksistensi kehidupannya di dunia, darah
korban penghapusan tak diperlukan lagi, kehidupan yang pernah dimilikinya
dikembalikan kepada pemilik-Nya, yakni Tuhan, dan terakhir jiwanya yang tidak
mati melayang-layang ditempatkan di dunia orang mati oleh Tuhan Yang Mahakuasa.
Nya.wa adalah kehidupan kembali kepada pemilik nya.wa, yaitu Tuhan.
Tuhan Yesus
berkata, bahwa gembala yang baik menyerahkan nya.wanya untuk domba- dombanya.
Nya.wa adalah kehidupan, maka seperti apa kehidupan seorang gembala. Kehidupan
seorang gembala adalah mencari rumput untuk makanan ternak, menggiring mereka
ke padang
rumput, menggiring mereka ke sumber air, memandikan seluruh ternak, menghitung
jumlah keseluruhan setiap hari, bagian yang terberat adalah menghalau pencuri.
Pencuri dapat berupa hewan, seperti serigala dan manusia yang kerjanya memang
sebagai pencuri. Bagi seorang gembala menghadapi kedua jenis pencuri ini, maka
nyawanya sendiri harus siap dipertaruhkan. Dengan kata lain, nyawa seorang
gembala adalah nyawa bagi domba-dombanya, nyawa seorang gembala ada di dalam
setiap tetes darah domba-dombanya [Yohanes
x:11]. Yesus adalah Gembala Agung yang tidak akan membiarkan
domba-domba-Nya dicuri oleh serigala, yaitu Iblis. Engkau menjadi domba Kristus
sebab Dia-lah yang sejak semula sebelum dunia dijadikan telah memilihmu untuk
diselamatkan. Pada masa kini ada banyak domba yang berhasil dicuri oleh
serigala, apakah gembalanya [baca : pendeta] kurang perhatian terhadap
domba-dombanya. Bukan karena bapak gembala kurang perhatian terhadap
domba-dombanya melainan tidak sedikit mereka itu hanya penumpang gelap saja.
Semoga engkau tidak terhitung sebagai penumpang gelap karena hanya mereka yang
benar terhitung sebagai penumpang yang akan sampai menuju tujuan ke Rumah Abadi.
Namun,
Allah menghendaki darah korban penghapusan dosa yang mempunyai nilai yang
setara dengan nyawa manusia, bukan darah hewan yang hanya sebagai metafora
saja. Yesus adalah manusia yang membawa sifat ilahi turun dari sorga karena Roh
Tuhan ada di dalam diri-Nya. Ia disalibkan di bukit bersama dengan dua orang
penjahat, Dia berada di tengah di antara mereka, dan darah-Nya tercurah ke bumi
seperti darah hewan korban penghapusan dosa. Dua ribu tahun yang lalu di
pinggiran kota
Yerusalem di bukit yang dinamakan bukit Tengkorak peristiwa penyaliban ini
terjadi. Ia sendiri yang merelakan diri-Nya menjadi korban penghapusan dosa
untuk semua orang percaya atas kebenaran ini. Ia berteriak dengan suara nyaring
kemudian Dia menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa yang telah mengutus-Nya turun ke
bumi [Matius xxvii:50]. Baik Injil
Matius, Markus, Lukas, dan maupun Yohanes melaporkan, bahwa banyak tentara
Romawi [bukan onta-onta!] yang menjadi saksi atas peristiwa penyaliban yang
sangat fenomenal di dunia ini. Engkau hanya percaya saja karena imanmu, bahwa
darah-Nya yang tercurah ke bumi seperti darah korban penghapusan dosa
memberikan kebangkitan dan hidup kekal kepadamu walaupun engkau sudah mati [Yohanes xi:25].-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar