|
Roti sobek isi smoked beef. |
Pada 9 Juli 2014 pertandingan sepak bola
Piala Dunia 2014, semi final antara Brazilia berhadapan dengan Jerman. Dari
sejak semula aku menjagokan Jerman, kampiun dari Eropa dengan semua pemain
andalan, seperti Muller, Klose, Kroos, Ozil, Khedira, Podolski, dan lain-lain
mereka tampil dalam kondisi prima. Semua orang di seluruh dunia pasti
mengetahui, bahwa lawan Jerman bukan tim sembarangan, yakni kampiun klas dunia,
Brazil
yang telah menjadi legenda juara enam kali Piala Dunia. Jerman bertarung di
rumah sendiri tim Brazil di kota Belo
Horizonte. Setiap tim yang terlibat dalam
pertandinganini hanya ada satu di dalam pikiran mereka, yakni harus menang. Untuk
apa pergi jauh melintasi lautan luas menuju Brazil kalau bukan untuk satu tujuan
menang. Bagi Brazil sepak bola adalah nasionalisme, kebanggaan rakyat,
prestisius yang harus dipertahankan mati-matian, apalagi negeri ini telah
mengeluarkan 11 milyar USD ongkos untuk membiayai Piala Dunia 2014, maka kata
menang yang ada dalam pikiran setiap Brazilian. Dalam pertandingan apapun pasti
ada yang menang, juga pasti ada yang kalah, maka yang paling penting dalam menjalani
hidup ini adalah siap menghadapi kekalahan dengan hati ikhlas. Ada yang menang dan ada
yang kalah adalah realitas kehidupan.
Pukul 03.00 waktu Indonesia Barat
pertandingan dimulai. Brazil
dengan gerakan menyerang menguasai bola dari sejak awal, sementara Jerman dengan
gerakan rileks menghadang bola lawan, take over bola kepada teman dengan arah
yang baik, semua gerakan ini dilakukan dengan disiplin dan konsisten. Sebagian
besar tempat duduk di stadion diwarnai oleh kaos warna kuning dan meriahnya
penonton dan penggila bola. Brazilian penggila bola paling gila. Dari anak-anak
sampai kakek-nenek, laki dan perempuan, semua penggila bola. Mungkin balap
mobil dan bola volley adalah selingan orang Brazil. Walaupun selingan olah raga
selain sepak bola, tim bola volley Brazil selalu masuk kampiun dunia.
Siapa yang tak mengetahui pembalap mobil F-1 terkenal dari Brazil, Emmerson Fitipaldi atau
Arton Senna?
Pertandingan baru berjalan 11 menit, jala
gawang Brazil
bergoyang keras oleh terjangan bola yang ditendang keras dari kaki Mueller,
nomor punggung 13. Bermula bola berada di area sudut kiri Brazil, lalu
ditendang ke tengah, kira-kira 15 meter dari gawang, di sini ada Mueller, tanpa
ampun langsung dieksekusi. Seluruh penonton kaos kuning di stadion Mineirazo terkesima
tidak percaya dengan pemandangan ini. Semudah itu lawan menerobos barisan
defender Brazil
dan memasukkan bola ke gawang. Pemandangan yang wajar diterima logika adalah
sebelum lawan bercucuran keringat, maka lawan tidak akan semudah itu memasukkan
gol ke gawang Brazil.
Belum lagi rasa terkejut orang Brazil
hilang, baik yang main di lapangan maupun penonton di stadion, maka Klose dua menit
kemudian di depan gawang telah menendang bola dengan kaki kanan dan terciptalah
gol kedua untuk Jerman. Kejadian berikut membuat pemain tim Brazil menjadi frustasi dan membuat
bungkam seisi stadion, sebab gol ketiga dan keempat tercipta tidak sampai satu
menit dilakukan oleh Kroos, dua menit setelah Klose. Gol kelima dibuat oleh
Khedira dan penutup untuk 1st half play. Orang Jerman belum
mengeluarkan keringat untuk lima
gol ini. Pada 2nd half play gol keenam dieksekusi oleh pemain yang baru
masuk ke lapangan menggantikan Klose. Aku mempunyai kebiasaan berdoa pada pagi
hari. Aku pejamkan mataku berdoa. Mungkin lima
belas menit aku berdoa. Ketika aku membuka mata selesai berdoa, skor Jerman
sudah menunjukkan tujuh. Ketika waktu menunjukkan angka 90 plus additional
time, Brazil
memasukkan bola ke gawang Jerman. Hadiah hiburan dari Tuhan untuk Brazil.
