Sepanjang pelayanan Yesus selama tiga setengah tahun di Palestina, Dia tidak pernah berbicara secara eksplisit tentang perpuluhan, sebab pada masa itu pelaksanaan persembahan ini telah berjalan lancar. Dalam Matius xxiii:23 tertulis kalimat demikian :"... yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan ... " Kata "harus" memiliki makna, bahwa segenap orang Israel telah melaksanakan hukum, yakni hukum Taurat. Implementasi hukum adalah ketaatan untuk dilaksanakan.
Orang Farisi tidak pernah berhenti mencobai Yesus, maka pada suatu kesempatan mereka mempertanyakan kepada Yesus, yakni apakah orang Yahudi diharuskan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak. Yesus bertanya kepada seorang Farisi :"Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab orang Farisi :"Gambar dan tulisan Kaisar." (Matius xxii:20). Judul perikopnya sudah jelas tentang membayar pajak kepada pemerintah (baca : Kaisar), bukan tentang persembahan perpuluhan. Pada konteks seperti ini engkau berpikir sudah taat menjalankan semua perintah Allah, tapi apakah engkau juga taat terhadap peraturan pemerintah, yakni membayar pajak. Ketaatan membayar pajak termasuk bagian ketaatan beribadat kepada Tuhan. Rasul Paulus berkata, bahwa tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Tuhan dan pemerintah yang ada ditetapkan oleh Tuhan, maka orang yang tidak taat membayar pajak berarti dia melawan kehendak Tuhan (Roma xiii:1-2). Warga negara yang tidak taat membayar pajak, maka dia akan dikenai sanksi hukum. Umat Tuhan yang tidak memberi perpuluhan ke rumah Tuhan, maka perbuatannya mendatangkan murka-Nya. Musa memohon kepada Tuhan supaya terhadap orang seperti ini Dia memberi ganjaran hukuman (Ulangan xxxiii:8). Sedemikian kejamkah Tuhan memberi hukuman terhadap orang yang melalaikan hukum?
Memang ada juga gembala-gembala yang tidak bertanggungjawab mengelola keuangan gereja, sehingga umat Tuhan terpecah persatuannya. Misalnya, di Korea Selatan pernah terjadi skandal pengelolaan uang gereja sehingga gembalanya berurusan dengan pengadilan. Di Surabaya juga pernah terjadi satu gereja besar pecah karena salah urus pengelolaan uang perpuluhan. Baik gembala maupun anggota-anggota jemaat adalah dua pihak yang memiliki tanggungjawab masing-masing di hadapan Tuhan. Gembala bertanggungjawab mengelola perpuluhan untuk keperluan keluarganya maupun kebutuhan gereja, sedangkan anggota jemaat memberi perpuluhan memang tanggungjawab yang harus dipenuhi. Tidak memenuhi kewajiban ini dipandang mengusik ketenteraman orang Lewi. Jangan mengusik orang-orang yang diurapi oleh Tuhan dan jangan berbuat jahat terhadap orang-orang yang ditunjuk oleh Tuhan sebagai gembala-gembala-Nya (I Tawarikh xvi:22). Orang percaya harus memahami esensi memberi persembahan, khususnya perpuluhan supaya tidak memberi dengan persungutan, sebab Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Orang Lewi (baca : gembala) adalah orang biasa seperti pada umumnya manusia membutuhkan makan. Makan dan pakaian adalah kebutuhan dasar manusia dan mereka juga membutuhkan rumah untuk menetap.