Penulis |
Sabtu, 31 Oktober 2015
Orang Kristen Terbebas Dari Hukum Taurat
Pendahuluan
:
Hukum Taurat adalah pernyataan Tuhan bagi
umat Israel sebagai alat untuk menertibkan dan mengatur kehidupan peradilan di
bidang perdata, sosial-keagamaan, dan pidana dengan kekudusan yang diperlukan untuk
memelihara hubungan kovenan dengan Tuhan. Tujuan hukum Taurat adalah
menunjukkan dosa manusia dalam keadaan yang sebenarnya, yakni sebagai
pemberontakan dan ketidaktaatan di hadapan Tuhan. Lebih dari enam ratus hukum
ada di dalam kitab-kitab Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan meliputi
perintah-perintah, ketetapan-ketetapan, dan peraturan-peraturan. Hukum itu
mempunyai konsekuensi sanksi bagi setiap pelanggaran. Dan, hampir segala
sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah
tidak ada pengampunan [Ibr. 9:22]. Penumpahan darah hewan adalah bentuk
simbolis penyucian dosa terhadap orang yang hidupnya dibawah hukum Taurat.
Selama empat puluh tahun lamanya setelah
keluar dari Mesir, bangsa Israel hidup sebagai nomaden di gurun pasir Sinai.
Umumnya suku bangsa yang hidup sebagai nomaden adalah hidup yang serba tidak
teratur dan mind set mereka masih banyak dipengaruhi oleh berhala-berhala
Mesir, maka cara hidup mereka perlu ditata kembali supaya mereka menyadari
sebagai bangsa pilihan Allah. Allah menata kembali perilaku hidup mereka dengan
keharusan mentaati hukum. Menurut kebiasaan masyarakat kuno di Timur Dekat,
rakyat mentaati hukum supaya perilaku rakyat dapat menyenangkan dewa-dewa,
sebaliknya Tuhan memerintahkan bangsa Israel mentaati hukum supaya mereka tetap
menjaga kekudusan hidup di hadapan Tuhan. Mereka belum sampai pada tahapan
memahami untuk apa menjalankan suatu perintah, ketetapan, atau peraturan.
Misalnya, mereka dilarang makan daging binatang tidak berbelah kuku pada
kakinya dan mereka dilarang makan darah hewan. Bagi mereka yang penting taat.
Hukum Taurat berlaku hanya kepada orang yang
selama hidupnya dibawah hukum tersebut. Seorang perempuan yang masih terikat
hubungan resmi dengan laki-laki yang menjadi suaminya, maka dia masih dalam
keadaan terikat dengan hukum yang membuat dirinya masih berstatus isteri
laki-laki ini. Seorang perempuan yang masih terikat hukum dengan laki-laki ini sebagai
istrinya kedapatan dia menikah dengan laki-laki lain, maka perempuan ini
disebut berzinah. Seorang perempuan yang sudah tidak terikat lagi dengan hukum
yang mengikatnya dengan laki-laki ini sebagai istrinya, maka dia adalah
perempuan bebas. Seseorang yang pernah hidup dibawah hukum Taurat, kemudian
menerima kasih karunia dari Tuhan, maka dia sudah terbebas dari beban hukum
yang pernah mengikatnya.
Orang yang dibenarkan di hadapan Tuhan bukan
karena melakukan hukum, melainkan oleh iman, sebaliknya dasar hukum bukan karena
iman, melainkan ketaatan orang melaksanakan hukum, maka dia akan hidup
karenanya [Galatia iii:11-12].
Hukum
Taurat membuat manusia mati terpenjara [Roma vii:4]. Walaupun dikurung
oleh lebih enam ratus hukum, bagi umat Israel hukum ini dilaksanakan sebagai
suatu kesukaan. Bagi orang Kristen yang hidupnya telah berada di luar hukum
mungkin berasumsi, bahwa kehidupan sehari-hari orang Israel terasa berat, sebab
dikurung oleh begitu banyak hukum. Mereka menjadi terbiasa dengan hukum seperti
ini sebab mereka telah beradaptasi dari generasi ke generasi. Dan, mereka merasakan
suka cita, sebab melalui hukum ini, Tuhan telah memberi tahu kepada mereka
segala sesuatu yang tidak disukai oleh Tuhan supaya dijauhi saja. Sebagian
besar muatan hukum bersifat negative, seperti : jangan ini … , jangan itu … ,
haruslah begini … , haruslah begitu … , dan seterusnya. Ganjaran atas ketaatan
terhadap hukum adalah berkat atau kutuk ketika orang masih hidup di dunia.
Tuhan menurunkan hukum untuk menunjukkan, bahwa
manusia tidak dapat bermegah dengan segala perbuatan baik. Kejahatan dan
kesalahan manusia, yakni dosa tidak berkesudahan [Ayub 22:5]. Semua perbuatan
baik yang dilakukan oleh manusia hanya menimbulkan kesombongan. Orang sombong
sulit menerima pembaruan rohani dalam kehidupannya [Lukas 18:9-14]. Yesus
memberikan satu ilustrasi tentang dua orang berbeda status sosial mereka. Ada
dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa. Orang pertama adalah seorang Farisi
dan yang lain adalah seorang pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan
berdoa dalam hatinya, begini :”Ya Tuhan, aku mengucap syukur kepada-Mu, sebab
aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim,
bukan pezinah, dan bukan juga seperti pemungut cukai ini. Aku berpuasa dua kali
seminggu, aku memberikan satu per sepuluh dari segala penghasilanku. Namun,
pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan tidak berani menengadah ke langit,
melainkan dia memukul diri dan berkata :”Ya Tuhan, kasihanilah aku orang
berdosa ini.” Yesus berkata, bahwa pemungut cukai ini pulang ke rumahnya
sebagai orang yang dibenarkan oleh Tuhan dan orang yang lain itu tidak. Sebab
barangsiapa meninggikan diri, dia akan direndahkan, sebaliknya barangsiapa
merendahkan dirinya, dia akan ditinggikan. Orang pertama dalam cerita ini
adalah kelompok orang yang menjunjung moralisme, yakni mengutamakan perbuatan
baik untuk mendapatkan pembenaran. Apakah ada manfaat untuk Tuhan jika manusia
berbuat baik? Apakah manusia mendapat pembenaran dari Tuhan jika dia melakukan
perbuatan baik? Betapa pun baiknya suatu perbuatan manusia di hadapan Tuhan,
tidak ada yang menyenangkan hati Tuhan, sebab semua manusia di kolong langit
telah berdosa kepada Tuhan.
Orang yang hidupnya dibawah hukum Taurat,
seumpama dia berada di dalam ruangan empat dinding kokoh. Ke mana pun dia
memandang ke empat sisinya, dia tidak menyadari, bahwa dia dikurung oleh kira-kira
seratus lima puluh hukum pada masing-masing sisinya. Pada waktu mereka masih
muda, masih enerjik, bergiat melakukan segala perbuatan baik, tetapi pada hari
tua, mereka gentar ketika melihat matahari kehidupan semakin condong terbenam.
Mereka mulai merenungkan apa yang telah mereka perbuat selama hidup, apakah
semua amalan akan diterima oleh Tuhan dan mendapatkan keselamatan kekal. Mereka
mulai merenungkan, apakah pengudusan hidup melalui penumpahan darah hewan
kurban sudah cukup sempurna dan menyelamatkan mereka. Orang yang menyadari
dirinya mati karena hukum, maka dia membutuhkan pembebas, supaya dia bebas dari
hukum. Pembebas adalah Dia yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, supaya
orang ini menjadi milik-Nya, sehingga orang ini beroleh kebebasan dari beban
hukum.
Orang
percaya bebas dari hukum Taurat [Roma vii:6]. Jika engkau dalam kondisi mati, engkau dapat
bebas dari hukum yang memenjarakanmu. Bagaimana supaya engkau menjadi dalam
kondisi mati, sedangkan secara fisik engkau masih hidup di dunia? Engkau harus
bersedia percaya dan menerima Yesus Orang Nazaret sebagai Juru Selamat jiwamu.
Percaya dan menerima Dia sebagai Juru Selamat, artinya, engkau bersedia
dikuburkan bersama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Tuhan,
demikian juga engkau akan hidup dalam hidup yang baru [Roma vi:4]. Hidup yang
baru artinya engkau telah diperbaharui oleh Roh Kudus. Siapa yang telah mati
bersama Dia, maka dia bebas dari dosa dan telah bebas dari ikatan hukum.
Dalam keadaan baru menurut Roh, artinya
engkau dihidupkan oleh Roh menuju ketaatan yang baru, yakni iman kepada Yesus,
Anak Allah yang tunggal. Roh memperbarui hidupmu setiap saat sehingga engkau
menjadi pribadi yang unik sesuai menurut kehendak Tuhan. Semua orang yang
hidupnya dipimpin oleh Roh Tuhan, maka dia layak disebut anak Tuhan dan engkau
tidak menerima roh perbudakan, melainkan roh kebebasan menjalankan kehendak
Bapa di Sorga. Yesus memberi jaminan ketika engkau masih hidup di dunia, bahwa
tidak ada seorang pun dapat datang kepada Bapa tanpa melalui Dia, sebab Dia
adalah jalan yang benar dan jalan yang memberi hidup sehingga engkau tak perlu
kuatir lagi pada hari senja kehidupanmu.
Di dalam Kristus tidak ada kutuk. Ia adalah
kebangkitan dan hidup; engkau percaya kepada Dia, engkau akan hidup walaupun
engkau telah mati [Yohanes xi:25]. Darah Kristus tercurah membasahi bumi adalah
peristiwa nyata terjadi dua ribu tahun yang lalu, sebab telah disaksikan oleh
banyak orang dan serdadu-serdadu Romawi. Darah Kristus menghalau kutuk dari
kehidupanmu dan dosamu diampuni oleh-Nya bukan peristiwa simbolis seperti
penumpahan darah hewan kurban, sebaliknya peristiwa ini adalah peristiwa nyata
yang engkau terima sebagai iman. Engkau mempunyai iman kepada Kristus, sebab
Roh telah memperbarui hidupmu. Tuhan sendiri yang menghendaki peristiwa ini
nyata dalam kehidupan semua orang percaya, sebab Dia dalam rupa sebagai manusia,
darah-Nya membasuh kutuk dosa dan kutuk hukum.
Apakah engkau pernah
ditanya oleh seseorang yang bukan Kristen, mengapa orang Kristen yang hidup
dalam Perjanjian Baru boleh makan daging babi, sedangkan di dalam Perjanjian
Lama makan daging ini adalah larangan? Jawabannya sederhana, yakni hidup orang
Kristen telah ditebus oleh kematian Kristus sebagai ganti kematian orang
percaya terhadap hukum Taurat. Walaupun bagi orang Kristen makan daging babi tidak
dipandang sebagai larangan, tidak semua yang dihalalkan dapat dinikmati tanpa
batas dengan alasan kesehatan. Selain itu tidak semua yang berguna dapat
dikonsumsi dengan alasan bebas dari hukum. Misalnya, etanol itu dalam kadar
tertentu dapat dikonsumsi sebagai minuman. Apakah engkau akan merusakkan dirimu
mengoplos berbagai minuman beralkohol untuk memuaskan diri dengan alasan telah
bebas dari hukum? Tubuh kita adalah Bait Allah tempat kita memuliakan Roh
Tuhan. Seluruh anggota tubuh kita gunakan untuk memuliakan Tuhan. Orang Kristen
telah terbebas dari hukum Taurat, tetapi gunakanlah kebebasan itu secara
bertanggungjawab.
Penutup
: Orang Kristen dibebaskan bukan hanya dari beban
hukum Taurat dalam arti hukum Musa, melainkan dari beban hukum mana pun sejauh
pelaksanaan hukum dijadikan syariah keselamatan. Dalam sejarah gereja permulaan
di Yerusalem sampai gereja memasuki masa Reformasi, ternyata orang Kristen
dibebani oleh taurat-taurat yang lain, seperti larangan makan daging pada
Jum’at, larangan tidak boleh kawin untuk memangku jabatan tertentu dalam gereja
dan memuliakan orang-orang kudus yang telah mati. Kebebasan orang Kristen oleh
Roh yang telah memperbaharui hidup orang percaya seharusnya digunakan untuk
menggarami dunia supaya bangsa-bangsa di dunia semakin mengenal Kristus.-
Label:
Keadilan
Lokasi:
Bekasi, West Java, Indonesia
Kamis, 29 Oktober 2015
Kristen itu Berbeda Dengan Katholik
Gereja Katholik di Wlingi, Jawa Timur. |
Berbahagia bagi orang yang mencari kebenaran. Dibawah komando Saulus, seorang Farisi
kelahiran Tarsus [di wilayah Turki sekarang], maka ribuan orang Kristen
dieksekusi oleh orang Yahudi. Namun, pada akhirnya Saulus bertobat setelah dia
mengalami perjumpaan yang dahsyat dengan Yesus Orang Nazaret. Dalam perjalanan
membawa orang-orang Kristen yang dianiaya oleh kelompoknya, dia melihat
penampakan cahaya luar biasa menyilaukan sehingga matanya menjadi buta selama
tiga hari. Setelah dipulihkan oleh Tuhan, dia bertobat dan menjadi rasul-Nya,
dan berganti nama menjadi Paulus. Penghambatan berikut terjadi di pusat
kekaisaran Romawi. Di kota Roma banyak orang Kristen disiksa, dibunuh, dan
rumah ibadat orang Kristen dibakar. Ini adalah realitas Injil, bahwa
barangsiapa beribadah kepada Yesus Orang Nazaret, maka dia akan mengalami
siksaan luar biasa.
Pada masa Constatinus Agung menjadi kaisar
penghambatan terhadap orang Kristen berakhir. Ia mengeluarkan Edik Milano. Putusan
Milano menyatakan, bahwa gereja mendapat kebebasan sepenuhnya dan Hari Minggu
ditetapkan sebagai hari kudus. Pada masa Theodosius Agung, negara menetapkan
peraturan, bahwa seluruh penduduk harus menyatakan iman Kristen sesuai menurut
ajaran uskup di Roma dan Aleksandria. Uskup adalah kepala gereja dalam sistem episcopal,
dibantu oleh presbiter dan diakonos. Ada uskup Karthago di Afrika Utara, uskup
Aleksandria di Mesir, uskup Avignon di Prancis, uskup Roma di Italia, dan uskup
Constantinople di Byzantium. Mereka bersaing adu kekuatan pengaruh. Setelah
Theodosius meninggal, kekaisaran Romawi terbelah dua, yakni Romawi Barat di
Roma dan Romawi Timur di Constantinople [sekarang Istanbul di Turki].
Walaupun kepercayaan kafir telah dilarang
oleh negara, sebagian kecil lapisan masyarakat ini masih ada di Roma. Mind-set
orang Kristen baru juga masih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan kepercayaan
kafir. Orang kafir yang belum lama menjadi Kristen merasa kehilangan dewa-dewa
dan dewi-dewi sesembahan mereka yang dianggap dapat memberi berbagai
pertolongan di saat mengalami kesulitan. Mereka menjumpai pengganti dewa dan
dewi mereka yang telah hilang dari sisi kehidupan mereka dalam rupa pemujaan
santo-santo dan santa-santa. Santo atau santa adalah figure yang telah
meninggal dan oleh Gereja Roma dipandang sebagai orang kudus sangat dekat
dengan Tuhan. Maria, ibu yang melahirkan Yesus dipandang sebagai orang kudus di
atas semua santo dan santa, dialah seorang pengantara khas yang melindungi dan
mendoakan semua orang Katholik. Paus, yakni uskup Roma yang berhak menetapkan
seseorang sebagai orang kudus.
Pada pertengahan abad ke 11 kesatuan gereja
terpisah, yakni Gereja Barat di Roma dan Gereja Timur di Constatinople. Pada
waktu itu yang disebut sekarang Gereja Katholik Roma adalah Gereja Roma,
sedangkan Gereja Timur menyebut diri sebagai Gereja Ortodoks atau Gereja
Katholik Gerika. Pangkal perselisihan adalah Gereja Roma menuntut pengakuan,
bahwa uskup Roma adalah satu-satunya kepala gereja dan tidak pernah mengajarkan
yang salah. Ketika kekaisaran Romawi runtuh sama sekali oleh perselisihan di
dalam negara, maka Gereja Roma memiliki momentum menggantikan imperium Romawi
sebagai pusat gereja dunia. Dan, Gereja Roma juga mempunyai alasan lain atas
klaim pusat gereja di Roma, yakni rasul Paulus dan Petrus pernah melayani
jemaat di Roma dan mati sahid di kota ini sehingga ada alasan politik, bahwa
Gereja Roma mempunyai pewarisan jabatan rasuli.
Maria adalah figure sentral yang sangat
dihormati oleh orang Katholik Roma dan merupakan harga mati doktrin Gereja
Katholik Roma sampai sekarang. Di dalam semua bangunan gereja Katholik Roma
selalu ada patung ibu Maria di letakkan di sebelah kanan atau kiri bangunan. Di
hadapan patung ini orang berlutut dan berdoa. Novena adalah sebutan untuk
berdoa kepada ibu Maria, tetapi biasa juga disebut doa Rosario dengan kalung
rosary. Orang Katholik merasa belum mantap hatinya jika benda-benda religi,
termasuk kalung ini belum diberkati dengan cara pemberian tanda salib oleh
seorang pastor. Doa Rosario diakhiri dengan penyebutan nama-nama santo dan
santa dalam bentuk nyanyian penyembahan. Setelah pasangan pengantin Katholik
menerima pemberkatan nikah, segera pasangan ini digiring menuju patung ibu
Maria, berlutut, dan berdoa, memohon berkat atas keluarga baru ini. Di
negara-negara yang sangat kental ajaran Katholik-nya, seperti Italia, Spanyol,
Portugal, dan semua negara Amerika Latin, penduduk biasa membuat patung-patung
kecil dari seorang santo atau santa. Satu patung santo digantungkan di rear
mirror mobil, dengan bangga seorang sopir taksi mengatakan, bahwa santo ini
pelindung-nya. Setiap jenis pekerjaan ada santo atau santa pelindung pekerjaan
ini. Santo Yusuf adalah pelindung pekerja di bidang furniture, santo Franciscus
pelindung para guru, dan seterusnya. Waktu dulu aku mengikuti katekisasi, guru
mengajarkan, bahwa tidak boleh ada sesembahan lain dihadapan TUHAN dan tidak
boleh membuat patung menyerupai apa pun untuk disembah, sebab Dia adalah Allah
yang cemburu. Yang melindungi orang Kristen adalah malaikat dari sorga yang
diutus oleh Tuhan.
Dulu aku seorang Katholik dari sejak usia
sepuluh tahun, bahkan sebelum menjadi orang Katholik kami sekeluarga adalah
pemeluk Islam abangan. Pada 11 November 1966, pukul 17.00 waktu setempat, aku,
ibuku, dan kakakku nomor tiga dibaptis percikan air oleh almarhum pastor
Neylen, orang Belanda di Gereja Katedral Santa Maria Palembang. Saksi ibu
baptis kami adalah ibu Bong, tetangga kami di Jalan Supeno, sedangkan kami
tinggal tak jauh dari beliau, di Jalan Kartini. Setiap malam kami berdoa di
depan patung ibu Maria, di kiri kanan patung diapit dengan lilin yang menyala. Kami
aktif dengan semua kegiatan di gereja. Kakakku aktif sebagai Pemuda Katholik,
ibuku aktif sebagai anggota Wanita Katholik, sedangkan aku aktif menjadi
misdinar, yakni melayani pastor pada saat misa ekaristi. Kami sekeluarga juga
aktif menghadiri doa Rosario. Sekolah? So pasti di sekolah Katholik, dari SD
Xaverius IV sampai selesai di SMP Xaverius II. Sebelum dan sesudah berdoa harus
membuat tanda salib, utara-selatan-barat-timur. Jadi, apa yang tidak aku
ketahui isi seremoni Gereja Roma ini.
Ketika aku dibaptis umurku telah mencapai
sepuluh tahun, maka pastor mempersilahkan aku untuk memilih nama baptis yang
diambil dari nama-nama santo yang jumlahnya mencapai puluhan. Bingung aku
memilih. Tentu aku menghendaki nama yang enak terdengar, maka aku memutuskan
nama baptis Fraciscus Xaverius, kakakku memilih nama Yulianus, sedangkan ibuku
memilih Maria Adriana. Dengan nama baptis pilihan ini, aku telah menunjuk Santo
Franciscus Xaverius sebagai orang kudus pelindungku. Jika yang dibaptis masih
bayi, orang tua yang memilihkan nama baptis bayi ini. Satu tahun kemudian
ayahku dibaptis di gereja yang sama dan oleh pastor yang sama dengan nama
baptis Adrianus.
Tidak satu keharusan bagi orang Katholik awam
untuk membaca Alkitab setiap hari dan memang kami tidak pernah diarahkan oleh
romo pastor untuk memahami firman Tuhan. Cukup dengan ketaatan terhadap
Perintah Gereja dan Sepuluh Perintah Allah. Apa yang dilakukan oleh orang
Katholik seusai mengikuti misa Jum’at Agung? Satu demi satu maju ke depan altar
untuk mencium kaki dari patung Yesus yang tergantung di salib. Sekali lagi mencium
kaki patung Yesus. Ukuran salib kira-kira panjang 40 centimeter dan bagian
pendek yang melintang kira-kira 25 centimeter, sedangkan patung yang melekat di
atas salib terbuat dari bahan tembaga bakar. Pada waktu itu, entahlah sekarang,
banyak orang Katholik memiliki keyakinan salib patung Yesus mampu mengusir
setan atau roh-roh jahat. Itu sebabnya di setiap kamar rumah orang Katholik
selalu ada salib seperti ini, begitu juga dengan rumah sakit.
Gereja Katholik Roma mengajarkan, bahwa
keselamatan diberikan oleh gereja melalui tujuh sakramen, yakni perjamuan,
baptisan, penguatan [konfirmasi], pengakuan dosa [confession], perminyakan, perkawinan,
dan imamat. Sakramen imamat diberikan hanya kepada orang yang ditahbiskan
sebagai pastor. Gereja Roma lebih mengutamakan peraturan gereja dan tradisi
gereja, sedangkan sola scriptura adalah urusan hierarki tertinggi di Vatikan,
Roma yang dianggap manusia tanpa salah menafsirkan firman Tuhan. Orang Katholik
ke gereja tidak perlu membawa Alkitab, sebab memang tidak dianjurkan membawa
“benda” ini. Lalu, apa yang dilakukan mereka ketika mengikuti misa ekaristi?
Mereka mengikuti aturan liturgy yang sudah disusun baku oleh gereja, kemudian
memakan hosti. Pembacaan firman oleh pastor paling lama tiga puluh menit. Di
gereja tidak pernah ada ceritanya pastor berkata begini kepada jemaatnya
:”Saudara-saudara yang terkasih di dalam Kristus. Marilah bersama-sama kita
buka Alkitab dari [Matius, Markus, Lukas, atau Yohanes] pasal …, ayat ….” Awam
Katholik pasti tidak tahu yang mana Matius, atau Yohanes, apalagi Keluaran
dalam Perjanjian Lama. Diminta membuka Matius, mungkin sepuluh menit saja masih
kurang waktu untuk menemukannya.
Pada suatu ketika ada seorang Islam
mengajukan beberapa pertanyaan terhadap iman Katholik yang masih mengental di
dalam diriku. Begitu dangkalnya pengetahuanku tentang isi Alkitab, maka
pertanyaan-pertanyaan orang Islam ini tak terjawab olehku. Orang Islam ini pun
sedang menghadapi pergumulan pribadi tentang imannya. Sejak itu aku menghadapi
pergumulan imanku. Aku membaca banyak buku tentang sejarah gereja dari berbagai
sumber. Kebenaran harus aku dapatkan. Aku bertekad membuka wawasan pikiranku
apa yang menjadi perbedaan antara Kristen dan Katholik. Kira-kira lima tahun
kemudian aku memutuskan hijrah ke iman Kristen [1981?]. Gereja Kristen yang
kali pertama aku kunjungi adalah Gereja Kristen Pasundan di kecamatan Gunung
Putri, Bogor. Kemudian mengembara ke berbagai gereja Kristen sampai menjadi
anggota tetap di Gereja Kristus Cibinong.
Martinus Luther adalah seorang Jerman dan dia
juga seorang pastor di kotanya, di Wittenberg. Ia dipakai oleh Tuhan secara
luar biasa untuk mendobrak kebobrokan dan keangkuhan Gereja Roma yang pada
waktu itu sangat mendominasi hajat manusia di seluruh daratan Eropa, terutama
tengah, barat, dan utara. Ia memprotes penjualan surat penghapusan siksaan api
neraka [indulgensi] yang direstui oleh Gereja Roma. Penjualan surat penghapusan
siksa secara besar-besaran ini menghasilkan uang yang sangat luar biasa.
Rencananya uang ini akan dipakai untuk membangun Basilika Santo Petrus di Roma
dan untuk membayar hutang gereja. Protesnya ini menimbulkan gelombang protes di
seluruh Eropa Barat dan Tengah bukan saja terhadap kemuakan penjualan surat
indulgensi, tetapi juga dibarengi oleh semangat nasionalisme Jerman yang telah
bosan didikte oleh Roma. Peristiwa ini terjadi pada abad ke 16 sebagai momentum
reformasi gereja secara besar-besaran. Hasil reformasi di Eropa memperlihatkan
beberapa doktrin dalam iman Kristen yang sesuai dengan Alkitab, yakni :
- Bukan melalui tradisi gereja manusia mendapatkan keselamatan, melainkan dari kemurahan kasih karunia Allah melalui Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus [Roma iii:22]. Keselamatan diperoleh bukan karena moralitas, melainkan iman kepada Yesus Kristus.
- Jangan membuat taurat-taurat baru pada era kasih karunia dari Tuhan, sebab Dia yang telah mati di kayu salib telah membebaskan orang percaya dari kutuk dosa dan kutuk hukum Taurat [1 Timotius iv:3 dan Roma vii:4-6]. Untuk menjadi gembala tidak mutlak harus tidak kawin. Lebih baik kawin dari pada hangus oleh hawa nafsu [1 Korintus vii:9].
- Sesuai menurut perintah yang diucapkan oleh Yesus Kristus, hanya ada dua sakramen, bukan tujuh sakramen, yakni perjamuan kudus [Lukas xxii:19] dan baptisan [Matius xxviii:19].
- Orang yang masih hidup tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang telah mati [Lukas xvi:31]. Santo dan santa adalah orang-orang kudus yang telah mati tidak dapat dijadikan pengantara atau pelindung.
- Orang yang sudah mati tidak ada manfaatnya lagi untuk didoakan, sebab upahnya sudah selesai tepat pada saat nyawanya lepas dari tubuh [Pengkhotbah ix:5]. Tidak ada arwah yang harus didoakan.
- Tuhan memberi perintah kepada orang percaya, tidak boleh ada allah lain di hadapan-Nya [Ulangan v:7]. Hanya Tuhan di dalam nama Yesus Kristus yang layak dimuliakan dan ditinggikan. Bukan manusia!!! Gereja tidak mempunyai kuasa menetapkan orang kudus untuk disejajarkan dengan TUHAN.
- Tuhan memberi perintah kepada orang percaya, tidak boleh membuat patung menyerupai apa pun untuk disembah, sebab Dia adalah Tuhan yang cemburu [Ulangan v:8]. Bersihkan gereja dan rumah dari patung-patung orang kudus. Apakah engkau pasti diselamatkan sebab mengenakan kalung salib dari emas sebesar telapak tanganmu?
Jaman Reformasi
Luther telah lama berakhir. Dua main stream Katholik dan Kristen kini berjalan
dengan jalan doktrinnya masing-masing. Gereja Katholik Roma tetap tampil dengan
paradigma sebelumnya, tidak ada yang berubah, kecuali tidak ada lagi penjualan
surat penghapusan siksa neraka.-
Label:
Church Today
Lokasi:
Bekasi, West Java, Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)