Jerman menang tanpa keringatan, skor 7 - 1.
|
Siap menang dan siap kalah. Tim Oranje lawan White Cement. |
Satu hari setelah pertandingan semi final
ini, mudah ditebak reaksi public Brazil
atas kejadian memalukan ini, ekspresi kekecewaan orang Brazil dari berbagai lapisan
masyarakat. Semua surat kabar menuliskan berita
dengan nada ejekan terhadap pelatih Brazil, Luiz Felipe Scolari yang
dianggap bertanggungjawab terhadap kekalahan yang sangat mencoreng muka. Tidak
cukup surat kabar dalam negeri, surat
kabar luar negeri pun, termasuk KOM.PAS dari Indonesia tidak kalah seru memberi
komentar atas kekalahan yang menghebohkan dunia. Scolari dianggap sudah merasa
nyaman dengan pemain-pemain muda andalannya yang selama ini telah memberi
kontribusi bagus pada semua laga uji coba, baik di dalam maupun di luar Brazil.
Dan, bukan hanya itu saja sebab dia mengandalkan dua pemain muda, Neymar dan Da
Silva yang dianggap jimat sakti bagi team-nya, begitu kedua pemain muda ini bermasalah
pada tulang punggungnya sebab cedera dari pertandingan sebelumnya, maka team
Brazil sangat kehilangan roh permainan mereka. Kemana pemain-pemain senior
seperti, Roberto Kaka, Ronaldinho, dan Robinho? Seandainya ketiga jagoan senior
ini dipasang, mereka pasti dapat menjadi penahan kokoh terhadap serangan
Jerman, walaupun Neymar absent di lapangan. Nasi sudah menjadi bubur tidak ada
guna berandai-andai.
Gagal di semi final setelah ditaklukkan oleh
Jerman, maka masih ada satu peluang lagi untuk menjaga martabat para Brazilian
dalam dunia sepak bola, yakni pertandingan melawan Belanda untuk memperebutkan
tempat ketiga. Betapapun hebatnya perlawanan Brazil melawan Belanda dalam
pertandingan ini, dan katakanlah menang, maka hasil pertandingan ini tidak akan
dapat menutup kekecewaan para Brazilian. Di hati terdalam para Brazilian,
mereka masih mengharapkan matahari masih dapat bersinar terang di tengah awan
mendung yang membuat langit Brazil gelap gulita, daripada tidak mendapat
sesuatu pun yang tertinggal, pertarungan melawan Belanda harus menang, walaupun
di tengah duel yang tidak diharapkan. Namun, sesuatu apa pun yang sangat
diharapkan oleh manusia, hanya kehendak Tuhan yang jadi, sebab yang terjadi
adalah Brazil dikalahkan oleh Belanda dengan skor 3 – 0. Lengkaplah sudah, Piala
Dunia 2014 menjadi mimpi buruk bagi tim legenda Brazil yang telah menjadi juara
Piala Dunia enam kali. Namun, sebagai satu bangsa yang sangat menghargai fair
play, maka tragedy kekalahan ini tidak menimbulkan kerusuhan massal yang dapat
mengganggu ketertiban umum. Para Brazilian telah menerima kekalahan dengan jiwa
besar.
Pengkhotbah berkata, manusia harus memperhatikan
pekerjaan Tuhan! Siapakah dapat meluruskan apa yang telah dibengkokkan
oleh-Nya? Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari malang ingatlah,
bahwa hari malang ini pun dijadikan oleh Tuhan seperti juga pada hari mujur,
supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya. Pekerjaan Tuhan dari sejak semula adalah menciptakan seluruh isi semesta alam. Kalau engkau pada hari ini masih dapat makan, ini adalah pekerjaan Tuhan juga, yakni engkau masih dipelihara oleh Dia yang Mahamurah. Tuhan banyak melakukan perbuatan ajaib yang tidak terpikirkan oleh jangkauan logika manusia. Manusia membuat prediksi menurut kecerdasannya sendiri yang terbatas, tapi sering lupa, bahwa hanya racangan Tuhan saja yang terlaksana.
Pada hari yang sama dengan pertandingan semi
final antara Brazil dengan Jerman, pada pukul 08.00 waktu lokal orang Indonesia
melakukan pemilihan calon presiden RI untuk perioda 2014 – 2019, yakni Prabowo
Subianto dan Joko Widodo alias Jokowi. Pemilihan kali ini dinilai oleh banyak
kalangan sangat disambut antusias oleh banyak orang Indonesia, di dalam negeri maupun
di luar negeri. Pertempuran sengit head to head antara kebangkitan Neo Orde
Baru dengan kelompok muda pendukung Revolusi Mental. Selesai pencoblosan lembaran
surat suara
pilihan, selanjutnya bergulir proses penghitungan cepat [quick count] yang
dilakukan oleh lembaga survey kedua pihak yang bertarung. Ternyata hasil hitung
cepat yang disiarkan melalui channel tv dari kubu Bowo berbeda dengan kubu
Jokowi. Lembaga survey masing-masing pihak saling mengunggulkan satu terhadap
yang lain. Mana yang benar dan mana yang abal-abal? Pada akhirnya Komisi
Penyiaran Indonesia
melarang semua stasiun tv menyiarkan hasil hitung cepat.
Pada pertandingan sepak bola orang menghitung
skor tertinggi, tim yang mendapat skor lebih tinggi dari lawannya, maka tim
inilah yang menang. Dua tim yang berlaga di lapangan, masing-masing tim
menginginkan dengan keras kemenangan dengan skor setinggi mungkin. Jika keadaan
memang memungkinkan, skor Jerman atas Brazil dapat lebih dari 7 – 1. Kemenangan
adalah tujuan yang didapatkan pada satu laga, tetapi juga harus ditanamkan
kemenangan yang memiliki nilai-nilai etika. Pertarungan sengit pemilihan calon
presiden tidak berbeda seperti pertandingan sepak bola, kedua pihak calon
presiden berusaha keras semaksimal mungkin mendapatkan skor terbanyak. Target
kemenangan mendapatkan suara pemilih terbanyak untuk Bowo atau Jokowi.
Keinginan berbuat curang dengan cara apa pun dapat dimulai dari tempat
pemungutan suara seterusnya sampai ke Komisi Pemilihan Umum. Membutuhkan uang
secukupnya untuk kebutuhan hidup adalah sikap hidup yang manusiawi, sebaliknya mendapatkan
uang melebihi dari yang telah dipenuhi atas semua kebutuhan dengan cara tidak
halal adalah kejahatan, dan kejahatan ini biasa disebut korupsi. Korupsi
artinya mengurangi jumlah suara pihak yang satu lalu dipindahkan ke dalam pundi
suara pihak yang akan dimenangkan. Menerima uang suap untuk melakukan perbuatan
curang demi pemenangan yang tidak menjunjung tinggi etika adalah perbuatan
tidak etis.
Tuhan telah menetapkan kekalahan bagi Brazil, Dia telah membengkokkan logika yang
selama ini dipegang oleh banyak orang, bahwa Brazil kiblat sepak bola. Brazilian
tidak ada bedanya dengan orang Indonesia,
Jepang, Prancis, Jerman, atau Filipina, mereka manusia biasa juga yang dapat
ditaklukkan. Pada saat orang mendapat kemujuran, memang layak bergembira,
sebaliknya janganlah kegembiraan itu meluap berlebihan, ingatah di balik
kegembiraanmu, ada juga yang bersedih sebab ketidakmujurannya. Lebih dari itu,
meluapkan kegembiraan berlebihan dapat membuat engkau menjadi lengah. Tidak
selamanya orang mendapat kemujuran. Hari ini adalah pemberian dari Tuhan
untukmu gunakanlah sebaik-baiknya untuk Tuhan dan untuk sesama manusia. Manusia
tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya, sebab hari esok itu
adalah milik Tuhan, hari esok adalah rahasia milik Tuhan. Hari ini manusia
membuat rancangan hari esok di dalam pikirannya, tetapi hanya keputusan Tuhan
yang terlaksana.
Dalam keadaanmu yang tidak mujur, engkau masih dapat
menikmati setetes kebahagiaan, jika keadaanmu ini engkau terima dengan sikap
realistis, yakni tidak selamanya engkau mendapatkan seperti yang engkau
inginkan. Dan, engkau tidak mungkin merangkul seluruh isi dunia demi memuaskan
hatimu. Jika engkau memiliki sikap realistis seperti ini, engkau adalah orang
yang jujur terhadap hati nuranimu sendiri. Ya, hanya orang yang jujur terhadap
hati nuraninya sendiri yang dapat menikmati kebahagiaan. Orang Brazil
mengetahui setiap jengkal peraturan bermain bola, maka mereka menerima
kekalahan mereka dengan tulus setelah melakukan permainan yang jujur dengan tim
Jerman. Orang yang terlibat pemilihan calon presiden seharusnya telah
mengetahui peraturan pemilihan umum jujur, sehingga tidak perlu mencari peluang
membenarkan segala cara kotor untuk memenangkan perolehan suara tertinggi. Jangan
bergaul dengan orang tidak jujur, sebab orang yang tidak pernah jujur terhadap
hati nuraninya sendiri adalah orang yang tidak siap kalah dalam pertandingan;
bagi orang seperti ini yang ada di dalam pikirannya adalah bersaksi dusta. Saksi
dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan
tidak akan terhindar [Amsal xix:5].-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar